Fenomena Padel di Indonesia: Dari Olahraga ke Gaya Hidup
Padel, olahraga yang menggabungkan unsur tenis dan squash, kini menjadi salah satu fenomena yang menarik perhatian masyarakat Indonesia. Popularitasnya meningkat drastis sejak tahun 2024, tidak hanya di kalangan muda tetapi juga orang tua. Bahkan, banyak selebritas yang mulai memainkannya, menjadikannya sebagai bagian dari gaya hidup yang mewah.
Meski dianggap mahal, banyak masyarakat Indonesia yang mulai mencoba dan mendalami olahraga ini. Hal ini menunjukkan bahwa padel semakin menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, terutama bagi mereka yang memiliki sumber pendapatan yang stabil.
Komunitas yang Eksklusif dan Sosial
Salah satu daya tarik utama dari padel adalah aspek sosialnya. Banyak pemain mengakui bahwa olahraga ini memberikan kesempatan untuk bertemu dengan orang baru dan memperluas lingkaran pertemanan. Hanif, seorang pemain rutin, mengatakan bahwa ia awalnya tertarik karena teman-temannya yang memainkan olahraga ini. Ia merasa bahwa bermain padel membuka peluang untuk mengenal orang-orang baru.
Zahira, pemain lainnya, juga setuju. Ia menyebutkan bahwa di komunitas padel, ia bisa bertemu banyak teman yang seru dan menyenangkan. “Orang-orang yang asyik dan seru. Jadi ya sambil main, senang juga,” ujarnya.
Komunitas padel cenderung eksklusif dan terdiri dari berbagai latar belakang, termasuk selebritas media sosial, pengusaha, hingga direktur rumah sakit. Banyak dari mereka memiliki penghasilan pasif, sehingga biaya bermain padel bukanlah beban berat.
Pengeluaran yang Tidak Terlalu Sensitif
Jehan, seorang penggemar padel, mengatakan bahwa pemain-pemainnya umumnya berasal dari kalangan menengah ke atas. Ia sering bermain bersama selebgram, pengusaha, dan direktur rumah sakit. Mereka tidak terlalu peduli dengan harga sewa lapangan.
Kevin Mizan, pemain lainnya, juga menyetujui hal ini. Menurutnya, para pemain padel tidak terlalu sensitif terhadap kenaikan harga. “Yang saya lihat orang-orangnya enggak peduli harganya,” katanya. Ia menyebutkan bahwa biasanya ia menyewa lapangan sekitar Rp 5 juta per bulan. Dengan kenaikan pajak 10 persen, biayanya akan menjadi sekitar Rp 5,5 juta.
Keputusan Kepala Bapenda Jakarta Nomor 257 Tahun 2025 menetapkan pajak sebesar 10 persen untuk berbagai transaksi terkait padel, seperti sewa lapangan, tiket masuk, dan pemesanan melalui platform digital. Meski demikian, para pemain tetap menganggapnya sebagai investasi yang layak.
Kemudahan Bermain dan Fleksibilitas Biaya
Selain aspek sosial, kemudahan bermain juga menjadi faktor penting dalam popularitas padel. Zahira mengatakan bahwa olahraga ini lebih mudah dipelajari, terutama bagi pemula. “Untuk padel sendiri itu ya nggak begitu susah ya,” katanya. Bagi mereka yang belum pernah memegang raket, padel bisa menjadi pilihan yang menarik.
Kevin Mizan, yang usianya 30 tahun, mengatakan bahwa padel kini digandrungi oleh banyak kalangan mapan karena dianggap mudah dimainkan dan menyenangkan. Ia bahkan mengaku hampir bermain setiap hari bersama komunitasnya.
Kesimpulan
Meskipun identik dengan biaya yang tidak murah, olahraga padel terus menarik minat masyarakat. Ini berkat kombinasi antara daya tarik sosial dan kemudahan bermain. Komunitas yang eksklusif, lingkungan yang menyenangkan, serta fleksibilitas biaya membuat padel menjadi pilihan yang menarik bagi banyak orang.
