Arya Daru Panik Setelah Salah Kirim WA, Diplomat Ganti Rute 3 Kali hingga Panjat Tembok Kemenlu

Posted on

Perjalanan Arya Daru Sebelum Kematian Mencurigakan

Arya Daru Pangayunan, seorang diplomat yang ditemukan tewas dengan kepala terlilit lakban, mengalami situasi yang memicu kepanikan sebelum kematian tragisnya. Awalnya, ia disebut panik setelah salah mengirim pesan WhatsApp. Hal ini membuatnya mengubah rute perjalanannya sebanyak tiga kali dan bahkan memanjat tembok rooftop.

Sejak kejadian itu, ponsel Samsung Galaxy S22 Ultra milik Arya Daru dikabarkan hilang dan tidak bisa dihubungi lagi. Direktur Reserse Kriminal Umum (Dirreskrimum) Polda Metro Jaya, Kombes Wira Satya Triputra, mengungkap bahwa Arya Daru berada di Grand Indonesia sejak pukul 17.52 WIB. Dalam keterangan foto tangkapan layar CCTV yang ditayangkan saat rilis di Polda Metro Jaya, Arya Daru terlihat masuk ke dalam mall bersama Dion dan Vara.

Menurut Wira, gambar CCTV tersebut sesuai dengan metode penyelidikan profiling yang dilakukan tim Laboratorium Digital Forensik Polda Metro Jaya. “Ini selaras juga dengan hasil analisa terhadap IT daripada profil korban,” katanya.

Pada pukul 21.18 WIB, atau satu menit setelah berkomunikasi dengan Pita, Arya Daru terekam sedang antri taksi. Dalam keterangan foto di layar, disebutkan bahwa saat itu Arya Daru salah mengirim pesan WhatsApp. “Berdasarkan CCTV terlihat korban antri taxi Blue Bird korban membawa tas gendong dan tas belanja, sesuai dengan keterangan saksi bahwa korban salah mengirim pesan WhatsApp,” tulis keterangan.

Setelah kejadian itu, ponsel Arya Daru tidak lagi aktif. Menurut Wira, sinyal handphone Arya Daru terakhir terlacak di Grand Indonesia. “Handphone ini terakhir off berada di Grand Indonesia,” katanya. Karena kondisi handphone sudah tidak aktif, maka polisi pun kesulitan untuk menemukannya.

Perubahan Rute dan Tindakan Aneh

Setelah kejadian salah kirim pesan WhatsApp, gelagat Arya Daru mulai tidak biasa. Ketika dalam perjalanan, Arya Daru Pangayunan ternyata sampai tiga kali mengubah rute tujuan. Pertama ke Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta, kemudian ke Gondangdia dan terakhir ke Gedung Kementerian Luar Negeri di Jalan Pejambon, Jakarta Pusat.

“Perlu kami sampaikan korban keluar dari Grand Indonesia itu naik taksi, tapi baru jalan kira-kira sekitar 5 menit langsung minta untuk berubah arah,” kata Wira. Menurutnya, Arya Daru tak sempat sampai ke Bandara Soetta. “Jadi gak sampai. Paling baru jalan sekitar 200 sampai 300 meter langsung balik arah menuju ke arah Kemenlu.”

Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta melayani penerbangan domestik dan internasional. Untuk domestik, terminal ini terutama digunakan oleh Garuda Indonesia dan Citilink. Sementara untuk internasional, banyak maskapai besar seperti Emirates, Qatar Airways, dan lainnya juga menggunakan terminal ini.

Kejadian di Gedung Kemenlu dan Rooftop

Arya Daru Pangayunan terekam CCTV tiba di pintu masuk Gedung Kemenlu pukul 21.40 WIB. Dari keterangan yang tertulis pada tangkapan layar CCTV, Arya disebutkan berlari menuju ke dalam Gedung. “Berdasarkan CCTV pos 1 Kemenlu korban berlari mengarah ke Gedung Kemenli membawa tas gendong dan tas belanja,” tulis keterangan.

Daru kemudian naik lift ke lantai 12 kemudian tangga darurat menuju ke rooftop pukul 21.43 WIB. Ia berada di atas rooftop selama 1 jam 26 menit. Kombes Wira Satya Triputra mengatakan Arya Daru Pangayunan sempat mencoba naik ke pembatas rooftop. “Percobaan pertama sampai sebatas ketiak,” katanya. Lalu Daru kembali mencoba di sisi lain. “Kemudian yang di sebelah sini (percobaan dua), itu sudah hampir di atas pusar,” pungkasnya.

Pengakuan Istri dan Perubahan CCTV

Istri Arya Daru, Meta Ayu Puspitantri, mengaku tiga kali menghubungi suaminya. Telepon pertama tercatat pada Senin (7/7/2025) pukul 22.40 WIB. Meta menghubungi penjaga kos ke nomor ponsel lama yang ternyata sudah tidak aktif. Panggilan kedua Meta tercatat pada Rabu (8/7/2025) pukul 00.48 WIB. Saat itu, Meta mengubungi penjaga kos ke nomor baru untuk meminta mengecek kamar suaminya.

Rekaman CCTV menunjukkan penjaga kos mondar-mandir di depan kamar ADP. Ia bertelanjang dada, mengenakan sarung kotak-kotak, dan menyampirkan pakaian putih di pundak kiri. Ia tampak berbicara di telepon menggunakan mode speaker. Penjaga itu sempat berhenti dan menoleh ke arah kamar korban, lalu berjalan kembali.

Perubahan Arah CCTV dan Kerja Sama

Saat menghubungi penjaga kos sebanyak tiga kali, Meta Ayu Puspitantri ternyata bekerja sama dengan penjaga kos, bahkan sampai mengubah arah CCTV. Kerja sama itu dilakukan ketika Arya Daru Pangayunan tak bisa dihubungi. Kini, satu per satu teka-teki dalam kasus kematian Daru mulai terkuak.

Salah satu hal yang menjadi pertanyaan publik adalah soal arah CCTV (Closed Circuit Television) di kosan Gondia Guesthouse, Jalan Gondangdia Kecil, Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat. Terdapat dua sudut rekaman CCTV yang beredar. Rekaman pertama menunjukkan momen ketika Daru membuang sampah dan penjaga kos, Siswanto, melintas. Dalam rekaman tersebut, kamera mengarah ke bagian depan atau lorong kamar.

Sedangkan dalam video kedua, saat Siswanto membuka pintu kamar, kamera tampak mengarah langsung ke kamar Daru. Komisioner Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) Choirul Anam menjelaskan bahwa perbedaan arah CCTV tersebut merupakan hasil kerja sama antara istri Daru, Meta Ayu Puspitantri, dengan pemilik Gondia Guesthouse dan penjaga kos, Siswanto. “Di kosan itu memang ada komunikasi antara istri sama pemilik kos, dibantu penjaga kos agar waktu membuka (pintu) itu CCTV-nya spot-nya diubah,” katanya.