Anwar Mustofa: Sukses Hidupi Keluarga dan Tetangga dengan 7 Ton Permen

Posted on

Kehidupan dan Karya di Balik Permen Sajen yang Menyentuh Budaya

Di tengah perjalanan kehidupan, ada kisah yang menggambarkan betapa kecilnya langkah bisa berdampak besar. Di sebuah desa kecil di Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, terdapat usaha kecil yang tak hanya memberikan penghidupan bagi keluarga, tetapi juga menjadi bagian dari ritual spiritual yang sangat penting bagi masyarakat Hindu di Bali.

Usaha ini dipimpin oleh Anwar Mustofa, seorang warga setempat yang kini menjadi penyuplai utama permen sajen untuk upacara adat umat Hindu di Bali. Produk yang dihasilkannya bukan sekadar permen biasa, melainkan bahan sakral dalam sesajen yang digunakan dalam perayaan seperti Galungan, Kuningan, dan Nyepi. Dengan label “Mahar Dewa Agung-Permen Sajen Banten”, produk ini memiliki ciri khas yang menarik dan estetik, sesuai dengan fungsi utamanya sebagai bagian dari banten atau sesajen.

Proses Produksi yang Mengandalkan Kolaborasi

Anwar memproduksi permen sajen dengan bahan utama yang berasal dari sisa produksi permen lainnya. Ia melakukan proses pengolahan ulang hingga menjadi permen siap dipasarkan. Proses ini dilakukan secara manual dan melibatkan banyak orang. Saat ditemui di tempat usahanya, Anwar menyampaikan bahwa saat ini sudah ada sekitar 20 orang yang membantu dalam proses produksi. Semuanya adalah tetangga-tetangga dekat yang merasa dihargai dan menjadi bagian penting dari rantai nilai budaya.

Proses produksi dimulai dari pagi hari, di mana para pekerja mulai membungkus permen satu per satu. Laki-laki-laki juga turut serta dalam tugas angkut dan sortir. Hal ini membuat pekerjaan tidak terlalu melelahkan, karena bisa dilakukan tanpa harus meninggalkan rumah terlalu jauh.

Pengiriman yang Melibatkan Banyak Pihak

Setiap kali pengiriman, jumlah permen yang dikirim ke Bali mencapai 7 ton. Bahkan, saat menjelang hari-hari besar keagamaan, jumlah ini bisa meningkat menjadi 8 atau 9 ton. Selain permen, bahan-bahan lain seperti janur, beras, kelapa muda, dan gula juga dikirim bersama-sama. Pengiriman ini dilakukan langsung ke berbagai wilayah di Bali seperti Denpasar, Gianyar, dan Karangasem.

Anwar mengaku sangat bangga atas keberhasilannya menjadi suplier bahan ritual keagamaan di Bali. Baginya, ini bukan hanya tentang omzet, tetapi juga tentang rasa bangga karena bisa ikut menjaga warisan budaya spiritual Nusantara. Ia melihat hal ini sebagai bentuk toleransi, di mana warga Jawa bisa berkontribusi untuk kelangsungan budaya dan keyakinan saudara-saudara Hindu di Bali.

Manfaat Ekonomi yang Luas

Selain menghidupkan spiritualitas, usaha ini juga memberikan dampak ekonomi yang luas. Industri rumahan yang awalnya berjalan dengan skala kecil kini berkembang menjadi sentra produksi yang memberdayakan banyak orang. Para pekerja merasa dihargai bukan hanya sebagai buruh, tetapi juga sebagai bagian dari rantai nilai budaya.

Anwar mengatakan bahwa ia tidak pernah menyangka bahwa membuat permen bisa membuat tetangga memiliki penghasilan tetap. Ini merupakan rezeki yang tidak terduga dan membuktikan bahwa kecilnya langkah bisa menghasilkan dampak besar.

Sampai saat ini, industri miliknya telah mempekerjakan 20 tenaga kerja. Mereka berasal dari tetangga sekitar rumahnya di desa pesisir dekat pantai Petanahan Kebumen. Dengan begitu, usaha ini tidak hanya memberikan penghidupan, tetapi juga menjadi contoh nyata dari kemandirian ekonomi dan kebersamaan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *