Bukan Kekurangan Gizi! Anak dengan Kaki Kurus di Media Sosial Bisa Terkena Polio, Kenali Tanda dan Cara Mengatasinya

Posted on

Pengertian Penyakit Polio

Polio adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus yang menyerang sistem saraf dan dapat menyebabkan kelumpuhan permanen. Kaki kurus kering seperti yang sering kita lihat di foto-foto adalah hasil dari kelumpuhan dan atrofi otot yang terjadi ketika virus menyerang saraf motorik. Meskipun kasus polio telah menurun drastis berkat program vaksinasi masif yang dilakukan secara global, kita tetap harus memahami penyakit ini karena jika masih ada satu anak yang mengidap virus tersebut, maka tidak tidak mungkin virus ini dapat menyebar ke anak lainnya.

Virus polio sendiri dapat menular dan menyebar melalui kontak langsung dengan orang yang terinfeksi atau melalui makanan dan air yang terkontaminasi. Poliovirus termasuk dalam keluarga enterovirus dan memiliki tiga jenis serotipe berbeda. Virus ini akan masuk ke dalam tubuh melalui mulut, kemudian berkembang biak di tenggorokan dan saluran pencernaan sebelum masuk ke aliran darah.

Dalam kondisi tertentu, virus dapat menyerang sistem saraf pusat dan menyebabkan kerusakan permanen pada sel-sel saraf yang mengontrol gerakan otot. Tidak hanya itu, penyakit polio akan sangat berbahaya karena kemampuannya untuk menyebar dengan cepat di lingkungan dengan sanitasi yang buruk dan tingkat vaksinasi yang rendah.

Jenis-Jenis Polio dan Gejalanya

Gejala polio sangat bervariasi dan dapat dibagi menjadi beberapa kategori berdasarkan tingkat keparahannya. Berikut ini beberapa jenis polio dan gejalanya yang perlu kamu ketahui:

  1. Polio Non-Paralitik (Polio Abortif)

    Pada polio non-paralitik gejalanya dapat berlangsung selama satu hingga sepuluh hari dengan karakteristik yang hampir mirip seperti flu biasa. Gejala yang muncul meliputi demam tinggi, sakit tenggorokan, sakit kepala yang intens, muntah-muntah, kelelahan ekstrem, dan meningitis atau peradangan pada selaput otak. Kondisi ini juga dikenal dengan istilah polio abortif karena infeksi berhenti pada tahap ini dan tidak berkembang menjadi kelumpuhan, sehingga pasien biasanya pulih sepenuhnya tanpa komplikasi permanen.

  2. Polio Paralitik

    Menurut Healthline, sekitar satu persen kasus polio dapat berkembang menjadi polio paralitik yang jauh lebih serius dan berbahaya. Polio paralitik menyebabkan kelumpuhan pada sumsum tulang belakang yang disebut polio spinal, batang otak yang dikenal sebagai polio bulbar, atau keduanya sekaligus yang disebut polio bulbospinal. Gejala awal mirip dengan polio non-paralitik, namun setelah sekitar seminggu akan muncul gejala yang lebih parah dan mengkhawatirkan. Adapun gejala polio paralitik yang lebih berat meliputi:

  3. Hilangnya refleks tubuh secara tiba-tiba.
  4. Kejang dan nyeri otot yang sangat hebat.
  5. Anggota tubuh menjadi lemah dan lemas seperti tidak memiliki tenaga dan kadang hanya terjadi pada satu sisi tubuh saja.
  6. Kelumpuhan mendadak yang bisa bersifat sementara atau sayangnya permanen.
  7. Kelainan bentuk anggota tubuh terutama pada area pinggul, pergelangan kaki, dan kaki.
  8. Selain itu dapat juga terjadi kelumpuhan total yang jarang terjadi, dimana kurang dari satu persen dari semua kasus polio yang mengakibatkan kelumpuhan permanen. Namun pada 5 hingga 10 persen kasus polio paralitik, virus dapat menyerang otot-otot yang membantu pernapasan dan menyebabkan kematian.

  9. Sindrom Pasca-Polio

    Setelah kamu pulih total dari penyakit ini, ternyata polio masih dapat kembali menyerang. Di mana ini biasanya terjadi setelah 15 hingga 40 tahun kemudian. Gejala umum yang mungkin muncul ketika sindrom pasca-polio ini menyerang meliputi:

  10. Kelemahan otot dan sendi yang terus berlanjut dan tidak membaik.
  11. Nyeri otot yang semakin memburuk seiring waktu.
  12. Mudah lelah atau kelelahan bahkan setelah aktivitas ringan.
  13. Penyusutan otot atau atrofi yang membuat otot semakin mengecil.
  14. Kesulitan bernapas dan menelan makanan.
  15. Mengalami sleep apnea atau gangguan pernapasan saat tidur.
  16. Lebih rentan terhadap suhu dingin yang membuat penderita mudah kedinginan.
  17. Munculnya kelemahan baru pada otot yang sebelumnya tidak terlibat atau terpengaruh.
  18. Depresi akibat kondisi yang menurun.
  19. Mengalami gangguan konsentrasi dan memori yang mempengaruhi aktivitas sehari-hari.

Pencegahan dan Pengobatan

Sayangnya, menurut World Health Organization (WHO), tidak ada obat untuk mengobati polio secara keseluruhan, namun penyakit ini dapat dicegah melalui vaksinasi. Vaksin tersedia dalam dua jenis yaitu vaksin polio oral dan vaksin polio inaktif, yang mana keduanya sama-sama efektif dan aman untuk diberikan.

Meskipun tidak ada obat khusus untuk menyembuhkan polio, penanganan medis tetap diperlukan untuk meredakan gejalanya. Berikut beberapa pengobatan yang fokusnya untuk meredakan rasa sakit dan mencegah terjadi komplikasi lanjutan:

  1. Pengobatan Pereda Nyeri

    Pemberian ibuprofen dapat membantu meredakan rasa sakit dan mengurangi peradangan yang terjadi akibat infeksi virus. Obat ini membantu pasien merasa lebih nyaman selama masa pemulihan dan mengurangi ketidaknyamanan akibat nyeri otot dan sendi. Namun, perlu diperhatikan kembali untuk pemberian dosisnya dan frekuensinya, yang mana harus disesuaikan kembali dengan kondisi pasien dan tetap dalam pengawasan tenaga medis.

  2. Penanganan Kejang Otot

    Obat anti-kejang dapat diberikan untuk menenangkan otot yang mengalami spasme atau kejang hebat akibat kerusakan saraf yang disebabkan virus. Sama halnya dengan ibuprofen, penggunaan obat ini juga harus dalam pengawasan ketat dokter untuk mencegah efek samping yang tidak diinginkan dan memastikan efektivitas pengobatan.

  3. Pencegahan Infeksi Tambahan

    Kamu mungkin akan diberikan antibiotik untuk mengobati infeksi saluran kencing yang mungkin terjadi, terutama pada pasien yang mengalami kelumpuhan dan kesulitan mobilitas serta tidak bisa mengontrol fungsi kandung kemih dengan baik. Infeksi sekunder seperti ini dapat memperburuk kondisi pasien yang sudah lemah sehingga perlu ditangani dengan cepat dan tepat.

  4. Bantuan Pernapasan

    Ventilator atau alat bantu pernapasan diperlukan bagi pasien yang otot pernapasannya telah terpengaruh oleh virus polio dan tidak dapat bernapas secara mandiri. Alat ini dapat menyelamatkan nyawa pasien dengan kasus polio paralitik yang parah dan menyerang otot-otot diafragma serta intercostal. Namun, penggunaan ventilator memerlukan perawatan intensif di rumah sakit dengan pemantauan konstan dari tim medis.

  5. Terapi Pemulihan Fisik

    Terapi fisik perlu dilakukan untuk meringankan rasa sakit dan membantu mempertahankan fungsi otot yang masih tersisa agar tidak mengalami penyusutan lebih lanjut. Rehabilitasi paru juga penting untuk memperpanjang ketahanan fungsi paru-paru pada pasien yang mengalami gangguan pernapasan dan membantu mereka bernapas lebih efektif. Terapi ini harus dilakukan secara konsisten dan berkelanjutan untuk mendapatkan hasil yang optimal.

Selain itu, Cleveland Clinic turut menyoroti bahwa sebagian besar orang memang bisa pulih sepenuhnya dari polio, walaupun beberapa lainnya akan mengalami kelemahan otot jangka panjang atau kelumpuhan. Bahkan seperti yang disebutkan sebelumnya, jika kamu pernah mengalami polio saat kecil, maka ada kemungkinan kamu mengalami sindrom pasca-polio saat dewasa.

Agar kamu merasa lebih baik selama masa pemulihan, Cleveland Clinic memberikan beberapa saran langkah sederhana yang dapat dilakukan di rumah, seperti minum banyak cairan seperti air putih dan kaldu untuk menjaga hidrasi tubuh, menggunakan kompres hangat untuk meredakan otot yang terasa sakit dan kaku, serta memastikan kamu mendapatkan istirahat yang cukup agar tubuh memiliki energi untuk melawan virus tersebut.

Selain itu, dukungan emosional dari keluarga dan kerabat dekat dapat menjadi kunci dalam proses pemulihan dan rehabilitas jangka panjang.

Dari sini, diharapkan setiap individu paham akan pentingnya vaksinasi sebagai upaya melindungi kesehatan diri sendiri dan keluarga dari ancaman penyakit mematikan. Meskipun penyakit ini telah hampir dieradikasi di banyak negara berkat upaya vaksinasi massal selama puluhan tahun, kewaspadaan tetap harus dijaga. Dengan memahami gejala, penanganan, dan terutama pentingnya pencegahan melalui vaksinasi yang diberikan tepat waktu sesuai jadwal imunisasi, kita dapat melindungi diri sendiri dan generasi mendatang dari ancaman polio yang dapat mengubah hidup seseorang selamanya.