Serangan Israel di Doha dan Reaksi Keras Mesir
Serangan udara yang terjadi di Doha, ibu kota Qatar, pada hari Selasa lalu, menimbulkan kekhawatiran besar di kawasan Timur Tengah. Menurut laporan intelijen, serangan ini ditujukan kepada para pemimpin Hamas yang diduga berada di wilayah tersebut. Peristiwa ini menunjukkan bahwa Israel tidak hanya fokus pada pejuang Hamas di Gaza, tetapi juga mencoba menghancurkan struktur kepemimpinan mereka dari luar wilayah konflik.
Menurut sumber keamanan tingkat tinggi, Israel telah merencanakan serangan terhadap pemimpin Hamas di Kairo selama beberapa waktu. Alasannya adalah karena Mesir berhasil menggagalkan upaya-upaya sebelumnya dalam negosiasi gencatan senjata di kota itu selama dua tahun terakhir. Mesir menegaskan bahwa setiap tindakan yang dilakukan Israel di wilayahnya akan dianggap sebagai pelanggaran kedaulatan dan dapat memicu perang.
Reaksi Keras dari Pihak Mesir
Pihak Mesir menyatakan bahwa mereka tidak akan membiarkan Israel melanggar kedaulatan negara mereka. Mereka menegaskan bahwa setiap upaya pembunuhan terhadap tokoh-tokoh Hamas di tanah Mesir akan dianggap sebagai deklarasi perang oleh Israel. Sumber keamanan tersebut menekankan bahwa Mesir akan segera memberikan balasan atas tindakan tersebut.
Meskipun belum ada pengumuman resmi tentang keberadaan pemimpin Hamas di Mesir, sumber keamanan tersebut mengungkapkan bahwa beberapa dari mereka telah tinggal di negara tersebut selama bertahun-tahun, bahkan sebelum perang Gaza saat ini. Namun, identitas, jumlah, dan lokasi pasti mereka tetap dirahasiakan untuk alasan keamanan.
Keterlibatan Mesir dalam Negosiasi Gencatan Senjata
Mesir juga telah memainkan peran penting dalam mediasi antara Israel dan faksi-faksi Palestina, termasuk Hamas. Namun, dalam beberapa bulan terakhir, Kairo semakin dikesampingkan dalam negosiasi gencatan senjata Gaza. Hal ini disebabkan oleh ketidaktegasan Israel terhadap kemungkinan gencatan senjata, yang membuat hubungan antara Mesir dan Israel menjadi tegang.
Sebelum serangan Doha, hubungan antara Mesir dan Israel sudah terganggu. Pihak Mesir telah mendesak Israel untuk kembali berunding dan mencari solusi damai di Gaza. Namun, Israel justru memilih untuk melakukan serangan yang berpotensi memicu konflik lebih lanjut.
Penjelasan dari Pejabat Militer Mesir
Pejabat militer Mesir menegaskan bahwa serangan di Doha tidak melibatkan wilayah udara Mesir. Mereka menyatakan bahwa tidak ada pesawat Israel yang melintasi wilayah udara Mesir selama operasi tersebut. Selain itu, Mesir juga mengklaim bahwa mereka tidak memiliki pengetahuan sebelumnya tentang serangan Doha dan tidak ada koordinasi antara pihak Mesir, Israel, atau AS terkait operasi tersebut.
Sistem pertahanan udara Tiongkok yang ditempatkan di Semenanjung Sinai, yang berbatasan dengan Israel, dinilai sangat efektif dalam mencegah pesawat asing melintasi wilayah tersebut tanpa izin. Hal ini menunjukkan bahwa Mesir memiliki mekanisme pengamanan yang kuat untuk menjaga kedaulatannya.
Ancaman Netanyahu dan Perspektif Global
Setelah serangan Doha, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memberikan pernyataan yang menantang negara-negara yang melindungi teroris. Ia mengatakan bahwa jika negara-negara tersebut tidak mengusir teroris, maka Israel akan melakukannya sendiri. Ia juga membandingkan serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 dengan serangan 11 September 2001 di AS, serta membayangkan kampanye Israel melawan Hamas sebagai bagian dari perang global melawan “terorisme”.
Namun, analis keamanan yang berbicara dengan syarat anonim mengungkapkan bahwa peringatan dari sumber-sumber tersebut bukan hanya tentang pembelaan terhadap Hamas, tetapi juga tentang posisi Mesir di kawasan. Mesir tidak secara langsung membela Hamas, tetapi mereka menganggap dirinya sebagai negara Arab yang strategis. Setiap serangan Israel di wilayahnya akan dianggap sebagai bentuk penghinaan dan bisa merusak prestise serta status regional Mesir.
Peran Historis Mesir dalam Mediasi
Sejak awal, Mesir telah menjadi mediator penting dalam konflik antara Israel dan faksi-faksi Palestina. Namun, dalam beberapa bulan terakhir, Kairo semakin dikesampingkan dalam negosiasi gencatan senjata Gaza. Ini disebabkan oleh kekhawatiran di Kairo bahwa serangan darat Israel di wilayah kantong tersebut bisa menyeret Mesir ke dalam konflik.
Kemampuan Mesir untuk bertindak sebagai mediator yang kredibel di Gaza akan runtuh jika Israel dibiarkan melakukan pembunuhan di Kairo tanpa kendali. Oleh karena itu, Mesir harus segera mengambil langkah-langkah untuk memastikan bahwa kedaulatannya tetap dihormati dan konflik tidak berkembang lebih jauh.
Mesir adalah negara Arab pertama yang menormalisasi hubungan dengan Israel, dengan perjanjian damai yang ditengahi AS pada tahun 1979. Meski demikian, rakyat Mesir sebagian besar masih menentang normalisasi hubungan tersebut, menganggap Israel sebagai musuh dan penjajah Palestina.