Bagaimana Kabar Literasi?

Posted on

Peran Bunda Literasi dalam Membangun Budaya Literasi di Indonesia

Bunda literasi bukan sekadar gelar atau status yang diberikan kepada perempuan-perempuan hebat. Namun, ia memiliki peran penting sebagai pelopor dan pendorong utama dalam membangun ekosistem literasi yang berkelanjutan. Sebagai lokomotif peradaban, Bunda Literasi harus mampu menjadi contoh yang patut ditiru, sekaligus memimpin langkah-langkah konkret untuk menggerakkan masyarakat dalam budaya membaca dan menulis.

Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi Bunda Literasi adalah kebingungan tentang arah dan tujuan. Banyak dari mereka hanya diberi status tanpa petunjuk teknis yang jelas. Akibatnya, banyak kegiatan yang dilakukan hanya sebatas seremoni tanpa dampak nyata. Padahal, dibutuhkan sebuah grand design yang terstruktur agar Bunda Literasi bisa bekerja secara efektif dan berkelanjutan.

Kehadiran Tim Pendamping dalam Mendukung Bunda Literasi

Tidak cukup hanya dengan status sebagai Bunda Literasi. Diperlukan adanya tim pendamping yang siap memberikan bimbingan, arahan, dan dukungan. Tim ini harus terdiri dari orang-orang yang memiliki kepedulian, kecintaan, serta kemampuan dalam mengelola literasi sebagai bentuk pengabdian. Tanpa adanya tim pendamping, Bunda Literasi akan kesulitan menjalankan tugasnya secara optimal.

Sayangnya, banyak Bunda Literasi di Indonesia masih berada dalam posisi yang tidak stabil. Mereka sering kali memiliki beberapa tanggung jawab lain selain sebagai Bunda Literasi, seperti menjadi Bunda PAUD, Bunda Stunting, atau Ketua Tim Penggerak PKK. Hal ini membuat mereka kurang fokus pada peran utamanya sebagai penggerak literasi.

Contoh Nyata Bunda Literasi yang Berhasil

Ada beberapa contoh Bunda Literasi yang berhasil menjalankan perannya dengan baik. Salah satunya adalah Hj. Ulfiah Nur Yusuf Chaidir, Bunda Literasi Kabupaten Maros. Setelah dikukuhkan, ia langsung membentuk Bunda Literasi di 103 desa dan kelurahan serta 14 bunda literasi kecamatan. Selain itu, ia juga mendorong partisipasi masyarakat dengan membentuk Relawan Bunda PAUD Maros dan Duta Baca Asosiasi Majelis Taklim Indonesia.

Kepedulian Bunda Literasi Maros juga didukung oleh Bupati Maros, Chaidir Syam, yang menyusun SK Bupati Maros dan mendorong lahirnya Perda Literasi Maros. Ini menunjukkan bahwa keterlibatan pemerintah setempat sangat penting dalam mendukung gerakan literasi.

Di Lampung Tengah, Hj. Mardiana Musa Ahmad juga menunjukkan komitmennya dalam memajukan literasi. Ia memprakarsai berdirinya 1.000 titik TBM (Tempat Baca Masyarakat) berbasis inklusi sosial dan budidaya cacing. Selain itu, ia melakukan kunjungan ke 161 perpustakaan sekolah dan didampingi oleh Tim kerja dari PKK Lampung Tengah.

Bunda Literasi di Kota Makassar

Di Kota Makassar, Bunda Literasi Hj. Melinda Aksa Munafri juga menunjukkan semangat tinggi dalam memajukan literasi. Meskipun baru saja dikukuhkan, ia telah meluncurkan Gerakan Sayang Buku Ibu Suka Membaca di SD Inpres Maccini Sombala 1 Makassar. Pengalaman sebagai pengusaha dan aktivis pendidikan memberinya wawasan yang luas dalam menggerakkan literasi.

Pentingnya Budaya Membaca dan Menulis

Membaca dan menulis adalah dua aspek yang saling terkait dalam pembentukan budaya literasi. Seperti yang disampaikan psikolog Amerika Serikat, Pennebaker, kedua aktivitas ini sangat penting dalam proses pembudayaan. Tanpa budaya menulis yang kuat, sulit bagi bangsa Indonesia untuk menciptakan peradaban yang lebih tinggi.

Dalam buku “Buku-buku yang Mengubah Dunia” karya Andrew Taylor, penulis menekankan betapa pentingnya buku sebagai alat perubahan. Seperti halnya para tokoh agama dan ilmuwan seperti Imam Buchari, Ibnu Sina, dan Ibnu Khaldum, buku dapat menjadi sumber inspirasi dan pengetahuan yang tak ternilai harganya.

Tantangan dan Harapan

Meski ada banyak potensi yang dimiliki oleh Bunda Literasi, masih banyak tantangan yang harus dihadapi. Budaya membaca belum sepenuhnya tumbuh di tengah masyarakat. Survei menunjukkan bahwa kemampuan membaca kita masih rendah. Oleh karena itu, Bunda Literasi perlu terus berupaya untuk menggerakkan masyarakat dalam membangun budaya literasi yang berkelanjutan.

Harapan besar ditempatkan pada Bunda Literasi untuk menjadi agen perubahan dalam masyarakat. Dengan dukungan dari pemerintah dan masyarakat, Bunda Literasi dapat menjadi tulang punggung dalam membangun peradaban yang lebih baik melalui literasi.