– Setelah larangan study tour, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi kini juga mengubah aturan sekolah.
Menurut Dedi, aturan tersebut diberlakukan agar siswa menjadi lebih patuh kepada guru.
Tiga aturan sekolah yang akan dialihkan oleh Dedi Mulyadi.
Tiga aturan baru tersebut dibuat Dedi Mulyadi tidak serta merta muncul.
Dedi telah mendengar keluhan dari orang tua siswa mengenai biaya sekolah yang mahal dan cerita-cerita dari para guru.
Oleh karena itu, Demul baru-baru ini berdiskusi dengan seorang pendidik yang dikenalnya, yaitu Kepala Sekolah SMAN 3 Purwakarta, Asep Mulyana.
Berikut tiga aturan sekolah tersebut dikutip dari youtube Dedi Mulyadi.
Dalam percakapan itu, Pak Dedi membahas banyak hal.
Paragraf utama yang dibahas Dedi berdasarkan konten TikToknya yang baru-baru ini menjadi viral adalah terkait dengan wisuda.
Demul mengakui, dia akan membuat peraturan baru, yaitu melarang sekolah TK hingga SMP menggelar acara wisuda.
Sebab kata Dedi Mulyadi, wisuda saat TK hingga SMP tidak cocok dibuat, karena mengeluarkan biaya sia-sia.
“Saya melarang kegiatan wisuda di sekolah itu. Menurut saya, wisuda lebih cocok diberikan kepada lulusan S1 atau diploma 3, bukan TK, SD, atau SMP. Ini karena wisuda menambah biaya lagi dan menimbulkan kekacauan,” kata Dedi Mulyadi, seperti dilansir TribunnewsBogor.com pada Minggu (2/3/2025).
Alih-alih menggelar wisuda, Kang Dedi lebih menyarankan agar kelulusan siswa TK hingga SMP dilakukan melalui acara kesenian.
Nantinya Pemimpin Dedi akan menyiapkan anggaran untuk pembangunan gedung serba guna di semua sekolah di Jawa Barat.
“Apakah lulusan sekolah itu bisa dilakukan di sekolah itu sendiri, contohnya ya di sekolah itu sendiri dilakukan, seperti zaman dulu kita, kan kita pernah belajar. Lulusannya dibuat di sekolah, jika perlu kemudian pemerintah Provinsi membangun ruang pertunjukan di setiap sekolah, yang kapasitasnya 1000 orang, nanti secara bertahap kita bangun,” ujar Kang Dedi.
Bangunan multifungsi itu, menurut Dedi, juga bisa digunakan untuk pementasan di luar wisuda.
Misalnya untuk pertunjukan tari sekolah, musik, menonton film berkualitas bersama siswa, dan kegiatan positif lainnya.
2. Buku kenangan sekolah
Kedua, hal yang menarik perhatian Kang Dedi kemudian adalah terkait dengan aksi para murid yang mengeluarkan banyak uang untuk buku kenangan alias Buku Tahunan.
Kang Dedi sangat senang ketika mengetahui harga Buku Tahunan siswa yang selama bertahun-tahun menjadi tradisi.
“Jadi album kenangan itu mahal juga. Kami para guru sudah menyarankan, yang tadinya barang cetakan (foto) diganti dengan digital. Harga album kenangan itu antara Rp150 ribu hingga Rp450 ribu,” ungkap Asep Mulyana.
“Oh, anak-anak punya album kenangan? Oh ya, saya menyimpan semua kenangan Ni Hyang di akun saya, bukan di album karena album suka hilang. Oh, yang dibuka itu album kenangan, saya baru tahu,” ujar Kang Dedi.
Menurut Pak Asep, buku kenangan siswa sejatinya dapat disimpan di media digital tanpa perlu dicetak.
Itu bisa menghemat biaya pembuatan.
Mengikuti hal tersebut, Dedi meminta siswa tidak lagi mencetak buku tahunan, melainkan menggantinya dengan media penyimpanan digital.
“Apakah album kenangan itu mahal?” tanya Kang Dedi.
“Sejak Rp 150 ribu sampai Rp 450 ribu per anak. Karena ada kelas ada, angkatan ada,” kata Asep.
“Setiap anak punya album kenangan dengan harga cetakan Rp150 ribu hingga Rp450 ribu, ya sulit untuk memilikinya,” kata Kang Dedi.
“Dan yang mengelola mereka, sekolah tidak ikut-ikutan,” pungkas Asep.
“Jadi anak-anak membuat album kenangan, yang sebenarnya bisa disimpan dalam penyimpanan digital,” kata Dedi.
Asep mengatakan, Rp20 ribu sudah cukup untuk digital.
3. Buatlah aturan agar siswa taat kepada guru
Ketiga, aturan baru yang akan Dedi Mulyadi terapkan di sekolah adalah terkait dengan disiplin para siswa.
Awalnya Dedi Mulyadi tampak marah dengan keluhan kepala sekolah tentang perilaku siswa yang tak lagi patuh pada guru.
“Jadi sekarang anak-anak itu dan gurunya sama-sama taat sih?” tanya Kang Dedi.
“Ya itu makin menurun tingkat kepatuhan. Biasanya orang tua mengandalkan guru. Sekarang ke guru juga kepatuhannya (murid) makin menurun seiring tahun makin kecil. Saya kan jadi guru sejak tahun 88, sekarang 2025, perbedaannya sangat besar (soal kepatuhan murid),” mengakui Asep.
Karenanya, agar para murid di Jabar bisa kembali patuh pada guru, Kang Dedi akan membuat peraturan baru.
Orang tua siswa akan diminta menandatangani perjanjian agar para guru bisa menghukum siswa yang melanggar undang-undang pendidikan nasional.
“Jadi nanti di penerimaan siswa baru, itu akan ada surat pernyataan dari orang tua bahwa dia tidak akan mengajukan tuntutan apa pun pada sekolah, manakala sekolah mengambil tindakan yang sangat tegas terhadap siswa yang tidak mematuhi aturan pendidikan sesuai UU pendidikan nasional,” ungkap Dedi Mulyadi.
Tak hanya itu, Kang Dedi akan mempersiapkan pengacara di setiap sekolah.
“Dan kami menyiapkan pengacara untuk sekolah-sekolah, saya menyiapkan pengacara ke sekolah jika ada kasus pelanggaran hukum,” kata Kang Dedi.
“Semua kepala sekolah di Jawa Barat, selama Anda melakukan tindakan yang sesuai dengan peraturan, jangan khawatir. Dan jangan khawatir menghadapi orang tua dan siswa yang mengajukan keluhan terhadap kepala sekolah, guru-guru, karena tindakan yang dilakukan guru untuk kepentingan pendidikan. Kami Gubernur Jawa Barat akan melindungi, akan membiayai sekolah-sekolah,” tambahnya.
Banyak netizen yang memberikan komentar terkait viralnya konten Dedi Mulyadi yang membahas tentang aturan baru sekolah.
Terlihat di komentar, kebijakan Demul tentang sekolah itu mendapat sambutan pro dan kontra.
>>>Berita terbaru di Google News