Kriteria Kesahihan Hadis: Refleksi Modul PPG Kemenag 2025

Posted on

Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) Dalam Jabatan Kementerian Agama Republik Indonesia

Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) Dalam Jabatan Kementerian Agama Republik Indonesia kembali dilaksanakan melalui skema Transformasi+, yang resmi dimulai pada Selasa, 3 September 2025. Program ini menjadi salah satu langkah strategis Kemenag dalam meningkatkan profesionalisme guru madrasah di seluruh Indonesia.

Dalam proses pelaksanaannya, para peserta PPG dibekali dengan sejumlah modul pembelajaran yang bersifat profesional dan mendalam. Untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI), terdapat total delapan topik utama yang harus dipelajari dan dipahami secara menyeluruh oleh peserta.

Salah satu topik penting yang menjadi bagian dari modul profesional PAI adalah Topik 2: Kriteria Kesahihan Hadis. Dalam topik ini, peserta diminta untuk menyusun tugas refleksi profesional, sebagai bagian dari upaya penguatan pemahaman terhadap ilmu hadis dalam konteks pembelajaran di madrasah.

Untuk membantu para guru dalam memahami bagaimana bentuk tugas refleksi yang tepat, artikel ini menyajikan contoh jawaban tugas refleksi profesional Modul PAI PPG Kemenag 2025 Topik 2. Contoh ini disusun untuk menjadi referensi pembelajaran, bukan untuk disalin sepenuhnya, melainkan sebagai acuan dalam menyusun refleksi pribadi berdasarkan pengalaman dan pemahaman masing-masing peserta.

Tugas Refleksi

Instruksi:
1. Pilih materi yang menarik dan deskripsikan materi tersebut!
2. Lakukan analisis implementasi penerapan materi tersebut!
3. Tuliskan pengalaman praktis dari proses pembelajaran yang mendukung atau bertentangan dengan materi yang dipelajari!
4. Uraikan tantangan yang dihadapi dan hikmah (lesson larn) yang didapatkan!
5. Buat rencana aksi penerapan materi tersebut dalam kegiatan pembelajaran!

Topik 2: Kriteria Kesahihan Hadis

Deskripsi Materi

Materi “Kriteria Kesahihan Hadis” membahas bagaimana suatu hadis dapat dikategorikan sebagai shahih (autentik) berdasarkan kajian ilmu hadis. Hadis dianggap sahih apabila memenuhi lima kriteria utama:
1. Sanad-nya bersambung (Ittishal as-Sanad) – Rangkaian perawi hadis harus tidak terputus dari Nabi Muhammad SAW hingga periwayat terakhir.
2. Perawinya adil (Adalah ar-Rāwī) – Perawi harus seorang Muslim yang berakhlak baik, tidak fasik, dan memiliki integritas tinggi.
3. Perawinya dhabit (Dhabt ar-Rāwī) – Perawi harus memiliki ketelitian dan ingatan yang kuat dalam meriwayatkan hadis.
4. Tidak ada kejanggalan (Syadh) – Hadis tidak boleh bertentangan dengan hadis lain yang lebih kuat atau lebih banyak periwayatnya.
5. Tidak ada cacat tersembunyi (Illah Qadihah) – Hadis tidak boleh memiliki kecacatan yang membuatnya lemah, baik dalam sanad maupun matan.

Dengan memahami kriteria ini, kita bisa membedakan antara hadis shahih, hasan, dha’if, atau bahkan Maudhu’ (palsu).

Analisis Implementasi Penerapan Materi

Penerapan materi ini dalam kehidupan dan pembelajaran Islam dapat dianalisis sebagai berikut:

Dalam Kajian Keislaman:

Umat Islam harus memahami kesahihan hadis sebelum mengamalkannya. Ini penting untuk menghindari penyebaran hadis palsu yang dapat menyesatkan.

Dalam Pendidikan Islam:

Guru harus membiasakan siswa untuk merujuk pada hadis-hadis yang telah diklasifikasikan oleh ulama hadis (seperti Imam Bukhari, Muslim, dan lainnya).

Dalam Kehidupan Sehari-hari:

Memahami kriteria hadis membantu masyarakat agar tidak mudah percaya pada informasi keagamaan yang belum terverifikasi.

Pengalaman Praktis dalam Pembelajaran

Mendukung Materi:

Dalam kelas, guru mengajak siswa meneliti contoh hadis yang tersebar di media sosial. Beberapa hadis yang populer ternyata dha’if atau bahkan palsu, sehingga siswa memahami pentingnya verifikasi sumber.

Bertentangan dengan Materi:

Ada siswa yang pernah mendapatkan hadis tanpa sumber yang jelas dari ceramah atau media digital. Saat dibandingkan dengan ilmu hadis, hadis tersebut ternyata tidak sahih. Ini menunjukkan masih banyak masyarakat yang belum memahami pentingnya validasi hadis.

Tantangan dan Hikmah yang Didapatkan

Tantangan:

Banyak hadis dha’if atau palsu yang sudah lama beredar dan dipercaya oleh masyarakat. Sebagian orang lebih mengutamakan hadis yang menarik atau sesuai kepentingan mereka tanpa mengecek kesahihannya. Sumber informasi digital yang tidak semuanya kredibel, sehingga siswa perlu dibimbing untuk membedakan mana hadis yang benar dan mana yang tidak.

Hikmah yang Didapatkan:

Pentingnya mengajarkan literasi hadis kepada siswa agar mereka lebih kritis dalam menerima informasi keagamaan. Menyadari bahwa ilmu hadis memiliki metode ilmiah yang ketat dalam menjaga keaslian ajaran Islam. Guru perlu memberikan contoh-contoh nyata agar siswa lebih memahami bagaimana cara menilai kesahihan hadis dalam kehidupan sehari-hari.

Rencana Aksi dalam Pembelajaran

Untuk mengimplementasikan materi ini dalam pembelajaran, berikut rencana aksinya:

  1. Metode Analisis Hadis

    Mengajarkan siswa bagaimana cara mengecek kesahihan hadis dengan mencari sanad dan matannya dari kitab-kitab hadis yang terpercaya.

  2. Studi Kasus Hadis Palsu

    Menugaskan siswa untuk mencari hadis yang sering muncul di media sosial dan menganalisis apakah hadis tersebut sahih atau tidak.

  3. Mendatangkan Ahli Hadis

    Mengundang ustadz atau ahli hadis untuk menjelaskan langsung cara mengidentifikasi hadis sahih dan dha’if.

  4. Pembuatan Infografis Kesahihan Hadis

    Siswa diajak membuat infografis sederhana yang menjelaskan kriteria kesahihan hadis agar lebih mudah dipahami oleh teman-temannya.

  5. Diskusi Kelompok

    Mengadakan diskusi kelompok tentang hadis-hadis yang sering diperdebatkan, lalu siswa belajar mencari sumber yang valid dari kitab hadis.

Dengan rencana aksi ini, siswa dapat lebih kritis dalam menerima hadis, memahami pentingnya keautentikan hadis dalam Islam, dan dapat menghindari penyebaran hadis palsu dalam kehidupan sehari-hari.