Raudhah: Taman Surga di Dalam Masjid Nabawi
Raudhah adalah salah satu tempat suci yang paling diidamkan oleh umat Islam, terutama bagi jamaah haji dan umrah. Di dalam Masjid Nabawi di Madinah, Raudhah ditempatkan di antara makam Nabi Muhammad SAW dan mimbarnya. Lokasi ini memiliki luas sekitar 144 meter persegi dan ditandai dengan pilar berwarna putih serta lampu gantung khusus yang membedakannya dari bagian lain masjid.
Nama Raudhah berasal dari bahasa Arab yang berarti “taman”. Oleh karena itu, ia sering disebut sebagai “Taman Surga”, seperti yang disampaikan dalam sebuah hadis sahih yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim. Dalam hadis tersebut, Rasulullah SAW bersabda: “Apa yang berada antara rumahku dan mimbarku merupakan salah satu taman dari taman-taman surga.” Hal ini menunjukkan keistimewaan Raudhah yang memiliki makna spiritual mendalam bagi umat Islam.
Bagi jamaah yang duduk, beribadah, dan bermunajat di Raudhah, mereka sering merasakan ketenangan dan kedamaian yang luar biasa. Perasaan ini mencerminkan suasana yang diyakini mirip dengan ketentraman dan kebahagiaan di taman-taman surga. Raudhah tidak hanya memberikan ketenangan fisik, tetapi juga spiritual, menjadikannya tujuan utama bagi jamaah dari seluruh dunia saat berkunjung ke Masjid Nabawi.
Pada musim haji, kunjungan ke Raudhah sangat padat dibandingkan saat umrah. Jutaan umat Islam datang ke Mekkah dan Madinah dalam waktu yang sama, sehingga membuat Raudhah menjadi tempat yang sangat diminati. Waktu paling ramai adalah setelah salat Isya, di mana jamaah berebut masuk ke area Raudhah. Bahkan, sepanjang hari, jamaah selalu berusaha memasuki Raudhah.
Berebutan memasuki Raudhah bukanlah hal mudah, terutama bagi orang-orang yang berperawakan kecil seperti penulis yang berasal dari Indonesia. Saat itu, penulis sering gagal bersaing dengan jamaah dari Afrika atau Arab yang berbadan tinggi dan kekar. Petugas keamanan, yaitu Askar, sangat ketat dalam mengatur jumlah pengunjung. Penulis pun akhirnya pasrah dan hanya berdoa agar diberi kesempatan untuk salat dua rakaat di Raudhah.
Setelah beberapa kali gagal, penulis akhirnya berdiri di depan pintu Raudhah sambil menyaksikan jamaah yang sedang khusyu berdoa. Di depan pintu itu, ada dua Askar yang menjaga. Salah satunya melihat penulis dan bertanya, “Indonesia?” Penulis mengangguk dan tersenyum. Ketika beberapa jamaah selesai berdoa dan keluar, tiba-tiba tangan penulis diraih oleh Askar tersebut, lalu dipersilakan masuk melalui pintu keluar Raudhah.
“Allahu Akbar!” Ucapan Taqbir terlontar dari mulut penulis sambil terharu. Malam itu, penulis berhasil melakukan salat sunah dua rakaat di Raudhah sambil mendoakan Ibunda yang sedang berjuang melawan kanker. Selama berdoa, air mata menetes dari kedua pipi penulis. Meskipun doa untuk kesembuhan Ibunda tidak dikabulkan Allah di dunia ini, penulis percaya bahwa doa tersebut dikabulkan dalam bentuk husnul khotimah.
Husnul khotimah adalah akhir yang baik, yang menjadi tujuan terbaik bagi umat manusia menuju jalan pulang. Dengan begitu, penulis merasa tenang dan bersyukur telah bisa berdoa di Raudhah, tempat yang sangat istimewa bagi umat Islam.


