Tahi lalat, atau dalam istilah medis disebut nevi, adalah kondisi yang umum terjadi dan hampir semua orang memiliki setidaknya beberapa tahi lalat di tubuh mereka. Jumlah tahi lalat pada seseorang bisa bervariasi, biasanya berkisar antara 10 hingga 40 buah. Tahi lalat terbentuk dari kumpulan sel melanosit, yaitu sel yang menghasilkan pigmen kulit. Orang dengan kulit lebih terang cenderung lebih rentan memiliki tahi lalat karena faktor genetik maupun paparan sinar matahari.
Sebagian besar tahi lalat muncul sejak masa kanak-kanak, meskipun ada juga bayi yang sudah lahir dengan beberapa tahi lalat. Umumnya, tahi lalat tidak berbahaya dan bersifat jinak. Namun, ada kalanya tahi lalat baru muncul saat seseorang dewasa, atau tahi lalat yang sudah ada mengalami perubahan bentuk, warna, atau tekstur. Perubahan ini perlu diperhatikan karena bisa menjadi pertanda adanya masalah serius seperti melanoma, salah satu jenis kanker kulit yang mematikan.
Jenis-Jenis Tahi Lalat
Terdapat beberapa kategori tahi lalat berdasarkan karakteristiknya:
1. Tahi Lalat Biasa (Common Moles)
Jenis ini paling umum ditemukan. Tahi lalat biasa biasanya bulat, simetris, dengan batas yang jelas dan permukaan halus. Ukurannya relatif kecil, kurang dari 5 mm. Meskipun umumnya tidak berbahaya, jika seseorang memiliki lebih dari 50 tahi lalat biasa, risiko terkena melanoma meningkat.
2. Tahi Lalat Bawaan (Congenital Nevi)
Tahi lalat bawaan adalah tahi lalat yang sudah ada sejak lahir. Ukuran tahi lalat ini bisa sangat bervariasi, mulai dari yang kecil hingga yang sangat besar. Menurut penelitian tahun 2017, individu dengan tahi lalat bawaan ukuran besar memiliki risiko sekitar 10–15% untuk mengembangkan melanoma sepanjang hidupnya.
3. Tahi Lalat Atipikal (Dysplastic Nevi)
Tahi lalat atipikal memiliki bentuk tidak teratur, warna yang bervariasi (merah muda, merah, cokelat, hingga hitam), serta batas yang tidak jelas. Meskipun sebagian besar tidak berubah menjadi kanker, tahi lalat jenis ini memiliki kemiripan dengan melanoma sehingga perlu evaluasi oleh dokter kulit.
4. Spitz Nevus
Jenis langka ini sering menyerupai melanoma tetapi bersifat jinak. Umumnya muncul pada anak-anak dan remaja di bawah usia 20 tahun. Bentuknya bulat, simetris, dengan pola pigmentasi seperti bintang (starburst). Karena kesulitan dalam diagnosis, dokter sering merekomendasikan pengangkatan sebagai langkah pencegahan.
Penyebab Munculnya Tahi Lalat Baru
Meskipun penyebab pasti munculnya tahi lalat baru belum sepenuhnya dipahami, beberapa faktor berikut diketahui berperan:
1. Faktor Genetik
Riwayat keluarga dengan banyak tahi lalat meningkatkan kemungkinan seseorang memiliki tahi lalat. Mutasi gen BRAF ditemukan pada 78% kasus tahi lalat jinak. Mutasi ini juga terlibat dalam perkembangan melanoma.
2. Paparan Sinar Matahari
Paparan sinar ultraviolet (UV) baik dari sinar matahari langsung maupun alat tanning bed dapat memicu munculnya tahi lalat baru. Selain itu, kerusakan akibat sinar UV juga meningkatkan risiko kanker kulit.
3. Penurunan Kekebalan Tubuh
Obat-obatan imunosupresan, seperti yang digunakan pasca-transplantasi organ, dapat menyebabkan tahi lalat baru muncul. Pada kasus tertentu, kondisi ini juga meningkatkan risiko kanker kulit.
4. Perubahan Hormon
Beberapa penelitian menyebut bahwa tahi lalat bisa muncul atau berubah selama fase hormonal seperti pubertas, kehamilan, atau menopause. Studi tahun 2014 menemukan hubungan antara jumlah tahi lalat dan kadar hormon yang berkaitan dengan risiko kanker payudara, meski penelitian ini masih membutuhkan validasi lebih lanjut.
Kapan Harus Waspada?
Setiap kali tahi lalat baru muncul atau tahi lalat lama mengalami perubahan seperti gatal, berdarah, sakit, atau perubahan warna/tekstur, segera konsultasikan ke dokter kulit. Melanoma memang jarang, tetapi merupakan kanker kulit yang paling berbahaya. Untungnya, jika terdeteksi lebih awal, melanoma dan jenis kanker kulit lain seperti karsinoma sel basal atau skuamosa bisa diobati secara efektif.
Selain itu, penting untuk melakukan pemeriksaan mandiri secara rutin. Gunakan prinsip ABCDE untuk memeriksa tahi lalat:
– Asymmetry (tidak simetris)
– Border (batas tidak rata)
– Color (warna tidak merata)
– Diameter (lebih besar dari 6 mm)
– Evolving (berubah seiring waktu)
Kesadaran akan perubahan pada tahi lalat bisa menjadi langkah awal untuk mendeteksi masalah kulit lebih dini. Oleh karena itu, penting menjaga gaya hidup sehat, menggunakan tabir surya setiap hari, menghindari paparan sinar matahari berlebihan, serta menjaga sistem kekebalan tubuh agar tetap kuat.
