Penyebab KMP Tunu Tenggelam Terungkap dari Hasil Investigasi
Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) telah mengungkap dugaan awal penyebab tenggelamnya Kapal Motor Penumpang (KMP) Tunu Pratama Jaya di Selat Bali. Dari hasil investigasi yang dilakukan, KNKT menyatakan bahwa pintu menuju ruang mesin dalam keadaan terbuka saat kapal menghadapi gelombang tinggi. Hal ini memungkinkan air laut masuk ke dalam kapal dan akhirnya menyebabkan kapal miring serta tenggelam.
Menurut Pelaksana Tugas Ketua Sub Komite Keselamatan Pelayaran KNKT, Anggiat PTP Pandiangan, pintu akses ke kamar mesin pada kapal tersebut tidak dalam kondisi tertutup saat pelayaran berlangsung. Saat gelombang tinggi menghantam kapal, air laut langsung masuk melalui pintu tersebut, menyebabkan kapal miring ke sisi kanan. Kejadian ini menjadi pemicu awal tenggelamnya kapal.
“Pintu akses ke kamar mesin seharusnya selalu dalam keadaan tertutup selama pelayaran. Ini penting karena desain kapal Ro-Ro Pax seperti KMP Tunu memiliki freeboard rendah,” jelas Anggiat. Freeboard adalah jarak antara permukaan air dan dek bebas kapal. Kondisi muatan yang ada di atas kapal juga bisa memperparah situasi, karena akan menambah beban dan mengurangi freeboard.
Dalam rapat kerja bersama Komisi V DPR RI, Anggiat menjawab pertanyaan tentang apakah kejadian ini bisa dicegah jika pintu kamar mesin ditutup. Ia menjawab singkat, “Ya, Pak.” Ini menunjukkan bahwa kesalahan utama terletak pada pintu yang tidak tertutup, sehingga memungkinkan air masuk dan memicu kemiringan kapal.
Meski demikian, KNKT masih terus melakukan investigasi lebih lanjut untuk memastikan apakah ada faktor lain yang turut berkontribusi, seperti kemungkinan adanya kelebihan muatan atau kesalahan teknis lainnya.
Kronologi Kejadian
Kejadian tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya terjadi pada 2 Juli 2025. Pada pukul 22.15 WIB, kapal mulai memuat kendaraan di Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi, Jawa Timur. Proses pemuatan selesai pada pukul 22.45 WIB. Kemudian, pada pukul 22.51 WIB, kapal bertolak menuju Pelabuhan Gilimanuk, Bali.
Saat kapal berangkat, tidak ada tanda-tanda anormal. Mesin berfungsi normal, cuaca cerah, dan visibilitas baik. Namun, sekitar 30 menit setelah keberangkatan, awak kapal merasakan kapal mulai miring ke kanan. Juru mudi dan kelasi jaga melihat air laut mulai masuk ke kamar mesin melalui pintu yang terbuka.
Juru minyak jaga yang berada di kamar mesin juga melihat hal yang sama. Informasi dari juru mudi dan juru minyak konsisten, menunjukkan bahwa air masuk melalui pintu tersebut. Setelah itu, juru minyak segera keluar dari ruang mesin, sementara mualim jaga memerintahkan awak untuk membantu penumpang mengenakan pelampung dan bersiap evakuasi.
Nakhoda yang sedang beristirahat segera dibangunkan dan mengambil alih kemudi. Kapten kapal kemudian memancarkan panggilan darurat melalui radio di frekuensi 16. Di saat yang sama, kendaraan di geladak belakang mulai bergeser dan bertumpu ke sisi kanan kapal, memperparah kemiringan.
“Awalnya perlahan-lahan, kemudian semakin cepat. Beberapa menit setelah panggilan darurat, kapal mulai tenggelam dengan kondisi buritan tenggelam terlebih dahulu sambil miring ke kanan,” jelas Anggiat.
Upaya penyelamatan dan evakuasi terkendala karena minimnya pencahayaan di lokasi kejadian. Kapal Gilimanuk I dan Tunuh Pratama 3888 yang berada di sekitar lokasi berusaha menyorot lampu ke arah Tunu Pratama Jaya, tetapi sulit mengenali objek terapung di tengah kegelapan.
Profil KMP Tunu Pratama Jaya
KMP Tunu Pratama Jaya adalah kapal penumpang jenis Roll-On-Roll-Off (Ro-Ro Pax) dengan nomor IMO 8749432. Kapal ini dibangun pada tahun 2010 dan memiliki panjang keseluruhan 60 meter, berat kotor (Gross Tonnage) 792 ton, serta satu geladak kendaraan.
Ruang penumpang terdiri dari kelas ekonomi dan VIP yang terletak di atas geladak kendaraan. Pemilik kapal adalah PT Raputra Jaya. Kapal ini dibuat dari material baja dan telah diklasifikasikan oleh Biro Klasifikasi Indonesia (BKI) sejak awal pembangunannya. Kapal biasa bersandar di dermaga LCM atau pelengsengan baik di Pelabuhan Ketapang maupun Gilimanuk.
TPJ dilengkapi dengan satu mesin induk Mitsubishi tipe SN6-MTK dengan daya maksimum 353 kW. Kecepatan rata-rata kapal di lintasan Ketapang–Gilimanuk sekitar 3 hingga 5 knot.
