Naskah Khutbah Jumat 12 September 2025: Berkata yang Baik atau Diam
Di hari Jumat, yang merupakan hari penuh keberkahan bagi umat Muslim, kita diingatkan untuk menjaga ketakwaan kepada Allah SWT. Hari ini juga menjadi momen penting dalam menegaskan ketaatan terhadap ajaran agama Islam, termasuk dalam hal berkata-kata. Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an surat al-Hujurat ayat 13:
“Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa.”
Dalam khutbah ini, kita diajak untuk lebih memperhatikan perkataan dan ucapan kita. Karena dalam Islam, berkata yang baik adalah bentuk amal ibadah yang sangat dianjurkan. Allah SWT berfirman dalam Surat al-Baqarah ayat 83:
“Ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia.”
Kita juga diberi peringatan melalui hadis Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang menyatakan bahwa siapa pun yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah dia mengucapkan perkataan yang baik atau diam. Ini menjadi pengingat bahwa tidak semua hal perlu diucapkan. Terkadang diam lebih bermanfaat daripada berkata yang tidak bermakna.
Pentingnya Menjaga Ucapan
Allah SWT memberikan janji surga bagi orang-orang yang menjaga perkataan mereka. Dalam Surat Al-Hajj ayat 24, disebutkan bahwa orang-orang beriman diberi petunjuk untuk mengucapkan ucapan yang baik. Selain itu, dalam Surat Al-Isra’ ayat 53, Allah memerintahkan hamba-Nya untuk mengucapkan perkataan yang benar dan baik, karena setan sering kali menimbulkan perselisihan di antara manusia.
Perkataan yang baik bukan hanya berdampak positif pada diri sendiri, tetapi juga dapat membawa kebaikan bagi sesama. Dengan demikian, kita harus selalu mempertimbangkan apa yang akan kita ucapkan sebelum berkata. Jika tidak ada manfaatnya, lebih baik diam. Karena perkataan buruk bisa menyakiti hati orang lain dan merusak hubungan harmonis.
Keistimewaan Orang yang Berbicara dengan Baik
Imam al-Lu’lu’i mengatakan dalam syair Adabut Thalab:
“Dalam banyaknya bicara dapat menimbulkan sebagian kebencian.”
Ini menjadi pengingat bahwa terlalu banyak berbicara tanpa pertimbangan bisa berpotensi menyebabkan konflik. Oleh karena itu, Imam al-Nawawi menyarankan agar seseorang yang ingin berbicara terlebih dahulu memikirkan apa yang akan dikatakannya. Jika ucapan tersebut memiliki manfaat, maka boleh dikatakan. Namun jika tidak, lebih baik diam.
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam juga mengajarkan bahwa orang yang beriman bukanlah orang yang suka mencela dan mengutuk. Sabda beliau:
“Orang yang beriman bukanlah orang yang suka mencela dan mengutuk.”
Hal ini menunjukkan bahwa perilaku baik, termasuk dalam berkata-kata, adalah ciri dari orang beriman. Kita harus menjaga tutur kata agar tidak menyakiti sesama, bahkan jika hanya sekadar berkata-kata biasa.
Peran Khutbah dalam Membentuk Kepribadian
Khutbah Jumat tidak hanya sebagai ajang penyampaian informasi, tetapi juga sebagai sarana pembentukan karakter. Melalui khutbah, kita diingatkan untuk senantiasa menjaga kebaikan dalam perkataan dan tindakan. Kita juga diajak untuk meningkatkan kesadaran bahwa setiap perkataan yang keluar dari mulut kita memiliki dampak, baik secara langsung maupun tidak.
Dengan mematuhi anjuran Allah dan Rasulullah, kita dapat menjadi individu yang lebih baik, baik dalam berperilaku maupun dalam berkata-kata. Semoga kita dapat digolongkan sebagai orang-orang yang beriman dan menjaga kebaikan dalam setiap ucapan. Dan semoga kita dijauhkan dari api neraka, serta diberi kekuatan untuk selalu berkata yang baik atau diam jika tidak mungkin berkata baik.


