Pentas Budaya Sagi So’a dan Larik Riung di Kota Kupang
Ikatan Keluarga Ngada (IKADA) Kupang akan menggelar pentas budaya yang menampilkan Sagi So’a dan Larik Riung. Ini merupakan pertama kalinya kedua budaya tersebut ditampilkan di Kota Kupang. Acara ini disampaikan oleh Ketua IKADA Kupang, Sipri Radho Toly, bersama Ketua Panitia Pentas Budaya Sagi So’a dan Larik Riung 2025, Antonius Gili, serta Wakil Ketua Panitia, Isidorus Lilijawa, dalam sebuah podcast.
Pentas budaya ini akan berlangsung di Taman Budaya Gerson Poyk Kota Kupang pada tanggal 30 Agustus 2025, mulai pukul 10.00 WITA hingga selesai. Sebelumnya, pada tanggal 23 Agustus akan diadakan seminar ilmiah di Universitas Katolik Widya Mandira Kupang yang membahas dua budaya tersebut sebagai bagian dari rangkaian kegiatan.
Acara ini terbuka untuk umum dan tidak dikenakan biaya. Sagi So’a adalah salah satu budaya peninggalan leluhur etnis So’a yang digunakan untuk mensyukuri hasil panen. Sementara itu, Larik Riung adalah budaya masyarakat etnis Riung yang biasanya diselenggarakan sebelum musim tanam.
Ketua IKADA Kupang, Dr. Sipri Radho Toly, menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan program tahunan IKADA. Di tahun-tahun sebelumnya, IKADA lebih sering menampilkan Reba dan Jai yang merupakan budaya etnis Bajawa. Namun, tahun ini giliran budaya etnis So’a dan Riung yang dipertunjukkan.
“Sebagai ketua IKADA, saya sangat bangga dan memberi apresiasi yang luar biasa kepada panitia. Dari sisi manajemen, mereka sangat kompak meskipun ada dinamika yang terjadi. Orang tua kami di Ngada, baik dari etnis Bajawa, Riung, maupun So’a, memberikan dukungan yang luar biasa,” ujarnya.
Ia juga menyebutkan bahwa kegiatan ini diselenggarakan oleh teman-teman dari etnis Riung dan So’a, namun kontribusi dana berasal dari setiap paguyuban yang ada di IKADA. IKADA memiliki 48 paguyuban atau kelompok arisan orang Ngada, dan semuanya sepakat untuk menyumbang.
Antonius Gili, Ketua Panitia, menyatakan bahwa proses persiapan untuk kegiatan ini telah mencapai 95 persen. Ia berharap semua peserta dapat hadir untuk menyaksikan dua budaya yang selama ini belum pernah ditampilkan di Kota Kupang.
“Sekali lagi, dua budaya ini dipadukan menjadi satu, tetapi kami berusaha meramu menjadi satu kesepakatan,” kata Antonius.
Isidorus Lilijawa, Wakil Ketua Panitia, menjelaskan bahwa kegiatan ini diselenggarakan karena dua budaya tersebut dekat, bukan hanya karena berada di wilayah yang sama, tetapi juga karena hubungan pergaulan adat istiadat kawin mawin antara masyarakat Riung dan So’a.
“Riung langsung berbatasan dengan So’a, dan meskipun dua etnis memiliki budaya yang berbeda, hubungan kekeluargaan melalui kawin mawin membuat kita merasa dekat. Saat kita mempertunjukkan Sagi dan Larik di sini, kita memperkuat kolaborasi yang sudah ada di kampung halaman kita,” ujarnya.
Ia juga mengucapkan terima kasih kepada pemerintah provinsi Nusa Tenggara Timur melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, khususnya UPTD Taman Budaya, yang mendukung kegiatan ini. “Ini sejalan dengan program pemerintah provinsi NTT dalam melestarikan budaya. Kami berharap Sagi dan Larik tidak hanya menjadi cerita masa lalu, tetapi juga masa depan bagi generasi muda di Kota Kupang,” tambahnya.
