Bencana Cuaca Ekstrem Mengancam Wilayah Jawa Barat
Sejak Rabu, 10 September 2025, wilayah Jawa Barat dilanda hujan deras disertai angin kencang. Bencana ini menyebabkan kerusakan pada puluhan rumah dan beberapa korban luka-luka. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi bahwa sebagian besar wilayah Jawa Barat, termasuk Bandung Raya, akan terus menghadapi potensi hujan dalam sepekan ke depan.
Di Kabupaten Bogor, hujan deras yang melanda wilayah Kecamatan Tanjungsari dan Cariu menyebabkan sebelas rumah mengalami kerusakan. Empat rumah di Kampung Cihideung Udik, Desa Cihideung Udik, Kecamatan Ciampea, roboh bagian atapnya, sehingga dua orang terluka, salah satunya anak berusia 8 tahun. Dalam situasi seperti ini, masyarakat diminta untuk tetap waspada terhadap potensi bencana angin kencang dan banjir, mengingat cuaca belakangan ini tidak menentu.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Bogor, Adam Hamdani, mengimbau warga agar selalu menjaga kewaspadaan. Ia juga menekankan pentingnya persiapan diri menghadapi kondisi cuaca yang tidak pasti. Selama Agustus 2025, BPBD mencatat sebanyak 244 bencana yang terjadi, termasuk banjir, longsor, dan gempa bumi. Lima orang dilaporkan meninggal dunia akibat bencana tersebut, sementara 359 unit rumah mengalami kerusakan ringan, 179 rusak sedang, dan 37 rusak berat. Sebanyak 131 keluarga terpaksa mengungsi, dengan total 447 jiwa terdampak.
Di Lembang, hujan deras pada Rabu 10 September 2025 menyebabkan tembok rumah warga di Kampung Barunagri RT 004 RW 003, Desa Sukajaya, Kecamatan Lembang, longsor. Peristiwa tersebut terjadi sekitar pukul 15.30 dan menutup akses jalan serta mengganggu aktivitas sekitar 25 kepala keluarga. Meski tidak ada korban jiwa, tim BPBD masih melakukan perhitungan kerugian akibat insiden tersebut.
Kejadian ini memicu kekhawatiran warga, terutama setelah hujan kembali turun pada Kamis 11 September 2025 pagi. Meskipun intensitasnya lebih rendah dibanding hari sebelumnya, hujan membuat warga cemas akan kemungkinan terjadinya longsoran susulan atau bencana lain seperti banjir. Asep, salah satu warga Barunagri, mengatakan bahwa wilayah ini memang rawan pergerakan tanah, sehingga jika hujan terus-menerus, risiko bencana bisa semakin parah.
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Bandung Barat, Meidi, menjelaskan bahwa longsor dipicu oleh fondasi tembok yang tidak sesuai standar. Material longsoran menutup jalan yang biasa digunakan warga, sehingga mereka harus memutar melalui jalur yang lebih jauh. Ia menegaskan bahwa pihaknya akan terus melakukan monitoring terhadap lokasi-lokasi rawan dan mengimbau masyarakat tetap waspada, terutama saat musim hujan.
Bencana alam juga masih menjadi ancaman di Kabupaten Subang. Kepala Pelaksana BPBD Subang, Udin Jazudin, menyampaikan bahwa intensitas bencana alam meningkat seiring dengan peningkatan curah hujan. Paling banyak adalah tanah longsor dan angin kencang. Selama Agustus 2025, tercatat 15 kali kejadian bencana, dengan empat kejadian angin kencang dan empat kejadian tanah longsor.
Di Kabupaten Tasikmalaya, bencana pergeseran tanah terus menghantui warga Kampung Cibatu, Desa Sukawangun, Kecamatan Karangnunggal sejak Minggu 31 Agustus 2025. Sepuluh keluarga di kampung tersebut terpaksa mengungsi karena rumah mereka tidak lagi aman untuk ditempati. Ketua Forum Koordinasi Taruna Siaga Bencana (FK Tagana) Kabupaten Tasikmalaya, Jembar Adisetya, mengatakan bahwa banyak warga harus mengungsi akibat kondisi tersebut.
Prediksi BMKG: Hujan Masih Berpotensi Terjadi
BMKG memprediksi bahwa sebagian besar wilayah Jawa Barat, termasuk Bandung Raya, masih berpotensi hujan dalam sepekan ke depan. Meski saat ini masih dalam masa peralihan dari musim kemarau menuju musim hujan, prakirawan cuaca BMKG Bandung, Yuni Yulianti, menjelaskan bahwa musim hujan diprediksi akan dimulai sekitar Oktober mendatang. Meskipun masih dalam masa pancaroba, potensi hujan berintensitas tinggi masih mungkin terjadi, meski belum merata.
Yuni mengimbau masyarakat, terutama petani, untuk mewaspadai potensi hujan pada musim peralihan, karena dapat berdampak pada genangan air, banjir, bahkan tanah longsor. Di samping itu, juga ada potensi angin kencang yang perlu diwaspadai. Masyarakat juga diimbau untuk menjaga kesehatan di tengah cuaca yang dinamis, yang bisa menyebabkan penurunan daya tahan tubuh.
Dampak Siklon 93S
Klimatologis dan Profesor Riset pada Pusat Riset Iklim dan Atmosfer Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Erma Yulihastin, menyampaikan bahwa bibit siklon 93S terpantau di Samudra Hindia barat Bengkulu. Kecepatan bibit siklon tersebut terdeteksi 55 kilometer per jam. Dampak tidak langsung dari bibit siklon ini membentang dari Jawa hingga Nusa Tenggara Barat, berupa hujan persisten.
Erma menjelaskan bahwa hujan persisten berarti hujan setiap hari dengan modulasi siang, sore, dan malam. Hal ini sangat berpotensi menimbulkan banjir, sehingga masyarakat diimbau untuk mempersiapkan drainase dan menjaga kesiapsiagaan. Intensitas hujan di Bandung pada dasarian dua September 2025 diprakirakan sekitar 300 milimeter per hari, sedangkan di wilayah Bogor bisa mencapai 400 mm per hari.
Pesisir pantai selatan maupun utara Jawa juga diminta untuk mewaspadai dampak tak langsung dari siklon tersebut, termasuk tumbuhnya awan-awan besar di laut dan potensi gelombang tinggi. Erma menyatakan bahwa siklon 93S masih berupa bibit dan belum menjadi siklon tropis. Namun, ia menilai memiliki potensi tinggi untuk berkembang menjadi siklon tropis dalam 24 jam ke depan.
