Penemuan Arkeologis di Tepi Sungai Nil yang Membuka Jendela Masa Lalu
Sebuah penemuan arkeologis baru-baru ini di tepi barat Sungai Nil dekat Aswan, Mesir, mengungkap ukiran batu kuno yang diduga berasal dari awal Dinasti Pertama Mesir, sekitar 5.100 tahun lalu. Ukiran ini memberikan wawasan penting tentang masa protodinasti — periode yang masih menjadi teka-teki bagi para ahli sejarah — serta menawarkan petunjuk tentang bagaimana negara Mesir Kuno terbentuk.
Dalam studi yang diterbitkan pada 10 Juli di jurnal Antiquity, Dorian Vanhulle, Direktur dan Kurator di Musée du Malgré-Tout, Belgia, menggambarkan ukiran tersebut sebagai “kapal berhias yang ditarik oleh lima sosok manusia ke arah kanan”. Di buritan kapal, terdapat seseorang berdiri sambil memegang dayung. Tepat di depannya, terdapat struktur tertutup — kemungkinan kabin — yang diduga menaungi seorang tokoh penting.
Ciri-Ciri Sosok dalam Kapal
Meskipun hanya bagian kepala dan bahu kanan sosok tersebut yang masih tampak, Vanhulle menduga bahwa itu bisa jadi adalah sosok bangsawan atau bahkan tokoh kerajaan. “Sosok yang duduk ini tampaknya memiliki dagu yang memanjang — ciri khas penggambaran para penguasa awal yang mungkin menandakan janggut palsu yang dikenakan oleh raja-raja sejak Dinasti Pertama,” tulisnya dalam studi tersebut.
Ia juga mencatat adanya “garis vertikal” di kepala sosok tersebut, yang mungkin merupakan semacam hiasan kepala atau mahkota. Namun, tidak ada informasi pasti tentang jenis kelamin atau status sosok tersebut, meskipun diperkirakan ia berasal dari kelas sosial atas.
Gaya Ukiran dan Simbolisme Kapal
Vanhulle menentukan usia ukiran ini berdasarkan gaya artistiknya. Bentuk kapal yang melengkung menyerupai sabit serta kehadiran “tanduk” di bagian atas kabin kedua merupakan ciri khas kapal dari periode protodinasti hingga awal Dinasti Pertama (sekitar 4500–3085 SM).
“Kapal merupakan salah satu motif paling sering muncul dalam ikonografi Mesir,” jelas Vanhulle. “Selama periode Pradinasti dan Protodinasti, kapal menjadi simbol yang sarat dengan makna ideologis dan simbolis yang kompleks.”
Menariknya, Vanhulle menilai bahwa sosok yang tergambar bukanlah Narmer — pendiri Dinasti Pertama Mesir — karena tidak terdapat simbol “serekh” dalam ukiran tersebut. Serekh adalah simbol hieroglif berbentuk fasad istana yang biasa membawa nama raja dan di atasnya terdapat dewa Horus yang berkepala elang.
“Ketidakhadiran serekh ini menunjukkan bahwa sosok duduk tersebut kemungkinan bukan raja dari Dinasti Pertama,” tulisnya. “Kemungkinan besar, ukiran ini dibuat menjelang era Dinasti Pertama, mungkin sedikit sebelum masa pemerintahan Narmer.”
Arti Sejarah dan Budaya
Bagi para arkeolog seperti Alejandro Jiménez Serrano dari Universitas Jaén, Spanyol, yang tidak terlibat dalam penelitian ini, ukiran ini memiliki arti penting. Ia menyebut bahwa karya seni ini termasuk langka karena menggambarkan sosok duduk dalam kapal prosesi — interpretasi yang menunjukkan perwakilan otoritas atau kekuasaan.
“Corpus seni batu dari periode protodinasti sangat terbatas,” ujar Jiménez Serrano. “Itulah mengapa ukiran ini sangat signifikan.”
Namun, baik Vanhulle maupun Jiménez Serrano menyadari adanya keterbatasan dalam interpretasi. Belum bisa dipastikan apakah garis vertikal di kepala adalah mahkota atau hanya guratan alami, begitu pula dengan dagu panjang yang mungkin bukan janggut palsu. Bahkan, jenis kelamin sosok duduk itu pun belum dapat ditentukan secara pasti.
“Studi ini mengakui bahwa ‘tidak mungkin menentukan jenis kelamin dan status’ dari sosok tersebut, meskipun diakui bahwa ia mungkin berasal dari kelas sosial atas,” jelas Jiménez Serrano.
Kualitas Ukiran yang Tinggi
Satu aspek yang menarik adalah kualitas ukiran yang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa bahkan sebelum pembangunan piramida dimulai, otoritas regional mungkin telah mempekerjakan ahli seni ukir batu untuk merekam simbol-simbol kekuasaan mereka.
“Ukiran-ukiran ini tampaknya dikerjakan oleh tangan ahli,” catat Vanhulle, menyiratkan bahwa seni rupa telah memainkan peran penting dalam membentuk ideologi kekuasaan Mesir jauh sebelum munculnya monumen-monumen megah seperti Piramida Giza.
Penemuan ukiran batu di Aswan ini memperkaya pemahaman kita tentang masa-masa awal peradaban Mesir Kuno. Meskipun masih banyak pertanyaan terbuka, seperti siapa sosok dalam kapal dan apa perannya, ukiran ini menjadi saksi bisu akan transisi dari masyarakat pradinasti menuju negara firaun yang megah.
