Pengalaman dan Tanggung Jawab Seorang Kader PDIP
FX Hadi Rudyatmo, yang akrab dipanggil Rudy, tidak pernah melupakan pesan penting dari Ketua Umum PDI Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri. Pesan tersebut diberikan saat ia ditunjuk sebagai Pelaksana Tugas (Plt) Ketua DPD PDIP Jawa Tengah. Meski telah menjabat sebagai Ketua DPC PDIP Kota Solo selama 25 tahun atau lima periode berturut-turut, Rudy tetap memegang pesan itu dengan penuh makna.
Pesan singkat dari Megawati, “Kowe ning Solo sik, Rud.” (Kamu di Solo tetap, Rudy), mengandung makna tentang loyalitas dan tanggung jawab seorang kader partai. Bagi Rudy, pesan ini menjadi motivasi untuk menjalankan setiap perintah dengan sepenuh hati, meskipun harus menghadapi risiko besar.
“Saya ditugasi ketua umum ibaratnya saya disuruh masuk sumur yang beracun kalau itu untuk kepentingan PDI Perjuangan dan masyarakat itu akan saya lakukan,” ujarnya. Namun, Rudy juga menekankan bahwa setiap penugasan harus dilakukan dengan perhitungan agar tidak sia-sia.
“Untuk melakukan kan saya butuh peralatan dan sebagainya jangan sampai saya mengambil persoalan yang ada di dalam sumur saya meninggal di situ saya tidak ada artinya. Inilah yang menjadi komitmen saya kepada Ibu Ketua Umum,” tambahnya.
Penugasan Baru yang Tidak Terduga
Rudy mengaku tidak menyangka akan dipercaya sebagai Plt Ketua DPD PDIP Jawa Tengah. Ia telah menjabat sebagai Ketua DPC PDIP Kota Solo selama 25 tahun, atau lima periode berturut-turut. Kini, ia merangkap jabatan sebagai Ketua DPC PDIP Kota Solo sekaligus Plt Ketua DPD PDIP Jawa Tengah.
Penugasan ini dilakukan menyusul pergeseran posisi Bambang Wuryanto, yang kini menjabat sebagai Ketua Bidang Pemenangan Pemilu (Bapilu) Legislatif dalam struktur DPP PDI-P periode 2025–2030. Surat penugasan Rudy sebagai Plt Ketua DPD PDIP Jawa Tengah tertanggal 15 Agustus 2025, namun ia baru mendapat pemberitahuan resmi dari Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto pada Rabu (20/8/2025) malam.
Ia menyatakan akan berkoordinasi dengan Bambang Wuryanto atau Bambang Pacul, yang sebelumnya menjabat posisi tersebut dan kini fokus pada tugas di DPP. “Namun prioritas untuk yang saya kerjakan besok setelah saya bisa komunikasi dengan Mas Pacul. Mas saya mohon arahan dan sebagainya saya karena ditugasi sebagai Plt ini tentunya tidak mudah. Seperti tugas ada di DPC PAC,” jelasnya.
Komitmen terhadap Partai dan Gotong Royong
Rudy menegaskan bahwa dalam mengemban amanat baru ini, ia akan tetap mengedepankan kepentingan partai dengan semangat gotong royong. “Ini 35 kota kabupaten mestinya harus bersatu gotong royong. Jangan ada pikiran untuk menyingkirkan orang. Saya tidak memikirkan hal itu. Semua adalah orangnya Bu Hj. Megawati,” tegasnya.
Meski tugas tersebut tidak mudah mengingat luasnya wilayah Jawa Tengah, Rudy siap mengemban amanah tersebut. “Dengan saya ditunjuk Plt ini saya juga merasa beban bertambah. Namun karena ini merupakan perjuangan apa pun yang diperintahkan ketua umum pasti akan saya laksanakan dengan sepenuh hati tanpa ada hal-hal yang nanti untuk mengurangi apa yang diharapkan oleh teman-teman,” pungkasnya.
Latar Belakang dan Karier Politik
Fransiskus Xaverius Hadi Rudyatmo lahir di Surakarta, Jawa Tengah, pada 13 Februari 1960. Ia merupakan kader senior dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Meski tidak memiliki latar belakang pendidikan politik, Rudyatmo memulai kariernya sebagai tukang las dan sempat bekerja di perusahaan farmasi dan makanan PT Konimex.
Perjalanan politik Rudyatmo dimulai dari akar rumput:
– Ketua RT di lingkungan tempat tinggalnya
– Ketua LPMK Pucangsawit (1993–2006)
– Ketua DPC PDIP Surakarta (2000–sekarang)
Ia terpilih sebagai anggota DPRD Kota Surakarta pada Pemilu 2004. Kariernya melesat saat mendampingi Joko Widodo sebagai Wakil Wali Kota Surakarta periode 2005–2010 dan 2010–2012. Ketika Jokowi maju sebagai Gubernur DKI Jakarta pada 2012, Rudyatmo menggantikan posisi sebagai Wali Kota Surakarta dan dilantik pada 19 Oktober 2012. Ia kemudian terpilih kembali untuk periode 2016–2021.
Rudyatmo sempat menjadi sorotan karena dukungannya terhadap Ganjar Pranowo sebagai capres 2024, yang berujung pada peringatan dari Dewan Kehormatan DPP PDIP karena dianggap melanggar disiplin partai. Ia juga pernah diisukan akan menjabat sebagai Menteri Sosial menggantikan Juliari Batubara.
