Merdeka Bukan Sekadar Kata, Pedagang Kecil Minta Harga Terjangkau dan Jualan Aman

Posted on

Pandangan Masyarakat Kecil Mengenai Makna Kemerdekaan di HUT RI ke-80

Di tengah hujan yang turun perlahan di kawasan Blok M, Jakarta Selatan, Sinta (42) sibuk mengaduk secangkir kopi. Ia memutar sendok searah jarum jam sebelum menyerahkan gelas panas tersebut kepada pembeli. Aroma kopi yang khas itu terasa dan membuat hidung terasa nyaman.

Pemilik warung kecil yang telah beroperasi selama tujuh tahun ini berbagi pandangan tentang makna Hari Kemerdekaan RI yang ke-80. Baginya, merdeka bukan hanya soal upacara atau slogan, tetapi lebih pada rasa aman dalam mencari nafkah setiap hari. “Bagi saya, merdeka adalah bisa menjual barang tanpa takut diusir,” ujarnya.

Bagi pedagang kecil seperti Sinta, setiap rupiah memiliki nilai yang sangat berharga. Ia melihat kemerdekaan sebagai kesempatan untuk hidup layak dan tenang tanpa khawatir akan ancaman ekonomi.

Tidak jauh dari tempat Sinta, Masman (41) berdiri di bawah payung hitam, mencoba menghindari rintik hujan sambil menjaga gerobak es dogernya. Menurutnya, makna kemerdekaan yang ideal adalah ketika harga bahan stabil. “Kadang tiba-tiba harga bahan baku seperti kelapa atau gula naik, tapi harga jual tidak naik banyak. Pembeli juga tidak terlalu banyak,” katanya.

Masman berharap pemerintah dapat memberikan kestabilan harga dan daya beli masyarakat agar mereka bisa berusaha dengan lebih tenang dan nyaman.

Sementara itu, Harun (50), penjual bakso, melihat kemerdekaan dari sudut pandang yang sederhana. “Saya masih bisa menyekolahkan anak sampai SMA, itu sudah cukup syukur. Tapi kalau dikatakan sudah ideal, belum. Kita masih harus bekerja setiap hari, tidak bisa santai,” ujarnya.

Cerita-cerita dari Sinta, Masman, dan Harun mencerminkan realitas yang dihadapi oleh masyarakat Indonesia di HUT RI ke-80. Masalah seperti kesempatan hidup layak, keamanan berusaha, stabilitas harga, daya beli, dan kepastian masa depan menjadi tantangan yang harus terus diperbaiki.

Presiden Prabowo Subianto dalam peluncuran kelembagaan 80 ribu Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih di Desa Bentangan beberapa waktu lalu menyampaikan bahwa kemerdekaan sejati adalah kemerdekaan ekonomi. “Kita punya semua bentuk lembaga kenegaraan, tapi rakyat kita masih ada yang lapar. Kita belum merdeka,” ujarnya.

Prabowo menekankan bahwa negara yang merdeka adalah negara yang mampu memberi makan, menjamin, dan memberikan kehidupan yang layak bagi seluruh rakyatnya. Pemerintah telah melakukan berbagai langkah, mulai dari program makan bergizi gratis, pemeriksaan kesehatan, hingga pendidikan rakyat.

Selain itu, Prabowo juga meluncurkan Kopdes Merah Putih untuk membangun ekonomi dari desa dan menciptakan pemerataan. Tujuan utamanya adalah memerdekakan masyarakat dari kemiskinan. “Koperasi adalah alat bagi yang lemah untuk mengubah kelemahan menjadi kekuatan,” ujarnya.

Undangan Upacara Detik-detik Proklamasi di Istana Merdeka

Sebanyak 16.000 tamu diundang untuk menghadiri Upacara Detik-detik Proklamasi dan Penurunan Bendera dalam rangka peringatan HUT ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia di Istana Merdeka, Jakarta. Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi menyampaikan bahwa jumlah undangan terdiri atas 8.000 orang pada upacara pagi dan 8.000 orang lagi pada upacara sore.

“Pagi 8 ribu, sore 8 ribu, padahal masyarakat sangat antusias untuk hadir,” ujar Prasetyo. Ia memastikan bahwa undangan telah terpenuhi sesuai kapasitas yang tersedia. Oleh karena itu, ia menyampaikan permohonan maaf atas keterbatasan tempat yang membuat sebagian masyarakat tidak dapat hadir.