Serangan Udara Israel di Suriah Selatan Memicu Kekacauan dan Pengutukan dari Pihak Damaskus
Pada hari Selasa, Suriah menyampaikan pengutukan terhadap serangan udara yang dilakukan oleh pasukan Israel di wilayah Sweida, sebuah provinsi selatan yang mayoritas penduduknya adalah suku Druze. Serangan ini menargetkan pasukan pemerintah Suriah, yang sedang bergerak menuju wilayah tersebut setelah beberapa hari terakhir terjadi bentrokan sektarian yang sangat intens antara milisi Druze lokal dan kelompok Badui.
Menurut pernyataan resmi dari kementerian luar negeri Suriah, serangan yang dilakukan melalui pesawat tak berawak dan serangan udara militer merupakan tindakan agresi yang sangat tidak pantas. Pernyataan tersebut menyebutkan bahwa sejumlah anggota militer dan personil keamanan serta beberapa warga sipil tak bersalah telah tewas akibat serangan tersebut. Pihak Suriah menegaskan bahwa Israel bertanggung jawab penuh atas tindakan tersebut dan mengklaim bahwa mereka memiliki hak untuk mempertahankan tanah dan rakyatnya sesuai dengan hukum internasional.
Beberapa waktu sebelumnya, pejabat Amerika Serikat memberi informasi bahwa Israel setuju untuk menghentikan serangan pada malam hari setelah permintaan AS. Hal ini dilakukan dalam upaya Washington untuk mewujudkan normalisasi hubungan antara Suriah dan Israel. Namun, Suriah tetap bersikeras bahwa tindakan militer mereka di wilayah selatan bukan ditujukan kepada Israel, melainkan untuk menghentikan bentrokan antara milisi Druze dan geng Badui.
Serangan udara Israel terjadi ketika pasukan Suriah sedang bergerak menuju Sweida, yang dikenal sebagai wilayah dengan komunitas Druze yang besar. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan Menteri Pertahanan Israel, Benny Gantz, menyatakan bahwa tindakan tersebut dilakukan demi melindungi komunitas Druze di Suriah, yang memiliki hubungan persaudaraan yang kuat dengan warga Druze di Israel. Mereka juga menegaskan bahwa masuknya pasukan dan senjata Suriah ke daerah tersebut melanggar kebijakan demiliterisasi yang telah ditetapkan.
Dalam pernyataannya, IDF (Angkatan Bersenjata Israel) mengklaim bahwa mereka menyerang beberapa kendaraan lapis baja, termasuk tank dan pengangkut personel lapis baja, serta beberapa peluncur roket. Tindakan ini dilakukan setelah mereka mengidentifikasi gerakan kolom lapis baja menuju Sweida pada malam hari sebelumnya. Serangan ini menjadi contoh langka dari tindakan langsung terhadap pasukan yang setia terhadap pemerintah Suriah, yang dianggap oleh Yerusalem sebagai sekutu potensial.
Banyak pihak khawatir akan meningkatnya ketidakstabilan di Suriah, yang memicu keraguan terhadap kemampuan rezim Suriah dalam menjaga stabilitas wilayah. Jika situasi tidak membaik, Israel merasa sulit untuk melakukan terobosan dalam pembicaraan dengan pemerintah baru di Damaskus.
Sementara itu, pertempuran internal di Suriah selatan telah menewaskan sedikitnya 203 orang, termasuk 92 anggota minoritas Druze, 21 di antaranya warga sipil yang “dibunuh dalam eksekusi tanpa pengadilan oleh pasukan pemerintah”. Pihak Suriah mengumumkan gencatan senjata di kota tersebut, namun bentrokan masih terus berlangsung.
Warga Sweida, yang sebagian besar merupakan penganut Druze, berharap kedatangan pasukan pemerintah dapat mengakhiri konflik sektarian yang berkecamuk dengan suku Badui setempat. Namun, klaim mereka menyebutkan bahwa pasukan pemerintah justru melakukan eksekusi, penjarahan, dan pembakaran saat memasuki lingkungan Druze, sehingga memaksa ribuan orang dari komunitas minoritas ini untuk melarikan diri.
Menurut Syrian Observatory for Human Rights, pasukan pemerintah melakukan eksekusi terhadap 12 warga sipil di sebuah wisma di kota tersebut, hanya dalam satu insiden. Selain itu, sebuah kelompok bersenjata yang berafiliasi dengan pasukan keamanan pemerintah menembaki tiga bersaudara di dekat bundaran al-Basha, sementara ibu mereka menyaksikan pembunuhan tersebut. Hal ini semakin memperparah ketegangan di kawasan tersebut.


