Pengamat Politik Adi Prayitno menganalisis ceramah Anies Baswedan di Masjid Kampus Universitas Gadjah Mada (UGM) atau Masjid UGM.
Mantan calon presiden pada Pilpres 2024 memberi ceramah dalam acara Ramadhan Public Lecture dengan tema “Infrastruktur Pendidikan dan Kualitas Manusia”.
Acara ini berlangsung setelah Salat Isya dan Salat Tarawih, dan dihadiri oleh jemaah yang terdiri dari mahasiswa dan warga sekitar pada Senin, tanggal 3 Maret 2025.
Adi mengungkapkan ceramah Anies Baswedan tersebut menjadi perbincangan yang sangat populer dan menjadi perhatian publik yang tidak berkesudahan.
Pasalnya, kata Adi, Anies dalam ceramahnya dinilai menyinggung Presiden Prabowo Subianto dan Presiden ke-7 RI Joko Widodo tentang isu-isu politik yang cukup strategis.
“Marilah kita analisis satu per satu dalam kuliahnya di masjid UGM,” kata Adi Prayitno menurut dari akun Youtube Adi Prayitno Official, Kamis (6/3/2025).
Anies, menurut Adi, menyatakan bahwa ada tiga cara untuk mematikan demokrasi dengan cara mengubah aturan main.
Menurut Adi, mantan Gubernur DKI Jakarta itu, ia ingin menyampaikan bahwa di Indonesia, terutama Pemilu 2024, terdapat aturan main yang diubah melalui putusan Mahkamah Konstitusi.
“Itu terjadi di era Jokowi sebagai presiden di mana seseorang yang belum cukup umur terkait dengan calon presiden dan wakil presiden tiba-tiba bisa maju dan kemudian memenangkan pemilihan,” kata Adi.
“Itulah yang disebut oleh Anies sebagai cara untuk mematikan demokrasi ketika Anies berbicara ini tentu yang dituding itu adalah Jokowi bukan presiden yang lain,” tambahnya.
Cara kedua mematikan demokrasi versi Anies, kata Adi, adalah menghilangkan atau mengeliminasi para kompetitor dan para pesaing yang menjadi lawan politiknya.
Adi melihat Anies ingin bercerita tentang dirinya yang tidak bisa maju bersaing dalam Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2024.
Padahal, kata Adi, Anies merupakan sosok yang memiliki ketenaran dan kemampuan memenangkan dukungan yang sangat tinggi.
Namun, Adi mengatakan bahwa pada saat itu, tidak ada satu pun partai politik yang memberikan dukungan kepada Anies Baswedan. Bahkan tidak termasuk NasDem, PKS, dan PKB yang sebelumnya bersama-sama berkompetisi dalam Pilpres 2024.
“Sepertinya Anies ingin bicara menyingkirkan lawan politik sebagai upaya untuk mematikan, itu mengacu pada pengalaman dirinya yang tidak bisa maju dalam Pilkada DKI Jakarta 2024,” ujar Adi.
Cara ketiga, Adi menilai ceramah Anies terkait wasit sebagai pemain inti. Anies, kata Adi, secara transparan menyatakan bahwa penyelenggara negara dalam konteks KPU dan Bawaslu bisa dikendalikan dan dikontrol oleh kekuatan-kekuatan politik luar biasa untuk memenangkan kompetisi politik.
“Sepertinya inilah yang kemudian digambarkan oleh publik bahwa pidato Anies ini tidak lebih dan tidak bukan ingin memberikan kesan sebagai sebuah kritik terbuka terhadap praktik-praktik politik yang terjadi pada masa Pak Jokowi,” kata Adi.
“Jadi tidak mengherankan jika potongan-potongan pidato Anies Baswedan di masjid UGM itu per hari ini viral dan menjadi perbincangan banyak orang, dan banyak juga yang menganggap Anies ini belum melupakan masa lalunya karena sekarang dia tidak lagi menjabat sebagai pejabat publik,” kata Adi.
“Tapi lepas dari itu, ketika Anies menyebutkan tiga cara untuk membunuh demokrasi adalah dengan memberikan kritik terbuka kepada Pak Jokowi,” ujar Adi.
Selain itu, Adi menilai ceramah Anies Baswedan yang menyinggung masalah pendidikan. Dimana, Anies menyebutkan bahwa pendidikan bukan hanya soal Makanan Bergizi Gratis (MBG).
Anies, kata Adi, melihat pendidikan harus menjadi proses belajar mengajar yang signifikan di Indonesia. Khususnya, budaya membaca di kalangan remaja harus menjadi budaya yang lebih baik. Menurutnya, presentasi dan tingkat minat baca anak-anak muda di Indonesia adalah yang terendah dibandingkan negara lain.
“Jadi wajar kalau kemudian pidatonya Anies ini dianggap oleh publik sebagai upaya untuk mengkritik bagaimana kebijakan program makan bergizi gratis yang dilakukan oleh pemerintah saat ini, karena dalam hal ini adalah Prabowo Subianto, itu nilai terlampau simplistis dan bukan satu-satunya solusi untuk menyelesaikan persoalan pendidikan di Indonesia,” kata Adi.
Adi mengatakan banyak orang mendukung pernyataan Anies tersebut. Hal itu terlihat dari banyak orang yang tampaknya sehat dari segi makanan tetapi tradisi membaca mereka rendah dan cenderung tidak menghargai ilmu pengetahuan.
Jadi, kata Adi, pidato Anies Baswedan dianggap sebagai upaya kritik yang wajar terhadap Prabowo Subianto.
Yang kemudian membuat kebijakan program makan bergizi gratis. Justru banyak juga yang kemudian membully Anies, itu dinilai sebagai orang yang gagal move on.
“Kalah pilpres dan kerjaannya menyerang Jokowi dan menyerang Prabowo Subianto,” kata orang tersebut.
Namun, Adi mengatakan tokoh seperti Anies Baswedan harus sering muncul di depan publik. Sebab setiap ucapan Anies menjadi perbincangan karena menjadi pendapat referensi terhadap kebijakan politik.
Tentu terlepas dari apapun, per hari ini Anis bukanlah siapa-siapa. Anis bukan lagi Gubernur, Anis telah kalah dalam Pilpres. Anis tidak dapat mendapatkan tiket untuk maju dalam pilkada Jakarta. Bagi saya secara prinsip, orang-orang seperti Anis Baswedan harus sering-sering tampil ke permukaan.
Baik suka atau tidak, Anies bukanlah orang biasa. Menurut Adi, Anies dinilai mampu memberikan wacana-wacana kritis terkait kebijakan-kebijakan di negara kita.
“Kita pasti berharap bukan hanya Anies, orang seperti Ganjar Pranowo harus sering muncul di depan publik karena apa saja yang dilakukan Anies dan Ganjar adalah orang yang pernah bertanding dalam Pilpres,” ucap Adi.
Adi mengatakan kedua tokoh tersebut memberikan kecerdasan bagi kehidupan bangsa dan negara. Karena, kelompok-kelompok kritis mereka membuat publik memiliki acuan serta memberikan saran kepada pemerintah.
Terutama, kata Adi, semua partai politik kini menyatakan mendukung pemerintah sepenuh hati.
“Maka salah satu yang paling ditunggu oleh masyarakat adalah pidato-pidato politik terbuka yang dilakukan oleh Anies seperti di Masjid UGM atau pidato-pidato politik yang mungkin dilakukan oleh Ganjar di berbagai tempat, itu harus dilakukan secara serempak tentu untuk memberikan iklim demokrasi kita itu masih sehat,” katanya.
Ceramah Anies Baswedan
Diketahui pada awal ceramah, Anies mengungkapkan rasa terima kasihnya karena bisa kembali ke UGM setelah dua tahun tidak hadir.
“Terakhir dua tahun yang lalu, tahun lalu memang tidak ada undangan, tidak tahu kenapa ya? Agak sensitif kalau tahun lalu,” ujarnya, yang disambut tawa dari para jemaah.
Anies menambahkan bahwa saat ini suasana tersebut sudah tidak sensitif lagi, dan dia merasa senang bisa kembali ke Masjid Kampus UGM.
Dalam kesempatan itu, Anies juga menyentuh isu “Indonesia gelap”.
Dia mengatakan bahwa suasana di Masjid Kampus UGM justru sangat terang benderang.
“Sekarang sensitifnya sudah hilang dan Alhamdulillah suasana di sini terang benderang. Siapa bilang gelap?” ucapnya, yang kembali disambut riuh tawa dan tepuk tangan dari jemaah.
Selanjutnya, Anies menyentuh topik efisiensi anggaran yang mempengaruhi masjid di dalam kampus. “Katanya masjid kampus juga harus efisien, harus ya efisien ya? Mudah-mudahan mahasiswanya tidak terkena efisiensi,” katanya, yang disambut dengan seruan “amin” secara bersamaan dari para jemaah.
“Tidak hanya berdoa, berjuang, ya? Karena Gadjah Mada ini tidak hanya tempat belajar, ini tempat untuk kesadaran intelektual. Ini tempat untuk bertanya-tanya, ini bukan sekadar ilmu dan angka-angka di teori, tetapi ini tempat menyalakan semangat perjuangan untuk Indonesia yang lebih baik,” tambah Anies Baswedan, menegaskan pentingnya peran UGM dalam menciptakan perubahan sosial.
Dalam sesi tanya jawab, salah seorang jemaah memintakan pertanyaan mengenai program makan bergizi gratis (MBG).
Anies menegaskan bahwa program tersebut harus berjalan lancar tanpa adanya hambatan.
“Yang penting program ini berjalan lancar tanpa masalah apa-apa,” ujarnya.
Namun, ia juga mengingatkan bahwa pendidikan bukan hanya tentang penyediaan makanan bergizi.
“Pendidikan bukan hanya tentang makanan, tapi jika sudah direncanakan memberikan makanan, maka harus diberikan. Tapi isi dari pendidikan jangan terlalu berlebihan,” katanya.
Anies menyoroti bahwa kualitas pendidikan sangat bergantung pada proses belajar mengajar yang terjadi di dalam kelas.
“Memajukan pendidikan bukan soal kesehatan dan gizi anak, melainkan proses belajar mengajar di kelas,” katanya tegas.
Pastikan Tribunners sudah menginstal aplikasi WhatsApp ya