Setelah Pencabutan KLB, Ratusan Siswa di KBB dan Ciamis Alami Keracunan MBG

Posted on

Siswa Terinfeksi Kembali Dirawat di Fasilitas Kesehatan Cipongkor

Beberapa siswa yang mengalami gejala keracunan setelah mengonsumsi menu Makan Bergizi Gratis (MBG) kembali dirawat di fasilitas kesehatan Kecamatan Cipongkor, Senin 29 September 2025. Kondisi mereka sebelumnya telah membaik, tetapi kembali mengalami masalah kesehatan dan harus dibawa ke tempat layanan kesehatan terdekat.

Pada hari yang sama, puluhan siswa dari Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 4 Pamarican, Desa Sukajadi, Kecamatan Pamarican, Ciamis, dilarikan ke rumah sakit dan puskesmas. Mereka diduga mengalami keracunan setelah menyantap menu MBG. Sebanyak 15 orang kembali dibawa ke Puskesmas Cipongkor pada hari itu. Mereka dirawat di Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) Cipongkor yang berada dekat Kantor Kecamatan Cipongkor, Desa Sarinagen.

Salah satu korban adalah Siti Navisah (17), siswa Madrasah Aliyah Barqunnajah Cipongkor. Ia mengeluhkan pusing dan mual pada pukul 10.00. Ayahnya, Rojikin (49), membawanya ke PONED Cipongkor. “Saya sempat jajan baso tahu di sekolah,” kata Navisah kepada PR di PONED Cipongkor, kemarin sore.

Navisah sempat dirawat selepas menyantap menu MBG pada Rabu 24 September 2025. Ia menjadi bagian dari korban-korban dugaan keracunan MBG kala itu. Pada Senin sore, kondisi Navisah mulai membaik. Ia mulai bisa duduk dan berdiri meskipun keadaannya lemas.

Asiyah (17), siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Pembangunan Bandung Barat, juga mengalami gejala serupa. Ia hanya bisa terbaring dan memperoleh bantuan oksigen di PONED Cipongkor. Siti Raniah (30), guru SMK Pembangunan Bandung Barat, mengungkapkan bahwa Asiyah dibawa ke lokasi tersebut pada sekitar pukul 14.00. Gejala yang dialami Asiyah mirip dengan Navisah. Saat salat Zuhur, Asiyah merasakan pusing. Setelah itu, ia kembali ke kelas dengan kondisi sesak napas. Ia akhirnya dibawa ke PONED Cipongkor menggunakan ambulans.

Pada Senin 22 September 2025 atau peristiwa pertama kasus dugaan keracunan MBG di Cipongkor, Asiyah juga menjadi salah satu korban yang dirawat dan dirujuk ke rumah sakit. “Dua hari dirawat di RSIA,” ucap Siti. Selepas dirawat, Asiyah akhirnya sembuh. “Mau kontrol boleh, enggak juga enggak apa-apa,” ujar Siti menirukan pesan dari rumah sakit.

Asiyah bahkan kembali bisa bersekolah seperti biasa. Namun, kondisinya kembali bermasalah, kemarin pagi. Ia juga diduga tidak sarapan saat akan bersekolah.

Nasib Lusi (17), siswa MA Syarif Hidayatulloh, juga sama. Pada sekitar pukul 14.30, Lusi juga dibawa ke PONED Cipongkor. Lusi merasakan sakit perut seusai pulang dari sekolah. Ia sempat mengonsumsi obat maag dari warung. Namun, kondisinya tak kunjung membaik sampai dibawa ke PONED oleh orangtuanya menggunakan sepeda motor.

Lusi merasakan pula sesak napas. Tiba di PONED, Lusi langsung terkapar dan diberikan bantuan oksigen. Pada Rabu (24/9/2025) atau peristiwa kedua dugaan keracunan MBG terjadi di Cipongkor, Lusi turut menjadi korban dan dirawat di Puskesmas Citalem.

Penjelasan dari Kepala Puskesmas Cipongkor

Kepala Puskesmas Cipongkor Yuyun Sarihotimah mengakui adanya kasus berulang para pasien dugaan keracunan MBG yang telah sembuh. Namun, ia memastikan, gejala-gejala yang dialami saat ini bukan karena dampak keracunan MBG. “Kalau kondisi keracunan sampai tiga hari, jadi ini bukan karena keracunan lagi,” ucapnya saat dihubungi.

Yuyun menduga, pemicu kejadian adalah karena para siswa yang sembuh berangkat ke sekolah dengan perut kosong. “Langsung jajan akhirnya kambuh,” ucap Yuyun. Ia mencatat adanya 15 orang yang kembali dibawa ke Puskesmas Cipongkor hari itu. “Dirujuk dua,” ucapnya.

Ia menambahkan, terdapat pula pasien yang merupakan siswa MTs Muslimin di Gunungkarang. Untuk penanganannya, dilakukan oleh dokter. “(Pasien) ada yang pakai oksigen, diinfus, ada yang dikasih obat, ada yang langsung dirujuk,” ucapnya.

Peran Pemerintah Daerah dalam Mengatasi Keracunan

Di Ciamis, puluhan siswa SMPN 4 Pamarican, Desa Sukajadi, Kecamatan Pamarican, diduga keracunan usai mengonsumsi menu MBG, Senin 29 September 2025. Mereka mengalami mual, muntah, hingga pusing, sehingga dibawa ke fasilitas kesehatan. Hingga pukul 14.30, dilaporkan sebanyak 15 siswa dirawat di Puskesmas Pamarican, 6 siswa di Puskesmas Banjarsari dan 2 siswa di RSUD Banjar.

Informasi yang dihimpun, siswa menyantap makanan sekitar pukul 9.30. Gejala keracunan mulai dirasakan sekitar pukul 11.30. Menu yang disajikan daging ayam dan sayuran. Awalnya, hanya seorang mengeluh sakit perut. Namun, tidak berselang lama, siswa lainnya juga mengalami kejadian serupa. Petugas puskesmas langsung datang ke lokasi kejadian sekaligus memberikan pengobatan pertama. Setelah dicek, beberapa siswa langsung dirujuk ke puskesmas setempat.

Diduga, sumber keracunan itu bersumber dari daging ayam. Hal itu seperti yang diungkapkan beberapa siswa yang mengaku mencium aroma daging ayam agak bau. “Ayamnya agak bau, kalau sayuran biasa saja. Tidak lama kemudian, perut sakit,” tutur salah seorang siswa.

Tanggapan Bupati Ciamis

Bupati Ciamis Herdiat Sunarya mengaku prihatin dengan insiden puluhan siswa SMPN 4 Pamarican keracunan yang diduga bersumber dari menu MBG. “Saya baru mendapat kabar ada siswa keracunan. Tentu sangat prihatin dengan kejadian ini. Sudah dilaporkan ada 44 siswa yang keracunan. Ini masih dalam pendataan,” kata Herdiat Sunarya sebelum bertolak menuju Pamarican, usai mengikuti sidang Paripurna di DPRD Ciamis.

Dia berharap tidak ada hal yang tidak diinginkan dari kejadian tersebut. Lebih lanjut, dia menyatakan, apabila terbukti keracunan tersebut dari dapur MBG, pihaknya tidak segan mengambil tindakan tegas. “Segera evaluasi. Kalau sumbernya berasal dari dapur SPPG, kami tidak segan mengambil tindakan tegas sesuai peraturan,” katanya.

Upaya Pencegahan Keracunan di Jakarta

Di Jakarta, Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian meminta pemerintah daerah untuk memperkuat peran dalam mendukung pelaksanaan program MBG. Ia menekankan pentingnya pencegahan kasus keracunan makanan yang sempat terjadi di beberapa wilayah dengan mengoptimalkan fungsi pengawasan sejak tahap penyediaan hingga distribusi makanan ke sekolah.

Menurut Tito, Dinas Kesehatan di daerah dapat menggelar rapat internal untuk membahas mekanisme pencekakan makanan, termasuk memastikan dapur penyedia memenuhi standar melalui Sertifikat Laik Higiene Sanitasi (SLHS). “Sebelum dihidangkan ada UKS, Unit Kesehatan Sekolah yang akan mengecek kualitas,” ujarnya dalam rapat koordinasi di Kantor Kemendagri, Senin 29 September 2025.

Pengecekan, ujar Tito, harus dilakukan berlapis. Mulai dari proses produksi di dapur oleh ahli gizi dan dinas kesehatan, hingga tahap akhir ketika makanan tiba di sekolah melalui pemantauan UKS yang berada di bawah kendali dinas pendidikan. Dengan sistem berjenjang ini, ia berharap potensi keracunan makanan dapat ditekan seminimal mungkin.

Selain pengawasan teknis, kepala daerah juga diminta aktif memimpin koordinasi lintas sektor dalam pelaksanaan program MBG. Peran tersebut dianggap krusial mengingat tanggung jawab akhir pelaksanaan program berada di tingkat daerah. Rapat yang membahas MBG tersebut turut dihadiri Menko PMK Pratikno, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, Wamendagri Bima Arya Sugiarto, serta perwakilan Badan Gizi Nasional. Sejumlah kepala daerah juga hadir secara langsung maupun virtual, bersama kementerian terkait yang diharapkan bersinergi memperbaiki tata kelola program agar berjalan aman dan sesuai tujuan peningkatan gizi anak.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *