Kepiting Tapal Kuda, Makhluk Zaman Dinosaurus, Kini Terancam Punah

Posted on

Kepiting Tapal Kuda: Hewan Purba dengan Darah Biru yang Berharga

Kepiting tapal kuda atau horseshoe crab adalah hewan bercangkang yang telah hidup selama 400 juta tahun. Bahkan, mereka sudah ada sebelum zaman dinosaurus. Hewan ini berhasil bertahan melalui berbagai era dan bencana besar, termasuk kepunahan massal, hingga akhirnya masih bisa ditemukan di Bumi hingga saat ini.

Darah dari hewan ini memiliki warna biru dan sangat bernilai, terutama dalam dunia medis. Baru-baru ini, sebuah unggahan di media sosial menyebutkan bahwa darah kepiting tapal kuda bernilai sekitar 60.000 dolar AS per galon. Dengan satu galon setara dengan 3,79 liter, maka harga darah biru ini mencapai sekitar 256 juta rupiah per liter. Informasi ini memicu banyak respons dari warganet, terutama mengenai apakah pengambilan darah untuk keperluan medis dapat membahayakan kelangsungan hidup spesies ini.

Pengambilan Darah dan Dampak pada Spesies

Menurut Rury Eprilurahman, dosen Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada (UGM), kepiting tapal kuda sering disebut sebagai “mimi lan mintuno” dalam bahasa Jawa. Di Indonesia, mereka juga dikenal dengan nama belangkas. Hewan ini tidak hanya diambil darahnya, tetapi juga dikonsumsi, terutama bagian telurnya.

Proses pengambilan darah biasanya dilakukan melalui sela ruas tubuh atau menggunakan jarum steril. Warna biru dari darah kepiting ini disebabkan oleh kandungan tembaga yang tinggi. Meskipun hanya 30 persen darah yang diambil, Rury menegaskan bahwa hal ini tetap berdampak pada kehidupan hewan tersebut. Ia menilai praktik pengambilan darah ini bertentangan dengan prinsip etika hewan.

Kepiting tapal kuda termasuk dalam hewan yang dilindungi, sehingga pemanfaatannya harus mendapatkan izin yang ketat. Pengambilan dalam jumlah besar bisa berpotensi menyebabkan kepunahan. Menurut Rury, hewan ini hidup di muara berpasir di Indonesia dan sering diambil masyarakat untuk dikonsumsi atau diselundupkan secara ilegal.

Sejarah Hewan Purba yang Bertahan

Dokter hewan Fakultas Kedokteran Hewan UGM, Slamet Raharjo, menjelaskan bahwa kepiting tapal kuda sudah ada sejak 400 juta tahun lalu. Anatomi mereka pada masa itu sangat mirip dengan spesies yang hidup saat ini. Hal ini menunjukkan bahwa jenis kepiting ini hampir tidak mengalami evolusi signifikan.

Meski begitu, penyebab kepiting tapal kuda bisa bertahan dari kepunahan massal masih menjadi misteri. Slamet menduga bahwa habitat mereka di perairan pesisir menjadi salah satu alasan utama. Perubahan iklim di wilayah daratan lebih parah dibandingkan perairan, sehingga membuat mereka lebih aman.

Selain itu, cangkang keras yang dimiliki kepiting tapal kuda seperti armadilo memberikan perlindungan dari predator, kecuali manusia. Struktur tubuh mereka terdiri dari cangkang depan (prosoma), cangkang belakang (opisthosoma), dan ekor berduri (telson). Hewan ini sangat peka terhadap cahaya dan hidup di lingkungan perairan tenang.

Pentingnya Perlindungan dan Kesadaran

Pengambilan darah dan konsumsi kepiting tapal kuda yang berlebihan dapat mengancam keberlangsungan spesies ini. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat dan pihak terkait untuk lebih memperhatikan perlindungan hewan langka ini. Diperlukan kesadaran akan pentingnya menjaga keanekaragaman hayati dan menjaga keseimbangan ekosistem.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *