Tradisi Unik Desa Sade dalam Merawat Lantai Rumah
Desa Sade, yang terletak di Nusa Tenggara Barat (NTB), dikenal sebagai desa wisata yang memiliki keunikan tersendiri dalam merawat rumah. Salah satu tradisi yang membedakan desa ini dengan daerah lain adalah proses belulut, yaitu cara melumuri lantai rumah dengan kotoran sapi atau kerbau.
Lantai rumah di Desa Sade dibuat dari campuran tanah liat yang memerlukan perawatan khusus agar tetap kuat dan tahan lama. Proses belulut dilakukan secara turun-temurun oleh masyarakat suku Sasak, yang menjadikannya sebagai bagian dari budaya setempat.
Pada sebuah kunjungan ke Desa Sade, Rembitan, Pujut, Kabupaten Lombok Tengah, seseorang dapat menyaksikan langsung proses belulut yang dilakukan oleh warga setempat. Anggi, seorang warga Desa Sade yang juga penjual kain tenun, sedang melakukan pembersihan lantai rumahnya. Ia mengambil sesuatu dari lantai depan pintu dan mengoleskannya ke permukaan lantai. Warna lantai berubah menjadi kehijauan, menunjukkan bahwa ia menggunakan kotoran sapi.
Menurut Anggi, hampir semua rumah adat di Desa Sade melakukan belulut. Kegiatan ini dilakukan dua kali dalam seminggu. Seluruh lantai, baik di bagian depan maupun dalam rumah, dipel dengan kotoran sapi. Tujuan dari belulut adalah untuk membuat lantai lebih kuat dan tahan lama, serta mencegah debu dan retakan.
“Kami melakukan belulut agar lantai tidak retak dan tetap kuat,” ujar Anggi. Meskipun menggunakan kotoran sapi, bau tidak tercium secara mencolok karena kotoran yang digunakan masih segar. “Tidak bau karena baru keluar dari rice cooker-nya,” tambahnya sambil tertawa.
Setelah dipel, lantai akan kering dalam waktu sekitar 15 menit dan siap digunakan tanpa perlu dibilas. Setelah kering, lantai bisa disapu dengan sapu padi.
Keunikan Arsitektur dan Budaya Desa Sade
Selain tradisi belulut, Desa Sade juga dikenal dengan arsitektur rumah adat yang khas. Rumah-rumah di sini memiliki lantai berwarna keabu-abuan yang terbuat dari tanah liat. Dindingnya terbuat dari anyaman bambu, sedangkan atapnya dari alang-alang atau rumput kering dengan bentuk melengkung atau runcing.
Desa Sade telah dikenal sebagai desa wisata sejak tahun 1982 dan diakui secara resmi oleh Kementerian Pariwisata pada tahun 1993. Selain itu, desa ini juga menjadi salah satu tujuan kunjungan kerja Wakil Presiden RI Gibran Rakabuming Raka pada 2 Agustus 2025.
Desa Sade tidak hanya menawarkan keindahan arsitektur dan budaya, tetapi juga menjual berbagai kerajinan tangan seperti kain tenun, kain songke, tampu kemalu, dan aksesori dari bahan alami. Hal ini menjadikannya sebagai destinasi wisata yang menarik bagi para pengunjung.
Pentingnya Melestarikan Budaya Lokal
Tradisi belulut dan keunikan arsitektur Desa Sade merupakan bagian dari warisan budaya yang perlu dilestarikan. Dengan menjaga tradisi ini, masyarakat setempat dapat menjaga identitas dan kekayaan budaya yang dimiliki. Selain itu, pariwisata yang berkembang di desa ini juga memberikan dampak positif bagi perekonomian warga setempat.
Dengan menggabungkan antara tradisi dan modernitas, Desa Sade berhasil mempertahankan ciri khasnya sambil tetap menarik minat wisatawan. Ini membuktikan bahwa budaya lokal bisa menjadi daya tarik utama dalam pengembangan pariwisata.
