Kritik Terhadap Film Animasi Merah Putih One For All
Seorang selebgram dan influencer ternama, Fathian Hafiz, memberikan komentar terkait film animasi Merah Putih One For All yang akan tayang di bioskop pada 14 Agustus 2025. Ia menyampaikan harapan agar film tersebut tidak ditayangkan, karena menurutnya kualitasnya tidak layak dengan kondisi perfilman Indonesia saat ini.
Fathian mengungkapkan alasan utamanya. Menurutnya, dunia perfilman Indonesia sedang dalam kondisi yang sangat baik. Ia menilai ada beberapa film lokal yang memiliki kualitas setara bahkan lebih baik dari film Hollywood, seperti Sore: Istri dari Masa Depan dan Jumbo. Ia berharap film Merah Putih One For All tidak dirilis di bioskop, karena menurutnya hal itu bisa dianggap sebagai penghinaan bagi para filmmaker Indonesia.
Ia menulis di akun Instagramnya, “Gue berharap film Merah Putih One For All dibatalkan untuk tayang di bioskop Indonesia. Alasannya sederhana: Perfilman Indonesia enggak layak dapat film kayak gini, apalagi di momen sekarang, ketika film Indonesia lahir bagus-bagusnya.”
Menurut Fathian, penayangan film tersebut di bioskop merupakan bentuk penghinaan kepada para filmmaker lain yang telah bekerja keras memajukan perfilman lokal. Ia menilai kualitas animasi, cerita, dan pengisi suara di film tersebut dinilai kurang memadai oleh netizen.
Fathian juga mengkritik proses produksi film Merah Putih One For All. Ia menyebut bahwa film ini digarap secara asal-asalan. Ia tidak tahu siapa yang menjadi pembuatnya, dari mana asal asset 3D yang digunakan, hingga anggaran yang dikeluarkan mencapai Rp6,7 miliar. Ia juga menyebut bahwa waktu produksi hanya selama 1,5 bulan, yang menurutnya terlalu singkat untuk sebuah film animasi.
Ia menambahkan, “Yang bikin? Bapak-bapak komplek. Asset 3D-nya? Beli dari internasional. Anggarannya? Konon Rp6,7 Miliar. Ngerjainnya? Katanya cuma 1,5 bulan.” Ia kemudian menyampaikan pendapat satire dengan mengusulkan agar film tersebut ditayangkan di Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) jika tetap ingin diputar.
Respons dari Kalangan Selebritas dan Netizen
Unggahan Fathian mendapat respons dari sutradara sekaligus komika ternama, Ernet Prakasa. Ia menulis emoji sambil memangis di unggahan tersebut. Netizen pun mulai mendesak Ernet Prakasa untuk ikut bersuara terkait penayangan film Merah Putih One For All di bioskop.
Dukungan dari Kementerian Ekonomi Kreatif
Sebelum rilis trailer, film animasi Merah Putih One For All sempat didukung oleh Kementerian Ekonomi Kreatif Indonesia (Ekraf). Lembaga pemerintah ini pernah mengunggah pertemuan dengan pihak-pihak yang terlibat dalam pembuatan film tersebut. Pertemuan ini diunggah dalam akun X resmi milik Kementerian Ekraf RI yakni @ekraf_Ri pada 8 Juli 2025.
Dalam keterangannya, Wakil Menteri Ekonomi Kreatif Irene Umar bertemu dengan dark PERFIKI, rumah produksi yang kemudian memproduksi film animasi Merah Putih One For All. Di pertemuan tersebut membahas potensi kolaborasi untuk pendukungan film animasi “Merah Putih One For All”, sebagai bentuk dukungan langsung untuk Subsektor Film.
Belum diketahui bagaimana kelanjutan pertemuan tersebut. Namun dalam pertemuan itu tampak Wamen Ekraf Irene Umar bertemu dengan Produser Utama Merah Putih One For All Toto Soegriwo. Selain itu, terlihat juga CEO Perfiki Kreasindo, Endiarto dalam pertemuan tersebut.
Trailer dan Proses Produksi yang Kontroversial
Pada awal bulan Agustus ini, trailer film ini sudah dipublikasikan oleh channel YouTube Perfiki TV, CGV Kreasi, dan Historika Film. Alih-alih mendapat sanjungan, film ini malah dibanjiri kritik tajam hanya beberapa hari sebelum penayangannya secara serentak di layar lebar pada 14 Agustus 2025.
Selain jadwal penayangan, Situs bioskop Cinema XXI telah mengonfirmasi ada promo tiket seharga Rp17 ribu untuk penayangan pada 17 Agustus 2025. Dari prosesnya yang terkesan asal-asalan, netizen pun kemudian bertanya-tanya siapa sponsor dari Film Merah Putih One For All tersebut.
Terlebih anggaran yang dikeluarkan tidak kecil yakni Rp6,7 miliar dan bisa tembus layar lebar. Berdasarkan sinopsisnya, film Merah Putih One For All awalnya mengisahkan aksi semangat warga desa menyambut Hari Kemerdekaan Indonesia. Sekelompok anak terpilih menjadi “Tim Merah Putih” untuk menjaga bendera pusaka yaitu bendera yang selalu dikibarkan pada setiap upacara 17 Agustus tiap tahunnya. Namun 3 hari sebelum upacara, bendera itu hilang, delapan anak dari berbagai latar belakang budaya, Betawi, Papua, Medan, Tegal, Jawa Tengah, Makassar, Manado, dan Tionghoa, bersatu dalam misi heroik: menyelamatkan bendera merah putih pusaka yang hilang secara misterius.


