Sosok Janu, Kuliah di Inggris lewat LPDP, Kini Jadi Penjual Sayur di Sleman

Posted on

– Lahir dan dibesarkan dari keluarga sederhana di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, tidak membuat Janu Muhammad menyerahkan semua harapannya.

Ayahnya bekerja sebagai penjual sayur di Pasar Sleman, sedangkan ibunya membantu dengan berjualan ayam dan ayahnya bekerja sebagai buruh tani untuk meningkatkan penghasilan keluarga.

Namun demikian, Janu punya impian yang tinggi dalam hal pendidikan. Untungnya, impian Janu mendapat dukungan penuh dari orang tuanya. Ibu Janu selalu menyisihkan uang sebagian untuk membiayai Janu agar bisa kuliah dan menjadi orang yang bermanfaat.

Kerja keras dan doa orangtua Janu berhasil membuahkan hasil yang manis. Janu diterima kuliah di UNY jurusan Pendidikan Geografi. Janu memilih jurusan itu karena dia menyukai belajar tentang sains alam dan juga sains sosial manusia. Menurutnya, Geografi merupakan gabungan dari dua cabang ilmu, yaitu ilmu sosial dan ilmu alam.



Lulus dari Universitas Negeri Yogyakarta, meraih beasiswa LPDP ke Inggris

Setelah menempuh studi selama 3 tahun 8 bulan di UNY, pada tahun 2015 Janu berhasil lulus dengan predikat lulusan terbaik di UNY. Setelah lulus S1, Janu sempat bekerja di salah satu startup belajar online.

Janu hanya bekerja beberapa bulan. Dia kemudian memutuskan untuk berhenti. Uang yang ia kumpulkan selama bekerja digunakan untuk mengikuti tes IELTS. Setelah lulus S1, Janu telah memutuskan untuk melanjutkan pendidikan.

Hingga tahun 2016, Janu berhasil mendapatkan beasiswa LPDP 2025 (Lembaga Pengelola Dana Pendidikan). Janu mendapatkan kesempatan untuk belajar di University of Birmingham dan memilih program Ilmu Geografi Manusia. Janu mendaftar beasiswa LPDP melalui program beasiswa afirmasi bagi yang tidak mampu.

“Itu memang mengambil pendekatan linear secara geografi, tapi saya lebih fokus pada geografi manusia atau human geography. Sebab saya memang banyak belajar ilmu sosial di sana,” kata Janu seperti dikutip dari laman Kementerian Keuangan, Senin (17/2/2024).

Mengalami belajar di luar negeri bukan kali pertama saat Janu menempuh S2 di University of Birmingham. Saat menempuh S1 di UNY, Janu pernah mengikuti summer school di Universiteit Utrecht, Belanda.

Selain itu, pada tahun 2016, Janu menerima beasiswa pertukaran pelajar dari pemerintah Amerika Serikat, yang bertajuk Young Southeast Asian Leaders Initiative (YSEALI) di Arizona State University untuk jurusan Penglibatan Masyarakat.

Setelah lebih dari satu tahun berada di Inggris, yaitu tepatnya pada tahun 2017, Janu berhasil menyelesaikan pendidikannya. Janu memilih untuk kembali ke Sleman. Banyak hal yang dilakukan Janu setelah lulus, seperti mendirikan sebuah kampus bersama beberapa temannya.

Tetapi setelah kampus itu dibangun, Janu merasa belum puas. Dalam hatinya, ia ingin mengajar, kembali ke asal-usulnya sebagai guru. Janu bersama beberapa temannya mendirikan sebuah sekolah Islam, masih di daerah Yogyakarta. Sekolah tersebut berdiri mulai dari tingkat TK hingga SMP.

Janu mengurus semua hal mulai dari pendirian, izin, rekrutmen guru hingga mencari murid. Bahkan Janu dipilih sebagai kepala sekolah pada saat itu, di usianya yang baru menginjak 25 tahun.

“Saya mengajar karena saya suka berbagi,” kata Janu.

Selain menjadi kepala sekolah, Janu juga melaksanakan beberapa tugas lain, mulai dari guru kelas hingga sekretaris humas di yayasan. Hal itu membuat Janu sedikit khawatir, karena banyak waktu yang harus dialokasikan untuk pekerjaannya.

“Jadi ada sesuatu yang hilang menurut saya. Seperti mungkin kegemaran lain, hobi, beraktivitas sosial, atau berkomunitas yang hilang selama 3 tahun,” kata Janu.

