Media Sosial Bukan Hanya Eksis, Tapi Bisa Rusak Rasa Diri Muda Jika Berlebihan

Posted on

Peran Media Sosial dalam Mempengaruhi Rasa Percaya Diri

Media sosial kini menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, terutama bagi kalangan remaja dan mahasiswa. Mulai dari bangun tidur hingga sebelum tidur, banyak dari mereka membuka aplikasi seperti Instagram, TikTok, atau X (Twitter) untuk mencari hiburan, informasi, bahkan validasi diri. Namun, di balik segala kemudahan yang ditawarkan, ada aspek penting yang sering kali luput dari perhatian: dampaknya terhadap harga diri atau self-esteem.

Self-esteem merujuk pada cara seseorang menilai dirinya sendiri, termasuk penilaian terhadap penampilan fisik, kemampuan, maupun pencapaian. Menurut Jurnal Buana Komunikasi (2024), media sosial bisa menjadi alat yang bermanfaat dalam membangun rasa percaya diri melalui interaksi dan apresiasi. Namun, paparan berlebihan terhadap standar hidup yang tidak realistis justru dapat menyebabkan rasa minder, cemas, hingga depresi.

Mengapa Media Sosial Bisa Mempengaruhi Self-Esteem?

Fenomena ini berkaitan erat dengan kebutuhan remaja untuk mendapatkan pengakuan sosial. Berdasarkan riset dari UIN Malang (2023), remaja cenderung membandingkan diri dengan orang lain melalui media sosial. Foto tubuh ideal, pencapaian akademik, atau gaya hidup mewah seringkali menjadi patokan, meskipun tidak semua sesuai dengan kenyataan.

Menurut Handspring Health, otak remaja lebih sensitif terhadap penghargaan sosial. Setiap like, komentar, atau jumlah pengikut bisa meningkatkan rasa percaya diri. Sebaliknya, kurangnya respons atau adanya komentar negatif justru membuat harga diri mereka menurun secara drastis.

Dampak Positif Media Sosial

Meski sering dianggap berbahaya, media sosial juga memiliki sisi positif. Studi dari Society for Psychotherapy (2023) menyebut bahwa platform ini bisa menjadi ruang aman bagi anak muda untuk mengekspresikan diri. Mereka bisa berbagi karya seni, tulisan, atau pencapaian yang tidak sempat ditunjukkan di dunia nyata.

Selain itu, media sosial juga memfasilitasi pembentukan komunitas. Anak muda dengan minat serupa bisa saling mendukung dan memberi motivasi. Hal ini berkontribusi terhadap peningkatan self-esteem karena mereka merasa diterima dan memiliki tempat untuk berkembang.

Dampak Negatif Media Sosial

Sayangnya, efek negatif media sosial lebih sering terlihat. Menurut Buletin K-PIN, konsumsi konten berlebihan bisa menyebabkan ketidakpuasan terhadap diri sendiri. Anak muda yang terlalu sering membandingkan kehidupannya dengan orang lain rentan mengalami body dissatisfaction atau ketidakpuasan terhadap bentuk tubuh.

Riset dari Universitas Pancasila (Mindset Journal, 2023) menemukan bahwa penggunaan media sosial yang intensif berkorelasi dengan meningkatnya gejala depresi ringan hingga sedang pada remaja. Alasannya adalah karena validasi eksternal yang terus dicari membuat mereka kehilangan kemampuan untuk menilai diri sendiri secara objektif.

Bagaimana Cara Menjaga Keseimbangan?

Kabar baiknya, dampak negatif media sosial bisa diminimalisasi. Beberapa strategi berikut direkomendasikan oleh para ahli:

  • Batasi waktu penggunaan: Menurut Jurnal PPNI, terlalu lama berselancar di media sosial membuat otak remaja kelelahan dan lebih mudah membandingkan diri. Membatasi screen time bisa membantu menjaga kesehatan mental.
  • Konsumsi konten positif: Pilih akun atau komunitas yang memberi semangat, bukan justru menurunkan rasa percaya diri.
  • Bangun self-esteem dari dalam: Riset dari ResearchGate (2023) menegaskan bahwa harga diri yang stabil berasal dari penerimaan diri, bukan dari validasi eksternal semata.
  • Latih literasi digital: Anak muda perlu memahami bahwa tidak semua yang ditampilkan di media sosial sesuai dengan kenyataan. Banyak konten yang sudah melalui proses edit atau seleksi ketat.
  • Jaga keseimbangan offline: Aktivitas di dunia nyata, seperti olahraga, hobi, dan interaksi langsung dengan teman, tetap penting untuk membangun rasa percaya diri yang sehat.

Media sosial ibarat dua sisi mata uang. Di satu sisi, ia bisa menjadi ruang ekspresi positif yang membangun komunitas dan meningkatkan kepercayaan diri. Namun di sisi lain, penggunaan yang berlebihan dan tidak bijak berpotensi merusak self-esteem anak muda. Kuncinya ada pada keseimbangan. Anak muda perlu sadar bahwa validasi online tidak selalu mencerminkan nilai diri sebenarnya. Dengan pemahaman yang tepat, media sosial bisa tetap menjadi ruang sehat, bukan jebakan yang menggerus harga diri.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *