Pengalaman Sri Mulyani Saat Rumahnya Dijarah Massa
Pengalaman yang dialami oleh mantan Menteri Keuangan Republik Indonesia, Sri Mulyani Indrawati, menjadi sorotan setelah rumahnya dijarah oleh massa saat terjadi gelombang unjuk rasa besar-besaran di Jakarta. Peristiwa ini menimbulkan kekecewaan mendalam bagi Sri Mulyani, terutama karena upaya yang dilakukannya untuk meminta perlindungan tidak mendapat respons yang memadai.
Beberapa jam sebelum penjarahan terjadi, Sri Mulyani mencoba menghubungi dua pejabat tinggi negara, yaitu Sekretaris Kabinet (Seskab) Teddy Indra Wijaya dan Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin. Namun, upayanya tersebut tidak berhasil. Dia hanya menerima respons yang tidak cukup signifikan dari pihak tersebut.
Menurut keterangan jurnalis senior Harian Kompas, Suhartono, Sri Mulyani sudah merasakan adanya tanda-tanda buruk sehari sebelum peristiwa tersebut terjadi. Ia melihat beberapa rumah pejabat lain seperti Ahmad Sahroni dan Eko Patrio juga diserang oleh massa. Hal ini membuat Sri Mulyani khawatir akan potensi bahaya yang bisa saja menimpanya.
Tujuan utamanya adalah untuk meminta perlindungan. Sayangnya, hanya 20 anggota TNI yang dikirim oleh Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin untuk menjaga rumahnya. Jumlah tersebut dinilai tidak cukup untuk menghadapi jumlah massa yang sangat besar.
Tanggapan dari Sumber Terpercaya
Suhartono menyampaikan bahwa Sri Mulyani datang ke lokasi sebelum penjarahan terjadi. Ia tampaknya sudah mendapatkan informasi mengenai serangan yang terjadi pada rumah pejabat lain. Setelah pulang, ia langsung mengalami penjarahan.
“Siang hari sebelum terjadi penjarahan Ibu Sri sudah datang ke sana, kelihatannya sudah mendapatkan info (soal penjarahan di rumah pejabat), kemudian beliau pulang lalu terjadi penjarahan,” ujar Suhartono.
Ia juga menjelaskan bahwa Sri Mulyani sempat menelepon Seskab Teddy, namun tidak diangkat. Selanjutnya, dia menelepon Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin untuk meminta pengamanan. Sayangnya, hanya 20 anggota TNI yang dikirim, sehingga tidak mampu menghalangi ratusan massa yang datang.
Kecemasan dan Rasa Kecewa
Perasaan kecewa yang dirasakan oleh Sri Mulyani tidak bisa dipungkiri. Menurut Suhartono, hal itu membuatnya merasa down. “Ibu Sri Mulyani ini baru asset, bagaimana jika dia ada di rumah? Jadi itu yang membuat Bu Sri down,” katanya.
Mantan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Mahfud MD, juga menyampaikan pendapat serupa. Ia menegaskan bahwa Sri Mulyani merasa kecewa karena negara tidak memberikan perlindungan yang cukup saat rumahnya dijarah. Meski begitu, Sri Mulyani tetap berpikiran positif, namun ketika menyadari bahwa aparat tidak hadir secara maksimal, kekecewaannya meningkat.
Mahfud MD menjelaskan bahwa Sri Mulyani merasa sedih karena dianggap sama dengan sosok Ahmad Sahroni. “Yang saya dengar sih keluhannya (Sri Mulyani) ‘saya sih enggak apa-apa orang menjarah mungkin karena butuh. Tapi saya tetap kecewa karena penjagaan dari aparat kurang’. Yang kedua ‘saya disamakan dengan Sahroni’. Disamakan dengan Sahroni itu kan enggak enak,” ujarnya.
Analisis dan Penjelasan
Menurut Mahfud MD, alasan mengapa rumah Sri Mulyani tidak dijaga ketat sebelum penjarahan adalah karena tidak diduga. “Saya kira alasannya sederhana, mungkin orang tidak menduga sehingga penjagaannya biasa saja. Mungkin karena bu Sri Mulyani dianggap bersih, enggak akan ada apa-apa. Tapi kok tiba-tiba datang, baru minta bantuan. Tapi sudah itu datang banyak lagi, baru datang pengamanan sesudah penjarahan terjadi,” tambahnya.
Selain itu, Mahfud MD juga menyampaikan kekecewaannya atas penggantian jabatan Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan. Menurutnya, Sri Mulyani memenuhi syarat penting sebagai seorang pejabat yang baik. “Bu Sri Mulyani itu memenuhi tiga syarat yang diperlukan untuk menjabat. Satu, profesionalisme dia sangat kompeten. Kedua, track record luar biasa di nasional sampai internasional. Integritasnya juga bagus, saya kenal dan dia bagus.”
Sebagai informasi, Sri Mulyani pertama kali menjabat sebagai Menteri Keuangan dari tahun 2005 hingga 2010 di era Presiden SBY. Setelah itu, ia menjadi Direktur Pelaksana Bank Dunia pada tahun 2010. Pada tahun 2016, ia kembali diangkat sebagai Menteri Keuangan oleh Presiden Jokowi dan menjabat hingga tahun 2024. Di era pemerintahan Presiden Prabowo Subianto, Sri Mulyani kembali menjabat sebagai Menteri Keuangan, namun hanya bertahan selama satu tahun sebelum digantikan oleh Purbaya Yudhi Sadewa pada 8 September 2025.