PT Vale Dorong Target Nol Sampah 2050

Posted on

Upaya PT Vale Indonesia dalam Pengelolaan Sampah yang Berkelanjutan

PT Vale Indonesia Tbk terus menunjukkan komitmennya dalam menjaga lingkungan melalui pengelolaan sampah yang terstruktur dan berkelanjutan. Dalam rangkaian Media Visit peringatan HUT 57 Tahun, rombongan awak media diajak meninjau langsung proses pengolahan limbah di kawasan Segregation Plant, Sorowako, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan.

Bus rombongan media tiba di kawasan Taman Kehati Sawerigading Wallacea, salah satu ikon pelestarian lingkungan milik PT Vale. Di area ini, ekskavator, doser, dan alat berat lainnya dipajang sebagai monumen. Tak jauh dari taman, terdapat area Nursery tempat ribuan bibit pohon endemik dikembangkan. Di sekitarnya, terlihat tempat sampah terpisah untuk organik, anorganik, limbah B3, hingga residu menunjukkan keseriusan perusahaan dalam budaya pemilahan sampah sejak dari sumbernya.

Setibanya di gerbang Nursery, rombongan harus melalui pemeriksaan ketat oleh petugas keamanan. Seluruh pengunjung wajib mengenakan helm dan sepatu keselamatan sebagai bagian dari prosedur keselamatan kerja. Sekitar 50 meter dari gerbang, rombongan berhenti di Segregation Plant lokasi pengolahan limbah konsumsi dan produksi PT Vale.

Di lokasi ini, Foreman Ground Work Segregation Plant, Hery Sudarto, dan Supervisor Waste Management, Andi Afiyuddin, menyambut rombongan media. Di area pemilahan sampah, terlihat empat orang karyawan perempuan dari PT Hati Murni Mitra PT Vale sedang memilah sampah dengan mengenakan helm, masker, dan sarung tangan. Sampah yang telah dipilah dibawa ke gudang outdoor, yang telah disediakan keranjang kayu untuk setiap jenis material: botol kaca, plastik kresek, logam, aluminium, hingga limbah B3.

“Limbah B3 dikelola dengan melibatkan pihak ketiga. Sementara plastik dan anorganik lainnya dipres untuk kemudian didonasikan ke bank sampah milik Bumdesma Desa Sorowako atau ke pemerintah,” ujar Manajer Operasional Environment and Reclamation PT Vale Indonesia, Muh Firdaus Muttaqi.

Dari total 12 hingga 15 ton sampah yang dihasilkan setiap hari, sekitar 4 ton per tahun disalurkan ke bank sampah. Program ini dinilai sangat produktif dan bernilai ekonomis. Tak hanya itu, PT Vale juga membudidayakan larva lalat black soldier fly (BSF) untuk mengelola sisa makanan. Maggot hasil budidaya ini kemudian disalurkan sebagai pakan ternak ke masyarakat melalui Departemen External Relations perusahaan.

Di samping budidaya maggot, PT Vale juga memproduksi pupuk kompos dari limbah organik. Terdapat 40 kotak penyimpanan sampah organik dengan kapasitas masing-masing 1 ton. Hingga kini, pupuk kompos yang dihasilkan telah mencapai 2,5 ton dan dimanfaatkan untuk kegiatan reklamasi lahan di Nursery.

Sementara itu, sisa sampah yang tidak dapat diolah lagi disimpan dalam dua kontainer khusus sebelum dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Jumlahnya kini hanya sekitar 30 persen dari total sampah yang dihasilkan. Upaya pengelolaan sampah ini merupakan bagian dari visi besar PT Vale untuk mencapai target Zero Waste to Landfill pada tahun 2050 artinya, tidak ada lagi sampah yang berakhir di TPA.

“Biayanya memang tidak kecil. Untuk mengelola semua sampah ini, PT Vale mengalokasikan anggaran sekitar Rp 700 juta per tahun. Tapi jika dibandingkan dengan dampak buruk dari sampah yang tidak dikelola, biayanya jauh lebih murah,” tegas Muh Firdaus.

Dengan sistem pengelolaan menyeluruh ini, PT Vale Indonesia diharapkan menjadi contoh nyata bagi perusahaan industri lainnya dalam menciptakan lingkungan yang berkelanjutan dan bertanggung jawab.