Ketegangan Wapres Filipina Sara Duterte dengan Presiden Filipina Ferdinand ’Bongbong’ Marcos Jr semakin panas menyusul penangkapan ayah Sara, Rodrigo Duterte, oleh Mahkamah Pidana Internasional (ICC) untuk diadili.
Penangkapan itu dilakukan polisi Filipina pada Selasa (11/3) pagi berdasar surat perintah ICC lewat Interpol. Duterte ditangkap saat mendarat di Manila sepulang dari Hong Kong untuk kampanye — kegiatan ini juga diikuti oleh Sara.
Pada Selasa malam, Duterte diterbangkan ke Den Haag, Belanda, markas besar ICC, untuk diadili dengan tuduhan kejahatan kemanusiaan atas kebijakannya menerapkan perang terhadap narkoba semasa dia berkuasa 2016-2022.
Dalam sebuah pernyataan, Sara mengatakan pemerintahan Marcos Jr “mengkhianati” ayahnya sebagai warga negara Filipina dengan mengizinkan ICC menahannya.
Rabu (12/3).
“Tindakan ini menunjukkan kepada dunia bahwa pemerintah ini bersedia meninggalkan warga negaranya sendiri dan mengkhianati hakikat kedaulatan dan martabat nasional kita,” tambahnya.
Sara juga mengecam bagaimana ayahnya “ditolak hak-hak dasarnya” ketika ia ditahan di Pangkalan Udara Villamor sebelum kemudian diterbangkan ke Den Haag.
“Sejak dia dibawa [Selasa] pagi ini, dia belum pernah dibawa ke hadapan otoritas peradilan yang kompeten untuk menegaskan hak-haknya dan mengizinkannya memanfaatkan keringanan yang disediakan oleh hukum,” katanya.
“Saat saya menulis ini, dia sedang dibawa secara paksa ke Den Haag malam ini. Ini bukan keadilan – ini penindasan dan penganiayaan… Tuhan selamatkan Filipina,” tambahnya.
Dulu Bersatu, Kini Berseteru
Hubungan antara Sara Duterte dan Ferdinand “Bongbong” Marcos Jr. adalah dinamika politik yang kompleks, berawal dari aliansi strategis hingga berubah menjadi perseteruan terbuka.
Mereka awalnya bersatu dalam pemilihan presiden Filipina 2022. Keduanya membawa nama besar Duterte dan Marcos yang populer. Mereka menang besar dan dilantik pada 30 Juni 2022.
Keretakan mulai muncul tak lama setelah pelantikan. Keinginan Sara menginginkan posisi strategis, yaitu Menteri Pertahanan di kabinet Marcos Jr, ditolak. Marcos Jr mempercayakan jabatan Menhan kepada loyalisnya dan “hanya’ memberi jabatan Menteri Pendidikan pada Sara.
Ketegangan ini diperparah oleh perbedaan visi politik dan kebijakan.
Hubungan keduanya semakin memburuk pada 2024. Pada Januari 2024, Rodrigo Duterte menuduh Marcos Jr berencana mengamendemen konstitusi untuk menghapus batas masa jabatan presiden, sebuah langkah yang dianggap mengancam demokrasi dan mengingatkan pada masa diktator ayahnya, Ferdinand Marcos Sr.
Duterte juga melontarkan tuduhan pribadi, menyebut Marcos Jr sebagai pengguna narkoba, yang dibalas Marcos Jr dengan menyebut Duterte dipengaruhi opioid (fentanyl) akibat kecelakaan masa lalu.
Pada Februari 2025, hubungan mereka mencapai titik terendah ketika Dewan Perwakilan Rakyat Filipina, yang didominasi sekutu Marcos Jr, memakzulkan Sara Duterte pada 5 Februari 2025.
Sara dituduh melakukan korupsi (penyalahgunaan dana rahasia), pelanggaran konstitusi, dan pengkhianatan kepercayaan publik—termasuk ancaman pembunuhan terhadap Marcos Jr.
Sebanyak 215 dari 306 anggota DPR mendukung pemakzulan, melebihi ambang batas yang diperlukan.
Kasus ini kini menunggu sidang di Senat, yang akan menentukan apakah Sara dilengserkan, sebuah langkah yang dapat mengakhiri karier politiknya secara permanen.