Lima partai kiri bersatu mengutuk serangan Israel terhadap Iran dan Palestina

Posted on

Kathmandu, 6 Juli — Lima partai kiri utama di Nepal, termasuk CPN (Maoist Centre), telah memutuskan untuk mengadakan program protes bersama yang mengecam intervensi Israel di Asia Barat.

Partai-partai komunis mengkritik tindakan Israel dan menyerukan solidaritas dengan Palestina dan Iran, sementara sejumlah ahli menganjurkan hubungan yang lebih dekat dengan Israel karena kepentingan strategis Nepal.

Mereka juga membahas tantangan internal di antara partai-partai komunis Nepal terkait persatuan dan tindakan kolektif.

Menurut Dev Gurung, sekretaris jenderal Maoist Centre, sebuah pertemuan lima partai yang digelar pada hari Sabtu di markas besar Maoist Centre di Peris Danda memutuskan untuk mengadakan demonstrasi menentang campur tangan Israel di kawasan tersebut.

Gurung mengatakan pertemuan tersebut juga membahas pembentukan mekanisme untuk meluncurkan kampanye menentang pembunuhan brutal Israel terhadap warga Palestina.

Mereka juga telah memutuskan untuk membahas masalah tersebut dengan partai politik lainnya.

Pemimpin yang hadir dalam pertemuan tersebut termasuk Ketua Maoist Centre Pushpa Kamal Dahal, Ketua CPN (Unified Socialist) Madhav Kumar Nepal, juru bicara Partai Komunis Nepal Khadga Bahadur Bishwakarma, Sekretaris Jenderal CPN (Masal) Mohan Bikram Singh, dan Sekretaris Jenderal Ad interim Partai Maois Revolusioner, CP Gajurel.

Beberapa ahli hubungan internasional berpendapat bahwa ketika muncul isu-isu yang melibatkan Israel, Iran, dan Palestina di kawasan Asia Barat, Nepal sebaiknya berdiri mendukung Israel, karena kepentingan nasional Nepal semakin terkait dengan hubungannya dengan negara tersebut.

Mengutip bahwa sekitar 5.000 hingga 7.000 orang Nepal saat ini bekerja di Israel, mereka mengatakan bahwa Nepal harus fokus pada penguatan hubungan dengan Israel.

“Nepal termasuk di antara negara-negara yang mengakui Israel pada saat Israel belum mendapatkan pengakuan internasional secara luas,” kata Arun Kumar Subedi, seorang penasihat kebijakan luar negeri bagi Perdana Menteri Sher Bahadur Deuba saat itu.

Perdana Menteri Nepal yang pertama terpilih, BP Koirala, membuka hubungan diplomatik dengan Israel pada tanggal 1 Juni 1960, menjadikan Nepal sebagai negara Asia Selatan pertama yang membuka hubungan diplomatik dengan Israel.

Karena alasan ini, jika suatu hari hubungan Nepal dengan kekuatan-kekuatan Barat—terutama Amerika Serikat—sampai memburuk pada suatu titik tertentu, Israel dapat berperan sebagai jembatan diplomatik untuk membantu memperbaiki hubungan tersebut, menurutnya. “Oleh karena itu, dari perspektif kepentingan nasional, Israel tetap menjadi mitra strategis yang penting bagi Nepal,” tambah Subedi.

Menurutnya, partai-partai komunis Nepal sering kali lebih dipandu oleh emosi daripada kepentingan nasional ketika mengambil keputusan kebijakan luar negeri. Subedi mengkritik kecenderungan mereka untuk memprioritaskan sentimen ideologis di atas diplomasi yang pragmatis.

Seorang mahasiswa Nepal, Bipin Joshi, yang pergi ke Israel untuk belajar, ditawan oleh Hamas pada Oktober 2023 dan lokasinya hingga kini masih belum diketahui. Subedi menyatakan kaget bahwa partai-partai komunis Nepal terus mendukung Palestina, yang menurutnya diperintah di Gaza oleh kelompok Hamas yang sama yang menculik Joshi.

Subedi percaya bahwa sikap seperti itu mengabaikan kepentingan langsung Nepal dan justru mencerminkan posisi yang bermuatan politis serta dipandu oleh emosi.

Namun, Penjabat Sekretaris Jenderal Partai Maois Revolusioner Gajurel menyatakan bahwa meskipun benar tindakan Hamas yang mengambil seorang warga Nepal sebagai sandera dan gagal memberikan informasi apa pun tentangnya patut dikutuk, tidak dibenarkan seluruh komunitas harus menderita horrors perang karena tindakan satu kelompok.

Gajurel menyatakan bahwa meskipun telah diajukan klaim mengenai gencatan senjata antara Israel dan Palestina, Israel terus melanjutkan serangannya dengan dukungan dari Amerika Serikat. Oleh karena itu, pertemuan tersebut memutuskan untuk mengutuk serangan-serangan yang terus berlangsung ini, katanya.

“Jenis serangan yang telah dilakukan Israel terhadap Palestina dan Iran dengan dukungan Amerika Serikat sangat disayangkan. Kami telah memutuskan untuk meluncurkan protes terhadap hal tersebut,” kata Gajurel kepada Post.

Ketua Maoist Centre Dahal, yang juga merupakan pemimpin oposisi utama di Parlemen, mengangkat isu persatuan di antara partai-partai komunis. Namun, setelah mendengarkan pandangan peserta lain dalam pertemuan tersebut, ia menyatakan bahwa saat ini bukan waktu yang tepat untuk menekankan persatuan segera, kata Gajurel.

“Saat ini, situasinya sedemikian rupa sehingga bahkan membentuk aliansi yang bekerja sama di antara partai-partai komunis pun belum memungkinkan secara langsung, apalagi menuju persatuan yang utuh,” kata Gajurel.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *