Kepemimpinan BRICS Menentang Serangan ke Gaza dan Iran, Minta Perubahan Global

Posted on

Kekuatan dan Tantangan BRICS di Tengah Perubahan Global

Pada hari Minggu (6/7/2025), para pemimpin negara-negara anggota BRICS menyampaikan kecaman terhadap serangan yang terjadi di Gaza dan Iran, serta menyerukan reformasi mendesak terhadap lembaga-lembaga internasional. Dalam forum yang semakin menjadi poros utama diplomasi multilateral, BRICS menunjukkan perannya sebagai aliansi yang semakin memperkuat suara negara-negara berkembang di tengah meningkatnya konflik dan ketegangan perdagangan global.

Dalam pidato pembukaan KTT BRICS di Rio de Janeiro, Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva menggarisbawahi pentingnya peran BRICS sebagai pewaris sah Gerakan Non-Blok era Perang Dingin. Ia menekankan bahwa dalam situasi di mana multilateralisme sedang diuji, kemandirian negara-negara berkembang kembali menjadi ujian utama.

BRICS kini mencakup lebih dari 50% populasi dunia dan menyumbang sekitar 40% dari output ekonomi global. Sejak pertemuan puncak pertamanya pada tahun 2009 yang hanya diikuti oleh Brasil, Rusia, India, dan China, kelompok ini telah berkembang pesat. Pada 2024, BRICS resmi menerima masuknya Mesir, Ethiopia, Indonesia, Iran, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab. Keberadaan Presiden Indonesia Prabowo Subianto dalam forum ini menandai debut negara Asia Tenggara tersebut di level pemimpin BRICS.

Meski demikian, dinamika internal BRICS tampak kompleks. Presiden China Xi Jinping tidak hadir secara langsung dan hanya mengutus Perdana Menteri Li Qiang. Sementara itu, Presiden Rusia Vladimir Putin mengikuti acara secara virtual akibat status hukumnya di Mahkamah Pidana Internasional. Namun, sejumlah kepala negara seperti Narendra Modi (India) dan Cyril Ramaphosa (Afrika Selatan) hadir langsung dalam diskusi yang berlangsung di Museum Seni Modern Rio.

Lebih dari 30 negara dilaporkan telah mengajukan minat untuk bergabung atau menjalin kemitraan dengan BRICS. Hal ini menunjukkan bahwa kekuatan diplomatik BRICS semakin meningkat, sekaligus memberikan bobot baru bagi kelompok ini dalam upaya menjadi suara utama negara-negara berkembang.

Perluasan Anggota dan Tantangan Baru

Perluasan keanggotaan BRICS memberikan dampak signifikan terhadap posisi kelompok ini. Para pemimpin menekankan pentingnya reformasi terhadap Dewan Keamanan PBB dan Dana Moneter Internasional (IMF). Lula menegaskan bahwa jika tata kelola global tidak mencerminkan realitas multipolar abad ke-21, maka BRICS harus menjadi penggeraknya.

Dalam pernyataan bersama yang dirilis pada hari Minggu sore, para pemimpin mengecam serangan terhadap infrastruktur sipil dan fasilitas nuklir damai di Iran. Mereka juga menyampaikan “keprihatinan mendalam” atas penderitaan rakyat Palestina akibat serangan Israel ke Gaza. Selain itu, mereka mengecam serangan teroris di wilayah Kashmir yang dikelola India.

Di bidang perdagangan, BRICS memperingatkan bahwa tren kenaikan tarif—secara tidak langsung merujuk pada kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump—mengancam stabilitas perdagangan global. Kelompok ini juga mendukung Ethiopia dan Iran untuk menjadi anggota WTO, serta mendesak pemulihan segera mekanisme penyelesaian sengketa dagang badan tersebut.

BRICS juga menyetujui inisiatif uji coba BRICS Multilateral Guarantees dalam lingkup Bank Pembangunan Baru (NDB) guna menekan biaya pembiayaan dan memperkuat investasi di negara anggota.

Isu Kecerdasan Buatan dan Perubahan Iklim

Dalam pernyataan terpisah mengenai kecerdasan buatan, para pemimpin menegaskan pentingnya perlindungan terhadap penggunaan AI tanpa izin, pengumpulan data berlebihan, serta perlunya sistem pembayaran yang adil.

Brasil, yang akan menjadi tuan rumah Konferensi Iklim PBB pada November mendatang, memanfaatkan KTT BRICS ini untuk menegaskan bahwa negara-negara berkembang pun serius menangani isu perubahan iklim—bertolak belakang dengan sikap Presiden Trump yang memilih mengerem agenda hijau AS.

Dalam pertemuan bilateral di Rio, China dan UEA mengisyaratkan komitmen investasi pada Tropical Forests Forever Facility, inisiatif konservasi hutan tropis yang tengah dikembangkan Brasil. Hal ini menunjukkan bahwa BRICS tidak hanya fokus pada isu politik dan ekonomi, tetapi juga pada isu lingkungan yang semakin mendesak.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *