Varian Baru Virus Corona, Stratus (XFG), yang Mulai Mendominasi di Indonesia
Varian baru virus corona yang dikenal sebagai Stratus atau XFG kini menjadi perhatian utama masyarakat. Diketahui bahwa varian ini pertama kali terdeteksi di Asia Tenggara pada bulan Januari dan mulai menyebar secara signifikan sejak akhir Juni 2025. Menurut data dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes), varian ini telah mendominasi hingga 75 persen kasus positif COVID-19 di Indonesia pada Mei, dan meningkat menjadi 100 persen pada bulan Juni.
Beberapa wilayah seperti DKI Jakarta, Jawa Timur, Banten, Jawa Barat, Sumatera Selatan, hingga Yogyakarta mencatatkan jumlah kasus tertinggi terkait varian Stratus. Kemenkes mengimbau masyarakat tetap waspada dan mengenali gejala yang muncul agar dapat segera melakukan tindakan pencegahan.
Apa Itu Varian Stratus?
Varian Stratus, atau XFG, merupakan kombinasi dari dua varian sebelumnya yaitu F.7 dan LP.8.1.2. Galur LP.8.1.2 adalah salah satu varian yang paling umum di Amerika Serikat. Mutasi yang terjadi pada varian ini membuat kemampuan XFG untuk menghindari respons imun tubuh meningkat. Namun, meskipun demikian, penularannya lebih rendah dibandingkan varian dominan lainnya.
Menurut Subhash Verma, profesor mikrobiologi dan imunologi di University of Nevada, Reno, tidak ada bukti jelas bahwa XFG menyebabkan penyakit yang lebih parah atau gejala yang berbeda secara signifikan dibandingkan varian Omicron sebelumnya. Ia juga menegaskan bahwa saat ini belum ada masalah kesehatan masyarakat langsung yang terkait dengan varian ini.
Gejala yang Muncul Akibat Varian Stratus
Gejala yang dialami oleh penderita varian Stratus mirip dengan gejala flu biasa. Penderitanya awalnya mungkin tidak menyadari bahwa mereka sedang terinfeksi virus corona. Berikut adalah gejala umum yang sering muncul:
- Demam atau menggigil
- Batuk
- Sesak napas atau kesulitan bernapas
- Sakit tenggorokan
- Hidung tersumbat atau berair
- Hilangnya indra perasa atau penciuman
- Kelelahan
- Nyeri otot atau badan
- Sakit kepala
- Mual atau muntah
- Diare
Salah satu gejala khas dari varian ini adalah tenggorokan yang serak atau kering. Beberapa laporan menyebutkan bahwa varian ini mulai mendominasi sejak awal musim panas dan pertama kali terdeteksi pada musim semi.
Perkembangan Varian Stratus dan Penelitian Terkait
Pada awal Juni, varian Nimbus (NB.1.8.1) menyumbang 37 persen kasus positif di seluruh negeri. Varian ini dikenal dengan istilah “radang tenggorokan pisau cukur” karena gejalanya yang mirip dengan infeksi saluran pernapasan atas. Meski demikian, varian Stratus kini telah menggantikan posisi Nimbus sebagai varian dominan.
WHO telah memasukkan varian XFG ke dalam daftar pantauannya, namun risiko tambahan kesehatan masyarakat yang ditimbulkan oleh varian ini dinilai “rendah” secara global. Laporan terbaru menyatakan bahwa vaksin yang saat ini disetujui masih efektif melawan varian ini dalam hal penyakit yang bergejala dan parah.
Kemampuan Menghindari Sistem Kekebalan Tubuh
Salah satu keunggulan dari varian Stratus adalah kemampuannya menghindari deteksi sistem kekebalan tubuh. Varian ini memiliki dua mutasi kunci pada protein spike yang diyakini mampu menghindari antibodi, terutama antibodi yang biasanya mengenali bagian-bagian umum dari virus. Salah satu mutasi bahkan disebut mampu melawan jenis antibodi yang lebih luas, sehingga membuat virus lebih sulit dinetralisir.
Namun, meskipun XFG mampu menghindari kekebalan tubuh, kemampuannya dalam menempel ke reseptor ACE2 dan menginfeksi sel masih lebih rendah dibandingkan varian lain seperti Nimbus. Artinya, penyebarannya secara mandiri masih lebih kecil, kecuali jika muncul mutasi tambahan yang memperkuat efisiensi penularannya.


