Kecerdasan buatan alias
artificial inteligence
Kembali, AI menciptakan heboh di dunia maya melalui terobosannya yang luar biasa. Tidak tanggung-tanggung, salah satu program kecerdasan buatan paling populer, yakni ChatGPT, menawarkan layanan berbayar untuk merubah gambar menjadi animasi bernuansa Studio Ghibli. Akibatnya, banyak pengguna bersaing dalam memposting hasil kreasi AI tersebut dengan rasa bangga mereka.
Tidak sedikit pula yang memberikan layanan berbayar untuk hal semacam ini. Bahkan, beberapa tahun silam, sang pencipta Studio Ghibli, Hayao Miyazaki, sempat menyuarakan pandangannya yang kurang positif tentang teknologi AI. Pendapat Miyazaki ini sejalan dengan pemikiran banyak fans serta insan seni lainnya yang merasa bahwa tindakan seperti itu merupakan suatu ketidaksenonohan terhadap usaha keras para pelaku seni.
Walaupun tetap menjadi topik yang kontroversial, lebih baik begitu saja.
enabler
Pelanggaran hak cipta, kita sebenarnya dapat menghargai artis favorit kita secara lebih bermartabat. Beberapa pembuat film animasi di bawah ini menjadi contoh. Mereka menyalin cerita dan gayanya dari studio Ghibli, namun tetap mempertahankan kepribadian unik mereka masing-masing.
1. The Glassworker (2024)
The Glassworker
Merupakan sebuah film animasi hasil karya manual oleh Usman Riaz. Proyek ini berlangsung selama sepuluh tahun dan dipendana melalui Kickstarter.
crowdfunding.
Riaz mengambil banyak inspirasi dari Studio Ghibli, namun Anda dapat menyaksikan gaya uniknya yang tersendiri.
The Glassworker
berfokus pada satu negara fiktif yang mencampurkan unsur-unsur dari budaya Pakistan dan Eropa. Cerita ini melacak kehidupan seorang bapak dan putranya yang menjalankan usaha toserba kaca. Namun, kedamaian keluarga itu diguncangkan saat konflik bersenjata meletus.
2. The Imaginary (2023)
Dibuat Studio Ponoc,
The Imaginary
Seharusnya dia sedang bertanya tentang teman imajinasinya. Yang unik adalah, ceritanya disampaikan oleh Rudger, yaitu teman imajinasi bagi seorang anak bernama Amanda. Kehadiran Rudger menjadi terancam ketika Amanda mengalami suatu kecelakaan yang membahayakan memori miliknya. Hal tersebut menyebabkan Rudger tersesat dalam dunia para teman imajinasi dan mencoba untuk kembali masuk ke dalam kenangan Amanda. Film ini pasti akan mengingatkamu akan sesuatu.
Ponyo
dan
My Neighbor Totoro
, sih.
3. Giovanni’s Island (2014)
Bergenre fiksi sejarah,
Giovanni’s Island
memang gak serapi
Studio Ghibli
Dari segi gaya animasinya memang begitu, namun ketika membahas tentang alurnya, kedua aspek tersebut tidak kalah hebatnya dan membuat penonton merasa tertantang. Cerita disajikan melalui sudut pandang dua bersaudara yakni Junpei dan Kanta, yang harus meninggalkan tempat tinggal mereka karena pulau dimana mereka bermukim telah direbut oleh Uni Soviet. Kepolosan karakter-karakter utama dalam cerita menjadikan tayangan ini semakin menyentuh hati para pemirsanya. Jadi bagi Anda yang gemar dengan genre seperti itu, pastikan untuk mengeceknya.
Kuburan Api-Api
Saya sarankan untuk melihat film yang satu ini pula.
4. Di Sudut Dunia Ini (2016)
Masih merupakan fiksi sejarah namun diberi sentuhan romantis dan unsur kemanusiaan yang lebih kental.
Di Sudut Dunia Ini
Akan membawamu merasakan perang dari perspektif penduduk sipil. Tokoh utama dalam cerita ini adalah Suzu, seorang wanita yang menikah dengan prajurit militer. Selama Perang Dunia Kedua, sang suami dikerahkan ke barisan terdepan pertarungan, sementara Suzu mencoba memberikan kontribusinya semaksimal mungkin di lingkungannya sebagai penghuni permukiman tersebut.
5. The Red Turtle (2016)
Studio Ghibli memang berpartisipasi dalam penggarapan film ini, namun mayoritas ilustratornya adalah orang lain.
The Red Turtle
muncul dari sebuah studio animasi mandiri di Belgia dan Prancis. Dalam hal gaya, film ini jauh berbeda dari mayoritas produksi Studio Ghibli yang umum dikenal. Tidak seperti banyak judul lainnya, ia tidak memiliki dialog sama sekali dan suasana hatinya cenderung lebih gelap. Cerita utamanya mengikuti seorang lelaki yang tersesat di sebuah pulau terpencil serta upayanya membangun rakit agar bisa menyeberangi lautan dan mencari bantuan. Hubungan unik satu-satunya antara tokoh tersebut dengan dunia luar adalah seekor Penyu Merah Raksasa yang misterius tiba-tiba hadir padanya.
6. Mary dan Bunga Sihirnya (2017)
Kalau suka
Kiky’s Delivery Service
Cobalah menonton film karya Studio Ponoc yang bertema seperti Ghibli dengan judul tersebut.
Mary dan Bunga Sihirnya.
Sama seperti Kiky, cerita ini mengenai Mary, seorang gadis muda yang berpetualang ke Inggris dalam pencarian jatidiri dan makna hidupnya. Suatu hari, dia secara tidak sengaja menemukan tumbuhan yang memberikan kepadanya kekuatan sihir, memicu awal karier barunya sebagai penyihir pemula.
7. Flavors of Youth (2017)
Flavors the Youth
adalah film animasi antologi yang terdiri dari tiga cerita berlatar China. Ada seorang pria yang mengenang hobi jajan mie dengan sang nenek, model yang sedang merintis karier, dan dua bocah SMA yang menjalin koneksi setelah sebuah insiden yang menimpa salah satu dari mereka. Semuanya seru dan bertema
coming-of-age
, bakal mengingatkanmu pada
Whisper of the Heart
dan
Only Yesterday.
Studio Ghibli merupakan salah satu rumah produksi animasi terkemuka dan tertua di planet ini, pantas mendapat apresiasi luar biasa. Akan tetapi, gangguan dari perkembangan teknologi membuat masalah hak kekayaan intelektual menjadi semakin tak pasti serta mencetus perselisihan hebat. Sebaiknya kita hindari mengikutinya dengan cara yang tidak bermoral; malahan seharusnya kita memberikan penghargaan kepada pencipta gambar asli dan pelukis melalui menonton beberapa film mereka.
film
Tadi. Terinspirasi oleh gaya animasi dan narasinya seperti Studio Ghibli, namun tidak meninggalkan unsur aslinya.