Pahlawan Evakuasi Juliana: Agam Rinjani yang Tidur Bersama Jenazah, Semangat Nasionalisme yang Menginspirasi

Posted on


PasarModern.com

— Agam Rinjani, relawan evakuasi jenazah Juliana Marins yang dijuluki netizen Brasil sebagai pahlawan sesungguhnya, bicara soal maraknya hujatan netizen internasional terhadap proses penyelamatan jenazah pendaki asal Brasil, Juliana Marins.

Agam Rinjani mengaku sangat menyayangkan banyaknya komentar di media sosial yang merendahkan Indonesia tanpa memahami kondisi medan di lapangan untuk mengevakuasi Juliana Marins di Gunung Rinjani.

Karenanya atas nama nasionalisme dan kemanusiaan, Agam Rinjani mengerahkan semua kemampuannya untuk mengevakuasi jenazah Juliana Marins.

Meski, hal itu bisa saja membuat Agam menjadi korban selanjutnya.

“Tujuan saya itu apa yang penting saya bisa bermanfaat buat evakuasi. Karena lihat netizen di medsos itu ngeri-ngeri,” kata Agam saat menceritakan proses evakuasi, Sabtu (28/6/2025).

“Penghinaan semua terhadap negara. Makanya, ini bangkit jiwa nasionalismeku. Masa negara diinjak-injak gara-gara orang jatuh,” kata Agam.

Agam menilai sebagian besar kritik datang dari warganet luar negeri yang menyebut tim SAR Indonesia lamban dan tidak profesional.

“Saya kaget juga, lihat di media sosial. Kok resimen Indonesia kayak dipertanyakan begitu, kok lambat dan lain-lain,” ujar Agam.

Agam menyebut kritik tersebut justru memantik semangat tim evakuasi untuk menyelesaikan tugas mereka sebaik mungkin.

“Akhirnya itu yang bikin semangat juga. Kami bangkitkan jiwa nasionalisme, semangat teman-teman yang ada di lapangan. Tujuannya cuma satu: merdeka! Itu yang membuat teman-teman semangat untuk evakuasi,” kata Agam.

Sebagai bentuk transparansi, Agam bersama tim membawa perangkat komunikasi Starlink ke puncak Rinjani untuk menyiarkan langsung kondisi di lokasi evakuasi.

“Waktu kami naik sama Mas Tio, kami berpikir panjang. Orang butuh informasi di sana, apa kita bisa bantu orang-orang di Brasil? Kita kasih informasi,” ujarnya.

Meski begitu, Agam mengaku sempat mendapat tekanan dari netizen luar negeri termasuk permintaan nomor rekening untuk penggalangan dana.

“Saya dipaksa, ‘Mana nomor rekeningmu?’. Saya bilang, ‘I don’t need money. Saya mau turun rescue ke bawah’,” ucapnya.

Siaran langsung pun ia tutup dengan pernyataan bahwa keselamatan korban menjadi prioritas utama.

“Saya sampaikan, ‘Mungkin ini terakhir saya live, ya. Mungkin paling bisa besok atau lusa saya live lagi karena kondisi di bawah tidak tahu bagaimana’,” kata Agam.


Bermalam bersama jenazah di tebing curam

Dalam satu unggahan di akun Instagram @agam_rinjani, dia dan tim terpaksa melakukan flying camp di lokasi karena medan yang sangat ekstrem dan hari sudah gelap.

“Kami menginap di pinggir tebing yang curam 590 meter bersama Juliana satu malam, dengan memasang anchor supaya tidak ikut meluncur lagi 300 meter,” tulis Agam Rinjani dalam unggahan tersebut.

Media Brasil, Globo, melaporkan, keluarga Juliana Marins juga mengucapkan terima kasih ke Agam Rinjani dan relawan lainnya bernama Tyo.

“Kami sangat berterima kasih kepada para relawan yang dengan berani mengajukan diri untuk membantu mempercepat proses penyelamatan Juliana,” kata keluarga korban.

Warganet di Brasil sampai menjuluki Agam sebagai pahlawan yang sebenarnya karena berani dan tetap teguh menghadapi rintangan berat demi mengevakuasi Juliana Marins di pinggir tebing.

Kata-kata pujian seperti ‘pahlawan’, ‘pejuang’, ‘kami mencintaimu’ hingga ‘kuat’ dilontarkan warganet di Brasil atas keberanian Agam Rinjani.

“Pria itu membayar tiketnya sendiri, turun ke bawah untuk mencari seseorang yang bahkan tidak dikenalnya, tidur di samping mayat agar tidak ‘tersesat’ lagi,” tulis warganet.

“Dan mereka masih mengatakan tidak ada pahlawan super? Ada! Mereka adalah orang paling manusiawi dan rendah hati yang bisa kita lihat! Pria ini pantas mendapatkan yang terbaik dalam hidup,” tulis lainnya.

“Kita masih memiliki orang-orang yang sangat baik di dunia,” tulis yang lain.

“Pria ini pantas mendapatkan alam semesta yang penuh dengan hal-hal baik! Pahlawan,” komentar warganet lainnya.

“Puluhan orang diselamatkan di Gunung Rinjani tanpa tepuk tangan dan perhatian media,” tulis akun lainnya.


Proses evakuasi

Agam Rinjani tiba di lokasi jenazah Juliana berada saat hari sudah gelap.

Dia bermalam sambil menahan jenazah korban agar tubuhnya tidak jatuh lebih jauh.

Awalnya, saat menawarkan diri untuk menyelamatkan Juliana Marins, Agam Rinjani menyatakan hanya akan meninggalkan tempat itu saat jenazah Juliana juga berhasil dibawa ke atas.

Yang lebih parah, Agam mengatakan bahwa ia tahu bisa saja menjadi korban berikutnya.

Apalagi, cuacanya sangat dingin.

Menurut Agam, sebagian anggota tim terluka karena beberapa saat mereka hampir terguling ke bawah tebing.

Jenazah Juliana Marins akhirnya berhasil diangkat dari dasar jurang kawasan Cemara Nunggal, jalur pendakian menuju puncak Rinjani, Rabu (25/6/2025) pukul 13.51 Wita.

Proses pengangkatan dilakukan menggunakan sistem vertical lifting dengan bantuan pulley dan tali yang disambung secara bertahap.

“Kalau ditarik ada longsoran pasir, ada batu juga, kita naikkan dari jam 8 pagi sampai jam 2 siang,” ujar Samsul Padli, anggota tim SAR yang turut mengevakuasi jenazah Juliana Marins.

Samsul bersama tiga anggota tim lainnya terpaksa bermalam di lokasi jenazah ditemukan.

Mereka tiba di titik jatuhnya korban pada malam hari sehingga tidak memungkinkan langsung mengevakuasi.

“Kami berempat yang menginap, ada dari Basarnas juga, turun sampai sana malam, mau tidak mau harus kita tunggu,” kata Samsul.

Menurut dia, medan di kawasan jurang Rinjani sangat berat.

Kontur tanah berpasir dan berbatu membuat proses evakuasi sangat berisiko.

Saat Agam Rinjani melakukan siaran langsung, beberapa orang berinisatif menggalang dana untuk disalurkan kepadanya.

Agam awalnya menolak karena dia melakukan misi evakuasi tersebut dengan tulus.

Namun, pada akhirnya mau menerima sumbangan dengan catatan akan membagi uang tersebut dengan rekan-rekan yang terlibat dalam penyelamatan.

Agam Rinjani juga akan menggunakan dana tersebut untuk melakukan reboisasi terhadap gunung-gunung yang dilaluinya di Indonesia.

Jika masih ada sisa dana, Agam berencana menggunakannya untuk aksi penanaman pohon sebagai bentuk kontribusi terhadap pelestarian lingkungan.

“Kalau ada uang sisa, kami akan melakukan penanaman pohon untuk oksigen, untuk lingkungan,” ujarnya.

Ia menegaskan, seluruh inisiatif ini bukan untuk keuntungan pribadi, melainkan demi keselamatan dan kelestarian kawasan Rinjani.

“Untuk kebutuhan Rinjani, bagaimana supaya orang bisa mendaki aman dan nyaman,” lanjutnya.

Artikel ini telah tayang di
Kompas.com