Strategi Jahat Penipu Cinta, 6 Siswi di Rejang Lebong Tertipu

Posted on

Penipuan Asmara di Rejang Lebong Mengincar Siswi Sekolah

Kasus penipuan asmara atau yang dikenal dengan istilah love scamming kini menjadi perhatian serius di Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu. Dalam sebulan terakhir, sudah ada enam siswi yang menjadi korban dari modus penipuan ini. Mereka masih duduk di bangku sekolah, mulai dari tingkat SMP hingga SMA.

Para pelaku tidak hanya mengiming-imingi korban dengan rayuan cinta, tetapi juga memaksa mereka memberikan uang dengan ancaman akan menyebarkan video dan foto vulgar yang telah dikumpulkan. Hal ini membuat para korban merasa takut dan akhirnya mengirimkan uang kepada pelaku. Namun, setelah uang tersebut habis, aib mereka justru disebarkan, sehingga membuat korban membutuhkan bantuan pihak berwenang.

Kepala UPTD Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Rejang Lebong, Titin Verayensi, mengungkapkan bahwa pihaknya telah menerima laporan resmi dari enam kasus tersebut. Dari jumlah itu, empat korban adalah siswi SMP dan dua lainnya adalah siswi SMA. Titin menjelaskan bahwa dalam satu kasus, pelaku merupakan mantan pacar korban. Hubungan asmara antara korban dan pelaku berlangsung selama beberapa tahun, mulai dari kelas 3 SMP hingga kelas 3 SMA.

Selama hubungan tersebut, korban kerap diminta untuk mengirimkan video atau foto vulgarnya. Setelah hubungan berakhir, pelaku kemudian menggunakan foto dan video tersebut sebagai alat ancaman untuk memeras korban. Menurut Titin, kasus ini terjadi karena rasa sakit hati yang dialami oleh pelaku setelah putus.

Sementara lima kasus lainnya bermula dari perkenalan melalui media sosial seperti aplikasi Telegram dan Ome TV. Meskipun tidak pernah bertemu secara langsung, hubungan virtual yang intens membuat korban terlena dan percaya pada pelaku. Pelaku kemudian mulai merayu korban untuk mengirimkan foto maupun video vulgar, yang kemudian digunakan sebagai alat ancaman.

Menurut catatan UPTD PPA, sebagian besar korban merupakan anak-anak dari keluarga yang tidak stabil. Minimnya perhatian dari keluarga membuat mereka mudah terjebak dalam hubungan semu yang ditawarkan oleh pelaku. Selain itu, penggunaan media sosial yang tidak terawasi juga menjadi faktor utama yang membuat anak-anak rentan menjadi korban.

Titin menambahkan bahwa pihaknya telah melaporkan kasus ini kepada pihak kepolisian. Ia berharap agar pihak berwenang dapat segera menindaklanjuti laporan tersebut. Saat ini, para korban sudah mendapatkan pendampingan, terutama bagi yang foto dan videonya sudah tersebar. Pihak sekolah juga diminta untuk memberikan edukasi kepada teman-teman korban agar tidak ikut menyebarkan atau membully korban.

“Syukurnya tidak ada korban yang sampai putus sekolah karena malu,” tambah Titin.

Polisi Turun Tangan

Dalam sebulan terakhir, maraknya kasus love scamming di Rejang Lebong memicu tindakan dari pihak kepolisian. Kasus ini mayoritas menimpa pelajar perempuan, baik dari tingkat SMP maupun SMA. Para pelaku biasanya merayu korban hingga mengajak bertukar foto atau video vulgar. Setelah itu, korban diancam untuk mengirimkan uang agar konten pribadi tidak disebar ke publik.

Kasat Reskrim Polres Rejang Lebong, Iptu Reno Wijaya, melalui Kanit PPA, Aipda J.J Sinurat, membenarkan adanya laporan tentang kasus ini. Menurutnya, sudah ada beberapa pelajar yang didampingi orangtuanya datang untuk melapor, meski masih sebatas konsultasi awal. Saat ini, perkara love scamming masih dalam tahap penyelidikan.

“Sudah ada laporan yang masuk, tapi masih sebatas konsultasi. Belum ada laporan resminya. Namun memang para pelajar itu mengaku jadi korban love scamming,” jelas Kanit.

Lebih lanjut, pihak kepolisian mengungkapkan bahwa ada satu kasus yang bahkan sudah masuk ke ranah persetubuhan. Di mana untuk kasus ini laporan resmi sudah diterima serta tengah dikumpulkan bukti-buktinya. Sedangkan untuk kasus love scamming, masih dalam penyelidikan lebih lanjut.

“Yang jelas laporan yang masuk tentu kita tindaklanjuti,” lanjut Kanit.

Pihaknya mengimbau orang tua untuk lebih memperhatikan aktivitas anak-anaknya, terutama dalam penggunaan media sosial. Karena saat ini, anak-anak sudah memiliki ponsel sendiri dan sangat aktif dalam berbagai platform digital. “Kami harap para pelajar dan orang tua lebih hati-hati. Kasus love scamming ini banyak menimpa remaja yang masih labil pemikirannya,” tegasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *