Keluhan Warga Inbate terhadap Kinerja Satgas TNI di Perbatasan
Asuat Siprianus, seorang tokoh masyarakat di Desa Inbate, Kecamatan Bikomi Nilulat, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Provinsi NTT, menyampaikan kekecewaannya terhadap tindakan yang dilakukan oleh Satgas TNI di perbatasan antara Indonesia dan Oecuse, Timor Leste. Kekecewaan ini muncul karena ia merasa tidak dilindungi oleh satuan tersebut saat terjadi bentrok hingga penembakan di area patok batas.
Pada Senin, 25 Agustus malam, Sipri menjelaskan secara rinci peristiwa yang menimpa warga Inbate. Sehari sebelum kejadian, telah terjadi penggusuran batas lama di patok Pal 36 dan 37 oleh Polisi Batas Timor Leste dan warga dalam rangka pembuatan jalan sepanjang 300 meter. Saat itu, seorang warga Inbate mencoba menegur karena dianggap telah memasuki wilayah Indonesia atau melewati patok lama. Namun, ia diancam oleh Polisi Batas/Unidade Patrola Fronteira (UPF) Timor Leste dengan ucapan, “Kau mau saya lapor ke pos kamu supaya orang pos pukul kamu ya.”
Pada hari Senin pagi, beberapa orang tua dari warga Inbate pergi ke lokasi tersebut untuk mencari alang-alang sekaligus memastikan apakah ada penerobosan batas oleh pihak Timor Leste. Setelah sampai di lokasi, mereka melihat UPF dan warga Oecuse sedang melakukan aktivitas pemasangan pilar batas baru. Hal ini memicu pertengkaran dan perkelahian.
Yang membuat Sipri kecewa adalah saat keributan terjadi, anggota Satgas TNI langsung menuju lokasi. Namun, ketika mendengar tembakan sebanyak tujuh kali, mereka tidak melanjutkan perjalanan ke lokasi bentrok. “Kita punya tentara dong dengar karena kami bakalai, mereka sementara mau ikut orang tua dong (warga Inbate) tapi begitu dengar tembakan mereka kabur kembali,” ujar Sipri.
Dari tujuh tembakan yang diduga dilepaskan UPF, salah satu warga bernama Paulus Taek Oki, berusia sekitar 70-an tahun, terkena peluru di bahu kanannya. Sipri, yang juga merupakan petugas penyuluh pertanian setempat, menjelaskan bahwa penggusuran patok oleh pihak Timor Leste telah masuk ke lahan pertanian warga Inbate. Saat ini, warga sedang membersihkan dan menyiapkan lahan tersebut guna musim tanam tahun ini.
Selain itu, di lokasi tersebut juga terdapat kuburan-kuburan suku milik desa Inbate. Menurut Sipri, warga Inbate tetap berjaga-jaga di lokasi patok batas. Mereka khawatir pihak Timor Leste akan terus melanjutkan pemasangan pilar batas secara sepihak. Ia menegaskan bahwa warga Inbate tidak akan mundur dari patok batas lama dan tidak akan merelakan wilayah tersebut kepada warga Oecuse.
Diketahui, siang hari setelah insiden tersebut, Dandim 1618/TTU, Letkol Arm Didit Prasetyo Purwanto, bersama Kapolres TTU, AKBP Eliana Papote, sejumlah anggota Satgas Pamtas RI-RDTL sektor barat, Brimob, dan anggota Polres TTU datang untuk memantau lokasi bentrokan. Di tempat tersebut ditemukan selongsoran peluru kaliber 5,56 MM yang diduga milik UPF.
Hingga berita ini diturunkan, pihak aparat Satgas TNI dan Polri di perbatasan belum dapat dikonfirmasi. Demikian juga pihak UPF Timor Leste. Namun, media ini memberikan ruang seluas-luasnya bagi setiap pihak yang disebutkan untuk memberi tanggapan, klarifikasi, atau pernyataan lainnya terkait pemberitaan ini.
