Upacara Bhiseka Cokorda Anak Agung Gde Agung di Pura Taman Ayun
Upacara Bhiseka Cokorda atau penobatan Raja Mengwi XIII, yang akan dilaksanakan oleh Anak Agung Gde Agung, menjadi momen penting bagi masyarakat Bali khususnya Kabupaten Badung. Acara ini akan digelar pada hari Senin, 7 Juli 2025, di Pura Taman Ayun, Mengwi, Kabupaten Badung. Upacara suci dan sakral ini melibatkan 11 sulinggih dan menjadi bagian dari tradisi puri yang telah berlangsung sejak ratusan tahun lalu.
Puri Ageng Mengwi telah menantikan upacara ini dalam waktu yang cukup panjang. Banyak pihak mengharapkan agar Anak Agung Gde Agung dapat melakukan Bhiseka Ratu Ida Cokorda, seperti yang dilakukan oleh para leluhur sebelumnya. Hal ini bertujuan untuk menjaga eksistensi Puri Ageng Mengwi serta meningkatkan kualitas keimanan diri. Meskipun sudah memasuki usia 76 tahun, Anak Agung Gde Agung tetap merasa memiliki tanggung jawab terhadap masyarakat, adat, agama, dan budaya.
Sebagai putra tunggal Ida Cokorda Mengwi XII dengan Ida Cokorda Istri, Putri Raja Karangasem, Anak Agung Gde Agung telah menunaikan berbagai pengabdian. Dari mulai menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS), Notaris, hingga menjadi Bupati Badung periode 2005-2010 dan 2010-2015, serta Anggota DPD RI periode 2019-2024. Meski pengabdian lewat jalur pemerintahan dan politik telah berakhir, tanggung jawab terhadap masyarakat tidak pernah berakhir.
Anak Agung Gde Agung juga telah menjalani ritual “Pawintenan Agung” di awal bulan Agustus 2005 sebelum dilantik sebagai Bupati Badung. Pawintenan Agung adalah upacara penyucian diri yang bertujuan untuk membersihkan segala noda dan dosa serta memberikan pengukuhan seseorang sebagai pemimpin dalam bidang agama, adat, dan budaya.
Proses Pelaksanaan Bhiseka Cokorda
Proses pelaksanaan Bhiseka Cokorda dimulai dari Paruman Asta Puri, pertemuan keluarga besar puri yang terdiri dari Puri Gede, Puri Selat, Puri Banyuning Bongkasa, Puri Mayun, Puri Anyar, Puri Kamasan, Puri Muncan Kapal, dan Puri Kapal Kaleran. Penglingsir Puri Kamasan, I Gusti Agung Gde Dirga, sempat mengusulkan agar Anak Agung Gde Agung segera melakukan Bhiseka Ratu Ida Cokorda. Namun, pada saat itu, ia hanya merespons dengan ucapan terima kasih dan lebih fokus pada renovasi Pura Luhur Seseh.
Permintaan tersebut kembali muncul pada Parum Semeton Puri pada Minggu, 13 Agustus 2023. Dalam pertemuan keluarga besar puri tersebut, semua peserta sepakat meminta agar Gde Agung melakukan Bhiseka Ratu Ida Cokorda. Dukungan serupa juga disampaikan oleh krama atau masyarakat dari 38 desa adat anggota Mangu Kerta Mandala, Kecamatan Mengwi.
Setelah mempertimbangkan pentingnya meneruskan tradisi puri, menjaga eksistensi Puri Ageng Mengwi, dan meningkatkan kualitas keimanan diri, akhirnya Anak Agung Gde Agung menerima permintaan tersebut.
Tujuan dan Makna Bhiseka Cokorda
Bhiseka Cokorda yang dilaksanakan oleh Anak Agung Gde Agung bertujuan untuk meningkatkan kualitas pengabdiannya kepada masyarakat, terutama secara niskala. Sebagian besar acara Bhiseka ini merupakan acara spiritual. Upacara ini juga bertujuan untuk meningkatkan pengabdian secara niskala ke atas atau leluhur dan secara sekala di masyarakat.
Sebagai orang kelahiran puri, dirinya harus bisa melaksanakan drasta dan swadarma. Puri baru bermakna jika bisa melaksanakan tiga hal yakni mengajegkan agama Hindu sesuai dengan drastanya, menjaga etika moral dalam kehidupan sehari-hari, dan melaksanakan suadarmaning puri. Jika ketiga hal ini tidak dilakukan, maka puri tidak memiliki makna.
Perjalanan Karier Anak Agung Gde Agung
Nama Anak Agung Gde Agung tidak asing di masyarakat Bali, khususnya Kabupaten Badung. Sebelum melaksanakan Bhiseka Cokorda, ia pernah mengabdikan diri melalui jalur pemerintahan. Lahir pada Rabu, 25 Mei 1949, Anak Agung Gde Agung meniti karier sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS). Setelah itu, ia beralih profesi sebagai notaris dan terpilih sebagai Bupati Badung masa bakti 2005-2010.
Sukses memimpin dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, Gde Agung kembali dipercaya sebagai Bupati Badung masa bakti 2010-2015. Setelah menjadi Bupati Badung, ia terpilih sebagai anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI periode 2019-2024. Di Pemilu Serentak 2024, Gde Agung dinyatakan lolos tahap verifikasi administrasi sebagai bakal calon DPD RI.
Namun, ia memutuskan mengundurkan diri dengan alasan ingin menjalankan swadarma selaku Penglingsir Puri Ageng Mengwi. Upacara Bhiseka Cokorda yang akan dilaksanakan pada Senin 7 Juli 2025 menjadi peristiwa bersejarah bagi Gde Agung beserta keluarga, Puri Mengwi, Kabupaten Badung, dan Provinsi Bali.
Pengaturan Arus Lalu Lintas
Dinas Perhubungan (Dishub) Kabupaten Badung akan berkolaborasi dengan aparat kepolisian khususnya Satlantas Polres Badung pada kegiatan Abhiseka Ida Cokorda. Kolaborasi dilakukan pengalihan arus lalu lintas mulai pagi hingga sore. Dipastikan arus lalu lintas akan crowded karena Puri Ageng Mengwi dan Pura Taman Ayun akan dihadiri tokoh agama dan tamu undangan serta masyarakat.
Jalan Denpasar – Singaraja untuk sementara ditutup penuh. Namun untuk masyarakat yang akan ke Denpasar dari arah Singaraja dialihkan ke arah wilayah Abiansemal, Kabupaten Badung. Untuk dari arah Denpasar diarahkan seperti biasa, namun untuk satu jalur. Pengendara yang ingin ke Singaraja bisa melintasi jalan Kamboja yang lokasinya sebelah timur Pura Taman Ayun.
Riwayat Raja Mengwi
Berikut adalah daftar raja Mengwi sepanjang sejarah:
1. Ida Cokorda Sakti Blambangan (1690 M — 1722 M)
2. Ida Cokorda Agung Made Alangkajeng (1722 M—1740 M)
3. Ida Cokorda Agung Nyoman Munggu (1740 M—1743 M)
4. Ida Cokorda Agung Putu Mayun (1743 M—1745 M)
5. Ida Cokorda Agung Made Agung Munggu (1745 M—1760 M)
6. Masa Perwalian (1760 M—1775 M)
7. Ida Cokorda Putu Agung (1775 M—1780 M)
8. Ida Cokorda Agung Made Agung / Dewata Ngeluhur (1780 M—1811 M)
9. Ida Cokorda Ngurah Made Agung / Dewata Suradana (1811 M—1836 M)
10. Masa Perwalian (1836 M—1857 M)
11. Ida Cokorda Agung Ketut Besakih (1857 M—1859 M)
12. Ida Cokorda Ngurah Made Agung & Cokorda Istri Agung Mayun (1859 M—1891 M) – Interegnum
13. Ida Cokorda Tirta (1911 M—1939 M)
14. Ida Cokorda Punggawa & Ida Cokorda Istri Karang (1946 M—2001 M)
