, JAKARTA
Kapal ini menjadi saksi kesuksesan Satgas Maritime Task Force (MTF) TNI Konga XXVIII-O/Unifil dalam menjalani misi perdamaian di Lebanon.
Terukirnya sejarah kesuksesan misi ini dimulai ketika kapal perang tersebut bertolak dari Surabaya pada 11 Desember 2023.
Kapal yang dikomandani oleh Letkol Laut (P) Wirasetyo Haprabu bersama 120 personelnya langsung tancap gas menjalankan misi perdamaian di Lebanon.
atau pemeriksa kapal asing yang keluar masuk perairan Mediterania.
Misi tersebut sudah terkonfirmasi oleh PBB dan Satgas MTF dari negara lain yang juga terlibat di dalamnya.
Kala ditemui di Markas Kolinlamil Jakarta Utara, saat kapal kembali dari Mediterania, Jumat (14/2/2025), Haprabu menceritakan seluruh pengalamannya.
Perjalanan pertama tidaklah mulus. Kendala mulai datang, ketika pasukannya masuk ke Laut Merah di Yaman.
Kala itu, terdengar kabar adanya ancaman dari kelompok pemberontak Houthi, sehingga membuat situasi semakin memanas. Keberadaan kapal NATO di lokasi itu juga membuat laju KRI tersendat.
Kemelut tersebut akhirnya mencair kala kapal yang juga duta besar Indonesia tersebut berhasil meyakinkan pihak-pihak tertentu bahwa keberadaan KRI Diponegoro bertujuan untuk melakukan misi perdamaian.
KRI Diponegoro akhirnya diperbolehkan melaju, hingga akhirnya sampai di perairan Mediterania.
Masih segar di ingatan Haprabu, ketika dirinya pertama kali sampai di perairan Mediterania. Pihaknya langsung melakukan koordinasi untuk melakukan pemeriksaan.
Kapal demi kapalpun dicegatnya. Setiap ada kapal mencurigakan masuk, Prabu mulai menggunakan pengeras suara untuk berbicara dengan nakhoda kapal tersebut, menanyakan data kapal dan mengirimkan data tersebut ke pihak Lebanon Armed Forces (LAF) Navy.
Pencegahan ini dilakukan guna mengantisipasi adanya barang-barang ilegal yang masuk seperti senjata ilegal dan sebagainya.
Semua dilakukan Haprabu dan jajarannya hampir setiap hari. Tidak heran hampir 80 persen masa tugas mereka selama satu tahun dihabiskan di tengah laut.
Dari teriknya Matahari laut, hingga dinginnya angin di tengah malam telah dilalui Haprabu dan anak buahnya demi menuntaskan misi.
Selama menjalankan misi, Haprabu mengaku tidak ada barang-barang mencurigakan yang ditemukan di setiap kapal. Semua pemeriksaan berjalan dengan lancar.
Pesawat tempur Israel
Selama satu tahun bertugas, banyak dinamika yang dihadapi Haprabu dan pasukannya. Ketegangan memuncak
ketika memasuki Oktober 2024. Saat itu, serangan Israel ke Hizbullah berkecamuk.
milik Israel lalu lalang di atas KRI Diponegoro.
beriringan dengan meningginya eskalasi invasi yang dilancarkan Israel ke Hizbullah.
Bahkan, beberapa kali KRI Diponegoro mendapatkan “provokasi” dari pesawat tempur Israel. Pesawat tempur sempat beberapa kali memutari KRI Diponegoro.
Bentuk provokasi itupun ditanggapi tenang oleh Haprabu dan pasukannya. Dalam kondisi ini, prajurit TNI AL itu hanya memantau sambil mempersiapkan persenjataan KRI untuk bertahan, jika nantinya diserang.
Namun, aksi memutari KRI Diponegoro itu akhirnya tidak berujung pada kontak fisik antara pesawat tempur Israel dan kapal tempur Indonesia.
Kondisi itu dialami Haprabu dan seluruh anak buah selama berbulan bulan, hingga akhirnya tensi peperangan perlahan mereda.