Lawi-lawi: Anggur Laut Nikmat dan Manfaat Luar Biasa

Posted on

Pengalaman Berburu Lawi-Lawi di Desa Labuan, Sulawesi Tengah

Pada suatu pagi yang cerah, saya mengikuti perjalanan bersama dua nelayan Bajo bernama Mahyudin dan Parman di Desa Labuan, Kabupaten Tojo Una-Una, Sulawesi Tengah. Tujuan kami adalah mencari lawi-lawi atau dikenal juga dengan sebutan anggur laut. Nama ini berasal dari bentuknya yang mirip buah anggur dengan bulatan-bulatan berwarna hijau transparan. Lawi-lawi ini tumbuh di perairan tenang, tidak jauh dari pemukiman penduduk Bajo.

Setelah perjalanan sekitar lima menit, kami tiba di lokasi pencarian. Perairannya sangat jernih dan tenang. Di tengah laut, terdapat sebuah gubuk yang berdiri kokoh di atas air. Setelah menambatkan perahu di tiang gubuk tersebut, Pak Mahyudin langsung melompat ke dalam air. Ia menyelam dan muncul kembali untuk menjelaskan apa yang ada di dasar laut. Saya sendiri ingin mengamati proses penyelaman mereka, sehingga memilih tetap di atas perahu.

Saya penasaran dengan kemampuan mereka bertahan lama di bawah air. Saya pun meminta Pak Mahyudin menyelam sambil memperhatikan waktu di handphone. Hasilnya, ia bisa bertahan cukup lama, hampir tiga kali lipat dari kemampuan saya. Selama penyelaman, Pak Mahyudin tidak hanya mencari lawi-lawi, tetapi juga menemukan banyak kerang. Ini seperti pepatah “sambil menyelam minum air”, karena hasilnya lebih dari yang diharapkan.

Kemudian, Pak Parman bergabung dalam pencarian. Ia dikenal sebagai penyelam handal di desa tersebut. Biasanya, ia menyelam untuk memanah dan menombak ikan. Untuk mencari lawi-lawi, ia melakukan beberapa kali penyelaman dan berhasil mengumpulkan satu ember penuh dalam hitungan detik. Setelah selesai, saya memotret proses pengumpulan lawi-lawi dan kerang, lalu kami kembali ke pemukiman.

Sebelumnya, saya belum pernah melihat lawi-lawi secara langsung, apalagi mencobanya. Saya sangat penasaran bagaimana proses pengolahan, rasa, dan manfaatnya bagi kesehatan. Di pemukiman, saya menyaksikan bagaimana lawi-lawi diolah menjadi makanan. Pertama, lawi-lawi dibersihkan beberapa kali untuk menghilangkan kotoran seperti pasir. Kemudian direndam selama 15 menit menggunakan air garam.

Setelah itu, lawi-lawi ditiriskan hingga kering, lalu dicampur dengan bumbu seperti garam, cabai, kencur, dan jeruk asam, serta kelapa parut sangrai. Setelah diaduk merata, lawi-lawi siap disajikan. Meski bisa dimakan langsung, rasanya akan lebih nikmat jika disajikan bersama ikan bakar, umbi-umbian, dan pisang rebus.

Proses pengolahan lawi-lawi berbeda-beda sesuai selera dan bahan yang tersedia. Meskipun lawi-lawi sudah bersih, bisa langsung dimakan dengan tekstur yang renyah dan rasa asin. Makanan ini sering disajikan sebagai lalapan. Di Pulau Kabalutan, Tojo Una-Una, pengolahan lawi-lawi cukup beragam. Di sana, lawi-lawi melimpah di sekitar pemukiman penduduk, bahkan tumbuh di tiang-tiang rumah mereka.

Di Kabalutan, saya juga mencoba olahan lawi-lawi. Di sana, lawi-lawi disajikan sebagai lalapan dengan sambal terpisah. Uniknya, seperti di Desa Labuan, menikmati lawi-lawi akan lebih lezat jika disajikan bersama ikan bakar dan pisang rebus.

Beragam Manfaat Hewan Laut yang Menakjubkan

Selain rasanya lezat, lawi-lawi memiliki berbagai manfaat bagi kesehatan. Makanan ini dikenal sebagai “superfood” dari laut karena kandungan gizinya yang tinggi. Dengan vitamin, mineral, dan antioksidan, lawi-lawi bermanfaat untuk memperkuat imunitas tubuh, menjaga kesehatan jantung, melancarkan pencernaan, mencegah anemia, memperbaiki sel-sel kulit, mengurangi peradangan, memperkuat tulang, menjaga kesehatan mata, mencegah penyakit tiroid, dan mencegah stanting.

Lawi-lawi telah lama dikenal sebagai makanan bermanfaat bagi kesehatan. Karena manfaatnya yang baik, anggur laut ini menjadi komoditas yang diminati di pasar lokal maupun internasional. Indonesia sebagai salah satu penghasil lawi-lawi memiliki peluang besar untuk mengembangkan komoditas ini sebagai sumber pendapatan, terutama bagi masyarakat pesisir.

Permintaan yang semakin meningkat di pasar internasional dapat meningkatkan devisa negara melalui ekspor. Lawi-lawi bisa dibudidayakan dengan melibatkan masyarakat pesisir yang memiliki kearifan lokal. Pengembangan ini tidak hanya bertujuan untuk kepentingan ekonomi, tetapi juga untuk menjaga kelestarian lingkungan dan melestarikan identitas budaya masyarakat pesisir.