Kehidupan Dwi Hartono: Dari Kegagalan Hingga Membangun Helipad di Tebo
Dwi Hartono, seorang pengusaha asal Kabupaten Tebo, Provinsi Jambi, kini menjadi sorotan setelah ditangkap oleh Polda Metro Jaya terkait dugaan keterlibatannya dalam pembunuhan Kepala Cabang Perwakilan BRI Cempaka Putih, Muhammad Ilham Pradipta. Namun, sebelumnya, ia pernah menjadi tokoh yang menarik perhatian masyarakat karena rencana pembangunan helipad dan pembelian helikopter.
Empat tahun sebelum kasus ini, Dwi Hartono sempat diwawancara oleh media lokal dan berbicara tentang mimpi-mimpi yang ingin ia wujudkan. Salah satu dari mimpi tersebut adalah membeli helikopter dan membangun helipad di desa asalnya, Desa Tirta Kencana (sekarang bernama Desa Mekar Kencana), Kecamatan Rimbo Bujang, Kabupaten Tebo.
Mimpi yang Diwujudkan
Dalam wawancara eksklusif dengan PasarModern.com pada 2021, Dwi Hartono mengungkapkan bahwa dirinya sudah melakukan pemesanan helikopter sejak beberapa waktu lalu. Ia juga sedang mengurus perizinan dan segala hal yang diperlukan. Lokasi helipad yang akan dibangun berada tepat di depan rumah orang tua, seluas dua hektare. Ia berharap agar teman-teman di Rimbo Bujang unit 6 dapat membantu membebaskan lahan tersebut.
Ia juga menjelaskan bahwa biaya untuk membeli helikopter relatif. Meskipun tidak menyebutkan nominal pasti, Dwi Hartono menyebutkan bahwa harga bisa mencapai puluhan miliar rupiah, tergantung tipe helikopter yang dipilih. Ia menjelaskan bahwa tujuan utamanya adalah untuk bisa melakukan uji terbang dan belajar lebih banyak tentang helikopter, mirip seperti cara seseorang membeli mobil dengan melakukan test drive terlebih dahulu.
Rencana Membangun Helipad
Rimbo Bujang, tempat kelahirannya, memiliki makna penting bagi Dwi Hartono. Ia lahir di sana setelah orang tuanya transmigrasi dari Malang, Jawa Tengah. Meski tinggal di sana hanya beberapa tahun, ia merasa sangat terhubung dengan daerah tersebut. Tujuannya membangun helipad adalah untuk mempercepat akses ke kampung halaman dan membuka peluang kerja bagi masyarakat setempat.
Dwi Hartono berharap bisa kembali ke Rimbo Bujang lebih sering, bahkan setiap bulan, sehingga dapat lebih mudah menjalin hubungan dengan keluarga dan masyarakat setempat. Ia juga ingin memastikan bahwa kunjungannya tidak hanya sekali atau dua kali dalam setahun, tetapi lebih rutin.
Perjalanan Karier yang Penuh Perjuangan
Meski kini memiliki mimpi besar, Dwi Hartono pernah mengalami kegagalan yang luar biasa. Pada tahun 2012, usahanya bangkrut dan meninggalkan utang miliaran rupiah. Usaha awalnya hanya berupa warnet, game online, dan kafe kecil. Kegagalan itu membuatnya kehilangan harta benda, termasuk mobil dan rumah.
Namun, ia tidak menyerah. Setelah mengalami titik terendah, ia mencoba bangkit dengan memanfaatkan relasi dan kreativitas. Salah satu langkah pentingnya adalah meminta bantuan teman yang memiliki klinik kecantikan untuk di-franchise-kan. Meski belum memiliki pengalaman, ia nekat dan berhasil mendapatkan keuntungan besar.
Dari situ, ia membangun jaringan bisnis yang luas, dengan sekitar 22 cabang di Sumatra. Meski sebagian dari klinik tersebut kini bangkrut, Dwi Hartono tetap percaya bahwa keberhasilan datang dari ketekunan dan kemauan untuk berpikir kreatif.
Mindset yang Menentukan Kesuksesan
Dwi Hartono sering berbagi pesan kepada teman-temannya di Rimbo Bujang bahwa kesuksesan tidak bisa dicapai jika mindset kita terbatasi. Ia menekankan pentingnya untuk tidak mengatakan “saya tidak mampu” atau “saya tidak punya modal”. Baginya, semua hal bisa dilakukan jika ada keinginan dan kepercayaan diri.
Saat ini, Dwi Hartono masih fokus pada dunia usaha dan belum tertarik untuk terjun ke dunia politik. Namun, ia tetap berkomitmen untuk memberikan manfaat bagi masyarakat, terutama di kampung halamannya.


