TMMD Kodim 0722/Kudus: Menjahit Harapan, Membangun Masa Depan Desa Kandangmas di Lereng Muria

Posted on

Kudus, Kota yang Menggabungkan Sejarah dan Masa Depan

Di kaki Pegunungan Muria yang sejuk dan hijau, terletak sebuah kabupaten kecil yang penuh dengan warisan budaya, semangat religius, serta dinamika ekonomi rakyat: Kudus. Tanah para wali, kampung industri kretek, sekaligus surga bagi pecinta kuliner dan tradisi. Di sini, sejarah dan masa depan berjalan bersama. Menara Kudus yang kokoh menjadi simbol kejayaan Islam Jawa, sekaligus pengingat akan kearifan lokal yang menyatu dengan nilai spiritual. Di antara gang-gang sempit kota, aroma jenang merekah, menandai bahwa UMKM tetap hidup meski zaman terus berlari.

Namun, Kudus bukan hanya kota. Ia juga pegunungan dan desa-desa di lereng Gunung Muria, seperti Desa Kandangmas. Di sana, kabut pagi menyelimuti atap rumah kayu dan suara ayam jantan bersahut-sahutan dari kejauhan. Keberadaan desa ini menunjukkan kehidupan yang sederhana namun tak pernah menyerah. Desa Kandangmas terletak di Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus, pada ketinggian 750 mdpl. Jaraknya kurang lebih 15,7 km dari pusat kota, dengan waktu tempuh sekitar 27 menit.

Daya tarik yang dimiliki Desa Wisata Kandangmas antara lain wisata tirta Bendungan Logung, wisata edukasi pengolahan gula tumbu, dan wisata adventure tour jeep. Selain itu, di desa ini juga terdapat makam yang sering dikunjungi oleh para peziarah, yaitu makam putri Sunan Muria bernama Raden Ayu Dewi Nawangsih, dan Raden Bagus Rinangku, keturunan Mataram.

Di tanah itulah TNI hadir dalam program TMMD, membuka akses jalan, merehab rumah warga, memberi pelatihan, dan menanamkan harapan. Mereka datang bukan sebagai tamu, tapi sebagai saudara. Bersama warga, mereka membelah bukit, menyusun batu demi batu, bukan hanya untuk infrastruktur, tapi untuk masa depan.

Kudus tidak pernah kehabisan cerita. Tentang semangat, tentang gotong royong, tentang rakyat yang ingin bangkit dari keterbatasan. TMMD di Kudus adalah bukti bahwa pembangunan tak hanya dimulai dari pusat, tapi bisa tumbuh dari pinggiran, asal ada niat dan kemanunggalan.

Jalan Baru, Harapan Baru

Suara cangkul dan mesin molen bercampur dengan tawa anak-anak yang bermain di pinggir jalan desa. Di tengah udara sejuk pegunungan Muria, suasana berbeda menyelimuti Desa Kandangmas, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus. Desa yang selama ini terisolasi oleh akses jalan terjal dan sempit, kini tengah bersolek berkat kehadiran prajurit TNI dari Kodim 0722/Kudus dalam gelaran TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) ke-125.

Selama satu bulan penuh, sejak dibukanya TMMD 125 pada 23 Juli 2025, prajurit TNI bahu-membahu dengan warga desa membangun jalan penghubung, merenovasi rumah tidak layak huni, hingga memberikan penyuluhan kesehatan dan wawasan kebangsaan. TMMD bukan sekadar program pembangunan fisik, tapi lebih dari itu, ini adalah jembatan harapan antara negara dan rakyat.

Dengan semangat membangun dari pinggiran, TMMD hadir sebagai solusi konkret mengentaskan kemiskinan, membuka keterisolasian desa, serta mendorong tumbuhnya geliat ekonomi lokal. Harapan baru kini lahir di tengah masyarakat yang selama ini hidup dalam keterbatasan.

Sarno (52), petani kopi asal Dukuh Watu Gendong, tak bisa menyembunyikan rasa harunya. Matanya berkaca-kaca saat menunjukkan jalan rabat beton sepanjang 1,2 kilometer yang tengah dikerjakan Satgas TMMD. “Dulu, kalau mau bawa hasil panen ke pasar, saya harus pikul karung sejauh hampir dua kilometer. Sekarang, jalan dibeton, sepeda motor bisa masuk sampai ke kebun,” katanya lirih, penuh syukur.

Akses jalan yang lebih baik otomatis menurunkan biaya logistik, membuka peluang pasar, dan mempermudah mobilitas warga. Inilah bentuk nyata bagaimana TMMD membantu menurunkan angka kemiskinan, bukan hanya lewat bantuan langsung, tapi melalui pembangunan yang berkelanjutan.

Kemanunggalan TNI-Rakyat untuk Membangun Bersama

TMMD ke-125 ini menitikberatkan pada pemerataan pembangunan di daerah terpencil serta memperkuat kemanunggalan TNI-Rakyat. Tidak hanya membangun infrastruktur, tapi juga membangun jiwa gotong royong. Kami ingin masyarakat tidak hanya menikmati hasilnya, tetapi ikut serta dalam prosesnya.

Di sela kegiatan fisik, Satgas TMMD juga menyelenggarakan pengobatan gratis, khitanan massal, dan penyuluhan pencegahan stunting, narkoba, serta wawasan kebangsaan. Babinsa pun turut membantu mengajar anak-anak sekolah dasar, menanamkan nilai-nilai nasionalisme sejak dini. “Pak tentara ngajarin kami baris-berbaris dan cerita tentang Pancasila,” ujar Dian (10), siswi SDN Rahtawu. Wajahnya berbinar, seolah menyimpan inspirasi baru dari seragam loreng yang kini akrab dilihatnya.

Entaskan Kemiskinan Lewat Aksi Nyata

Bukan hanya jalan dan rumah, TMMD membangun fondasi masa depan, pendidikan, kesehatan, dan kepercayaan diri warga desa. Dengan membuka keterisolasian, akses ke layanan dasar menjadi lebih mudah dan peluang ekonomi terbuka lebar. Inilah bentuk nyata pembangunan yang inklusif dan menyentuh akar masalah kemiskinan.

TMMD ke-125 Kodim Kudus membuktikan bahwa pembangunan sejati bukan hanya mengangkat batu dan semen, melainkan juga membangun kepercayaan masyarakat terhadap negara. Ketika program ini usai, satu hal yang tertinggal adalah semangat bahwa negara hadir bukan sekadar lewat janji, tetapi melalui kerja nyata dan tulus. “TMMD, Membangun Harapan Baru, Entaskan Kemiskinan.” Moto ini bukan sekadar slogan, melainkan denyut nadi program yang menembus jantung perdesaan Indonesia. Di Kudus, TMMD bukan hanya membangun jalan tetapi juga membangun masa depan.

Sejahterakan Desa Lereng Gunung Muria

Harapan baru tengah tumbuh di kaki Pegunungan Muria. Desa Kandangmas, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus, yang selama ini terisolasi oleh medan terjal dan keterbatasan infrastruktur, kini mulai berubah wajah. Semua berkat program TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) ke-125 yang digelar Kodim 0722/Kudus, bekerja sama dengan Pemerintah Daerah dan masyarakat.

Desa Kandang Mas di Kudus dikenal sebagai sentra pertanian, terutama tebu dan kencur. Selain itu, desa ini juga menghasilkan tanaman umbi-umbian seperti ketela, kunir, dan jahe. Hasil pertanian ini menjadi mata pencaharian utama sebagian besar masyarakat desa. Desa Kandang Mas merupakan salah satu daerah penghasil tebu di Kabupaten Kudus. Selain komoditas kencur menjadi andalan petani di desa ini karena tanahnya yang kering namun gembur. Di Desa Kandangmas, terdapat industri gula tumbu yang masih dilestarikan, memanfaatkan tebu sebagai bahan baku.

Petani di Desa Kandangmas seringkali kesulitan dalam membawa hasil panen, terutama karena kondisi jalan yang kurang memadai, terutama saat musim hujan. Namun, saat ini sedang dilakukan pengerasan jalan untuk memudahkan aktifitas perekonomian masyarakat tanpa terkendala cuaca.

Selama satu bulan penuh, sejak program ini dibuka, puluhan prajurit TNI bersama warga membangun jalan rabat beton sepanjang lebih dari satu kilometer, merehab rumah tidak layak huni, serta menggelar berbagai kegiatan sosial. Semua bertujuan mengentaskan kemiskinan dari akar, membuka akses, dan membangun kepercayaan masyarakat kepada negara. “Dulu, kalau panen, kami pikul turun bukit. Sekarang, jalan sudah dicor, motor bisa sampai ke kebun. Ini benar-benar mengubah hidup kami,” ujar Sarno (52), seorang petani di Desa Kandangmas.

Pembangunan infrastruktur jalan menjadi program unggulan TMMD kali ini. Akses jalan yang memadai membuka peluang ekonomi, menurunkan biaya logistik, serta mempercepat distribusi hasil pertanian. Dampaknya langsung terasa, terutama bagi warga yang menggantungkan hidup dari hasil kebun.

Harapan Tak Sekadar Janji

TMMD ke-125 di Kudus tidak hanya menyasar pembangunan fisik. Satgas TMMD juga memberikan penyuluhan kesehatan, bahaya narkoba, dan pentingnya pendidikan. Anak-anak sekolah dasar pun mendapatkan pelajaran tambahan dari prajurit TNI yang menjadi pengajar tamu. “Pak tentara ngajari saya baris-berbaris dan nyanyi lagu Indonesia Raya,” kata Dian (10), siswi Sekolah Dasar dengan mata berbinar. Pengalaman tersebut tidak hanya memberi pengetahuan, tapi juga menumbuhkan semangat nasionalisme sejak dini.

TMMD merupakan wujud nyata kemanunggalan TNI dan rakyat dalam membangun negeri dari pinggiran. TMMD bukan hanya soal membangun infrastruktur, tapi juga membangun mental, semangat, dan gotong royong. Sinergi antara TNI, pemerintah daerah, aparat desa, mahasiswa, hingga organisasi masyarakat menjadi kunci keberhasilan TMMD. Semua bergerak bersama, demi satu tujuan yaitu kemajuan desa dan kesejahteraan rakyat.

Ketika TMMD ke-125 usai dan alat berat kembali ke markas, yang tertinggal bukan hanya jalan beton dan bangunan baru. Yang lebih penting adalah rasa percaya diri warga, semangat gotong royong, dan keyakinan bahwa negara hadir dan peduli. TMMD bukan sekadar program tahunan. Ia adalah perwujudan cinta tanah air dalam bentuk paling nyata yaitu bekerja bersama rakyat, untuk rakyat. TMMD ke-125 Kodim 0722/Kudus telah membuktikan bahwa pembangunan tidak harus menunggu dari pusat. Dengan kemanunggalan, desa terpencil pun bisa bangkit, kemiskinan bisa dilawan, dan harapan bisa dibangun.