Tidak ada penyesalan dalam dirinya. Bahkan Janu banyak bersyukur telah menerima banyak pengalaman.

“Bagiku, setiap pengalaman memiliki pelajaran. Jadi jika ada masalah, bukan untuk melarikan diri atau bersembunyi, tapi harus dihadapi. Apakah akhirnya hasilnya bagaimana, saya serahkan pada Allah SWT,” katanya.

Pada tahun 2020, wabah Covid-19 yang meluas ke seluruh dunia, termasuk Indonesia, sedikit mengubah ritme hidup Jani.

Pasar mulai sepi, banyak hal yang berubah dalam kehidupan. Pasar di mana orangtua berjalan mulai sepi, banyak dagangan yang tidak laris. Bukan hanya orangtua, tapi hampir semua penjual merasakan dampak dari wabah Covid-19.

Awalnya, Janu dan istrinya mendengar keluhan orangtuanya tentang dagangan yang sepi, kemudian mereka berusaha membantu dengan menjual produk seperti sayuran melalui Instagram dan memesan pesanan melalui WhatAapp.

Waktu itu Janu bisa mendapatkan 15 sampai 20 pesanan setiap harinya, mulai dari Klaten hingga Magelang. Perjalanan saat itu cukup berat, Janu harus bisa membagi waktu. Malam hari Janu menyiapkan pesanan sayuran.

Setelah matahari terbit, dia harus mengantar setiap pesanannya, dan sebelum setengah tujuh pagi ia harus sudah berada di sekolah di kaki gunung Merapi untuk mengajar.

Setahun berlalu, Janu merasa dia harus lebih berfokus pada pekerjaannya. Dengan segala pertimbangan, berat hati Janu harus meninggalkan profesi gurunya. Janu memilih untuk berfokus membesarkan usaha berjualan sayurnya yang dia beri nama “Sayur Sleman”.

Janu mengaku, sekarang dia bisa bekerja di rumah dan ternyata lebih nyaman. Janu jadi bisa lebih banyak interaksi dengan keluarga dan masyarakat. Pada tahun 2021, setelah anak keduanya lahir, Janu memutuskan untuk berhenti menjadi guru.

Janu merasa kesulitan saat memulai Sayur Sleman. Uang yang dia dapat hanya cukup untuk membayar kurir dan memenuhi kebutuhan sehari-harinya.

Tapi Tuhan selalu memberi jalan bagi hambanya yang mau berusaha. Janu mengikuti kompetisi dari UNDP (Program Pembangunan Bangsa-Bangsa Perserikatan Bangsa-Bangsa) Indonesia. Ide inovasi tentang Sayur Sleman milik Janu berhasil memenangkan kompetisi tersebut.

Janu mendapatkan dana dan fasilitas yang cukup untuk mengembangkan usahanya. Semakin banyak dia berinteraksi dengan masyarakat, Janu menyadari keinginannya untuk membantu lebih banyak orang.

“Kepada masyarakat yang telah mendukung saya sepanjang waktu ini, saya ucapkan terima kasih. Di mana pun saya melangkah, saya akan kembali lagi ke tempat di mana saya dilahirkan,” katanya.

Sayur Sleman yang awalnya hanya menjadi platform pemasaran sayur online sekarang telah berkembang dan memiliki beberapa program lain.

Menggunakan program Sayur Sleman Berbagi Janu, mereka mencoba membantu masyarakat yang saat ini masih kesulitan memenuhi kebutuhan dengan memberikan donasi dari dermawan kepada warga kurang mampu dalam bentuk paket sayur, lauk, dan buah. Banyak dari pelanggan mereka kemudian berbelanja sambil bersedekah.

“Melalui program sedekah, saya setiap hari Jumat pagi dan Minggu pagi di 3 titik di Yogyakarta. Nah ini sebagian keuntungan juga kita salurkan ke sana. Tapi rata-rata orang-orang malah ingin sedekah sayur gitu,” kata agri-sociopreneur ini.

Dikutip dari sayursleman.id, program tersebut telah berjalan sejak September 2020 dan telah menyalurkan lebih dari 100 juta rupiah kepada 220 penerima manfaat.

Selain itu, program lainnya adalah Sayur Sleman Academy, yaitu program pelatihan untuk mengembangkan minat berwirausaha sosial (wirausaha sosial) bagi generasi muda berusia 15-40 tahun maupun masyarakat umum.

Salah satu tujuan mereka adalah memberikan solusi atas permasalahan sosial dengan membuka bisnis yang menghasilkan nilai sosial (kebermanfaatan) untuk masyarakat miskin. Programnya bervariasi mulai dari pemasaran digital, pelatihan kewirausahaan, agribisnis, manajemen organisasi, hingga pembuatan kompos dan pestisida nabati.

“Ternyata sejak awal saya hanya berfokus pada bagian akhir atau ujung rantai bisnis, ternyata itu tidak cukup. Ternyata masalahnya sebenarnya ada di bagian sumber daya, yaitu sulitnya mencari petani atau anak muda yang ingin berkebun. Itulah tempat kita ingin memberikan pendidikan lebih banyak kepada generasi muda agar mau terjun ke dalam pertanian,” kata Pendiri Sayur Sleman.

Tidak ada penyesalan yang dirasakan Janu pada saat ini. Meskipun awalnya orang tua Janu mengharapkan anaknya menjadi PNS (Pegawai Negeri Sipil), sekarang mereka justru menjadi orang yang paling bahagia dengan pekerjaan Janu karena ada yang melanjutkan profesi mereka.

“Saya juga tidak malu karena apa yang kami lakukan adalah halal, tidak berbuat curang juga. Kadang-kadang alumni LPDP mungkin masih merasa gengsi, ya bagaimana kita bisa maju negeri ini. Karena dari akar yang lemah harus dibangun secara kuat jika ingin ada perubahan besar,” lanjutnya.

Janu selalu mengingat nasihat orangtuanya, untuk menjadi orang yang jujur di mana pun dan kapan pun, di pekerjaan apa pun.

“Ya, sebenarnya dari situ beliau selalu berdoa tentang apa pun keputusan saya. Saya harus bertanggung jawab terhadap keputusan saya, Bapak Ibu hanya bisa mendoakan. Jika beliau ridho, saya akan tenang ya sebagai anak,” ujar Janu.

Selain sibuk dengan pekerjaannya di Sayur Sleman, Janu juga memiliki banyak kegiatan lainnya. Seperti kegiatannya di komunitas petani milenial yang membuatnya menjadi salah satu Duta Muda Pertanian dari Kementerian Pertanian.

Ia memiliki tugas untuk membangkitkan serta meningkatkan partisipasi remaja dalam dunia pertanian. Janu pernah menghadiri pertemuan petani milenial se-ASEAN, serta telah melatih 65.000 remaja di 28 provinsi di Indonesia bersama rekan-rekan duta pertanian lainnya.

Selain itu masih banyak kegiatan Janu lain, seperti Community Manager RCE Regional Youth Coordinator untuk Asia-Pasifik, kegiatan di inisiatif Equity yang telah membawanya ke berbagai negara, delegasi Indonesia di 2024 One Young World Summit, ASEAN Youth Fellow dan lainnya.

Dari berbagai pengalaman yang diperoleh Janu, menurutnya Fellowship Equity Inisiative sangat berkesan.

“Menurut saya,” katanya sambil tersenyum.

Janu hanya ingin menjadi orang yang berguna sehingga bisa membawa keluarga saya menjadi keluarga yang berguna juga.

Bantuan-bantuan yang bisa disiapkan. Kebaikan-kebaikan yang sedang ditabung dan itu bisa dilakukan dalam bentuk apapun yang memang bernilai pahala ataupun manfaat untuk orang lain.

“Saya tidak tahu bagaimana cara menjadi contoh teladan, tapi saya yakin apa pun yang kita lakukan, sekecil apapun itu asalkan bernilai baik itu bisa menjadi inspirasi bagi orang lain,” ujar Janu.

Janu ingin menciptakan lebih banyak petani cerdas dari kalangan pemuda Indonesia. Janu juga berkeinginan untuk membuka kursus Bahasa Inggris untuk petani, sehingga teman-teman petani dapat lebih terhubung secara global.

Janu juga mengajak remaja untuk dapat berbagi pengetahuan dan berkolaborasi dengan dia, terutama dalam hal bisnis dan pertanian.

“Untuk teman-teman, para pemuda generasi terdidik di Indonesia. Ayo sama-sama kita membuat perubahan dengan mencoba menjadi wirausaha di bidang pertanian. Jika hanya bertani tanpa memiliki kemampuan wirausaha akan sulit maju. Mari kita bersama-sama memperjuangkan sektor pertanian dengan terlibat di dalamnya,” pungkasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *