Nenek Asmadi Berjuang Cari Rejeki dari Sisa Biji Kopi Akibat Penutupan Gumitir

Posted on

Dampak Penutupan Jalur Gumitir terhadap Kehidupan Warga

Penutupan jalur Gumitir di Kabupaten Jember, Jawa Timur, telah berdampak langsung pada kehidupan warga setempat. Salah satu yang terkena dampaknya adalah Nenek Asmadi, pemilik warung kopi Rahayu di jalur tersebut. Sebelum penutupan jalan, warungnya menjadi tempat singgah bagi para pelintas jalur, meskipun jumlah pengunjung tidak begitu banyak.

Kini, dengan penutupan total jalur Gumitir, Nenek Asmadi harus mencari cara lain untuk bertahan hidup. Ia menggantungkan hidupnya pada aktivitas “ngasak” atau mengumpulkan biji kopi yang jatuh dari pohon milik orang lain. Aktivitas ini dilakukan setiap pagi, meski tidak mudah karena medan yang cukup curam dan berbagai rintangan seperti pepohonan dan kebun-kebun.

Nenek Asmadi mengatakan bahwa ia selalu meminta izin kepada pemilik kebun sebelum mengambil biji kopi. Jika tidak diizinkan, ia terpaksa mencari alternatif lain untuk bertahan hidup. Meskipun sulit, ia tetap menjalani aktivitas ini karena tidak ada pilihan lain. Setelah seharian bekerja, ia pulang sekitar pukul 13.00 WIB dengan karung kecil yang biasanya hanya terisi sekitar satu kilogram biji kopi.

Biji kopi yang ia kumpulkan dijual dengan harga Rp 32.000 per kilogram, jauh lebih rendah dibandingkan harga pasaran yang bisa mencapai Rp 50.000 di tingkat petani. Penjualan biji kopi tidak bisa dilakukan setiap hari, sehingga ia harus hidup dengan sangat hemat agar dapur tetap bisa mengepul.

Nenek Asmadi dan suaminya telah menetap di warung tersebut sejak 2004. Meski warungnya tutup, ia tidak mengeluh tentang penutupan jalan nasional yang mengakibatkan hilangnya penghasilan. Ia mengatakan, “Biarin, bagaimana lagi, nanti jalan dibuka, jualan lagi.”

Penghasilan dari warungnya berkisar antara Rp 40.000 hingga Rp 50.000 per hari, dan bisa mencapai Rp 100.000 jika ramai. Nenek Asmadi tinggal di rumah kecil di samping warungnya, yang terkadang dikunjungi anak dan cucu untuk menghilangkan kesepian. Kebanyakan warung di jalur Gumitir juga berfungsi sebagai rumah bagi pemiliknya.

Ketika malam tiba, suasana menjadi gelap karena tidak ada listrik, dan mereka hanya mengandalkan aki untuk penerangan. Penutupan jalur Gumitir di Kabupaten Jember, Jawa Timur, telah berlangsung sejak 24 Juli 2025. Penutupan jalan nasional tersebut menyebabkan pendapatan pengusaha rumah makan di kawasan menurun drastis.

Hal itu dialami oleh Warung Bebas Bu Slamet yang berada di jalur Gumitir dekat Pos Tanah Manis Desa Sidomulyo, Kecamatan Silo, Jember. Pendapatan warung tersebut anjlok hingga 80 persen. Pemilik Warung Bebas Bu Slamet, Sulastri, mengatakan hal itu karena sepinya pembeli. Sebab kendaraan yang melintas di Jalur Gumitir sudah tidak ada akibat penutupan jalan.

Sebelum penutupan jalan, pembelinya menggunakan mobil pribadi dan travel. Namun, sekarang tidak ada (sejak Jalur Gumitir ditutup), yang beli cuma sepeda motor dan itu adalah warga sini saja. Menurutnya, dalam situasi jalur normal, warungnya sehari bisa memasak beras sebanyak 50 kilogram. Namun, sejak dilakukan penutupan jalur, mentok cuma masak beras 10 kilogram.

“Sangat turun banget produksi masak dan juga pembelinya. Daripada tutup yang penting tetap jualan, karena rumah saya di sini juga,” kata Sulastri. Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa dalam sehari biasanya bisa dapat untung Rp5 juta. Tetapi sejak dilakukan penutupan, pendapatan warungnya sehari cuma Rp500 ribu.

Pembelian di warungnya sejak penutupan Jalur Gumitir juga seadanya. Rata-rata mereka hanya pesan kopi dan minuman, tidak ada yang pesan makanan berat. “Sementara yang beli makanan jarang, karena yang paling banyak beli makan itu tamu yang mau berangkat ke Bali.” Tapi sejak ditutup jalur, mereka sudah tidak mampir kesini lagi.

Oleh karena itu, Sulastri mengaku harus mengurai produksi makanan yang dijual, agar bisnis rumah makan ini tetap bisa bertahan di tengah penutupan Jalur Gumitir. “Seperti ikan biasanya ambil 10 kilogram, sekarang mungkin ambil 2 kilogram, daripada tidak laku,” ungkapnya.