5 Fakta Rumah “Eye of Jinxi” di Tiongkok yang Ditinggal Pemilik Usai Tolak Uang Jaminan

Posted on

Penolakan Huang Ping dan Konsekuensinya

Huang Ping, pemilik rumah yang kini dikenal sebagai “Eye of Jinxi” di Provinsi Jiangxi, China, memilih untuk tetap tinggal meskipun pemerintah membangun jalan tol mengelilingi rumahnya. Sebelumnya, ia menolak tawaran kompensasi besar yang mencapai 1,6 juta yuan (sekitar Rp 3,6 miliar) untuk relokasi. Keputusan ini membuatnya menjadi sorotan publik.

Menolak Tawaran Kompensasi

Huang sempat ditawari kompensasi sebesar 1,6 juta yuan untuk pindah dari rumahnya. Namun, ia keberatan dengan syarat pembayaran dua tahap. Ia memilih bertahan meski semua tetangganya sudah pergi. Pemerintah daerah akhirnya melanjutkan proyek jalan tol, sehingga jalur jalan tol dibangun melingkari rumah milik Huang. Dari atas udara, bentuk rumah tersebut terlihat seperti mata besar, lalu dikenal publik sebagai “Eye of Jinxi”.

Rumah Dikepung Jalan Tol

Ketika lalu lintas dibuka pada April lalu, kondisi semakin memburuk. Tidak ada peredam suara, sehingga truk besar dan kendaraan menimbulkan getaran keras. Rumah itu berubah menjadi tidak nyaman ditempati. Keluarga Huang berusaha bertahan selama beberapa bulan, tetapi akhirnya menyerah karena suara dan polusi. Mereka pindah ke rumah sewa di kota terdekat.

Kini, kaca jendela rumah banyak pecah, dan rerumputan liar tumbuh di sekitar bangunan. Tanda-tanda ditinggalkan pemilik makin jelas terlihat.

Penyesalan yang Datang Terlambat

Dalam wawancara dengan media lokal, Huang mengakui keputusannya salah. Ia menyesal menolak tawaran besar dari pemerintah ketika masih ada kesempatan. “Sekarang rasanya seperti saya kalah taruhan. Saya sedikit menyesalinya,” ujarnya. Jika rumah akhirnya dibongkar, Huang hanya akan menerima sebagian kecil dari kompensasi awal yang pernah ditawarkan.

Viral di Media Sosial

Kasus ini menjadi viral di media sosial. Rekaman memperlihatkan rumah dua lantai dengan atap sejajar jalur tol. Pemandangan unik ini menarik banyak orang datang untuk memotret. Warga sekitar menyebut rumah itu “rumah terkuat” di Jinxi. Sebutan ini muncul karena keberanian Huang menolak relokasi. Namun, seiring waktu, sebutan itu berubah menjadi sindiran.

Video viral juga memperlihatkan betapa rapatnya jalur tol mengitari bangunan, membuat rumah seolah jadi “pulau” kecil di tengah lalu lintas. Fenomena kasus rumah terjebak jalan tol bukan hal baru di China. Sejumlah pemilik rumah pernah menolak pindah demi proyek pembangunan.

Istilah Nail House

Istilah nail house sendiri merujuk pada paku yang menancap dan sulit dicabut, menggambarkan rumah yang tetap berdiri meski dikepung pembangunan. Contoh paling terkenal adalah keluarga di Shanghai yang bertahan 14 tahun sebelum akhirnya pindah pada 2017 dengan kompensasi besar. Ada pula kasus lain di kota-kota besar yang menimbulkan perdebatan publik.

Sempat Dianggap Simbol Perlawanan

Awalnya, Huang dianggap berani menantang pemerintah lokal Jiangxi. Ia terlihat sebagai simbol perlawanan terhadap proyek besar. Namun pada akhirnya, ia harus menghadapi konsekuensi. Rumah tidak lagi bernilai, keluarga harus pindah, dan kompensasi besar yang dulu ditawarkan kini hilang begitu saja.

Banyak pengamat menilai kisah ini memperlihatkan risiko nyata menolak kompromi dalam pembangunan besar. Kasus rumah Huang Ping di Jinxi dikelilingi jalan tol setelah tolak relokasi kini dipandang sebagai pelajaran. Di satu sisi, ada hak individu untuk mempertahankan properti. Di sisi lain, ada kepentingan negara melanjutkan pembangunan.