– Kisah Tri Cahya Ningsih, buruh pabrik yang meraih nilai tertinggi tes CPNS Kemenkumham 2024 di Jawa Tengah, sedang menjadi sorotan publik.
Banyak pengguna internet menyesalkan Tri harus menepis harapannya untuk menjadi PNS karena tinggi badannya hanya sedikit kurang, yaitu 0,5 cm.
Tidak hanya Tri yang merasakan sedih dan kecewa.
Sebelumnya, seorang perempuan bernama Rosita Aruan Orchid Baptiste juga pernah mengalami hal yang sama.
Rosita harus mengubur mimpi menjadi Polwan karena tinggi badannya.
Tapi, keputusan Tuhan untuknya ternyata lebih indah.
Rosita malah diterima sebagai anggota militer Amerika Serikat sebagai seorang teknisi.
Rosita bahkan kini berhasil mendapatkan pangkat Letnan Kolonel (Letkol).
Sejak kecil, Rosita pernah bermimpi menjadi polisi wanita (Polwan).
Tapi impian itu berhenti karena tinggi tubuhnya tidak memenuhi syarat.
“Mereka ingin saya menjadi Polwan, dari segi tinggi badan saya sudah tidak memenuhi syarat,” ujarnya, menurut Kompas.com.
Dia juga pernah bermimpi menjadi jaksa, namun lagi-lagi, aturan tinggi badan menjadi hambatan.
Meskipun mimpi di Indonesia tidak terwujud, Rosita menemukan jalan sendiri di militer Amerika Serikat.
Rosita diumumkan lolos dan secara resmi bergabung dengan pasukan AS, meskipun tinggi badannya hanya 149 sentimeter.
“Mereka itu tidak melihat tinggi badan,” katanya.
Berbeda dengan di Indonesia, militer Amerika Serikat lebih menilai kemampuan seseorang daripada fisik semata.
Sekarang, sebagai Letnan Kolonel, ia telah memimpin ratusan pasukan dan melaksanakan berbagai misi penting.
Buruh Pabrik Meraih Nilai Tertinggi Calon Pegawai Negeri Sipil Kementerian Hukum dan HAM Gagal
Tri Cahyaningsih (32), seorang buruh pabrik asal Boyolali, merasa kaget setelah mengetahui bahwa ia tidak lolos dalam seleksi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) Kemenkumham Jawa Tengah.
Nama Tri sempat menjadi viral di media sosial karena mencapai skor tertinggi dalam tes Seleksi Kompetensi Dasar (SKD) CPNS Kemenkumham pada tanggal 24 Oktober 2024.
Meskipun mencapai skor tertinggi, Tri tidak berhasil melewati tahap tes kesehatan.
Tingginya kurang 0,5 sentimeter dari standar minimal yang ditetapkan, yaitu 158 sentimeter.
“Saya langsung terkejut. Biasanya tidak segitu. Pulang langsung menangis sepanjang jalan,” ungkap Tri saat dihubungi Kompas.com melalui telepon, Kamis (20/2/2025).
Meskipun tidak berhasil, ibu dua orang anak ini menerima hasilnya dengan lapang dada.
Dia menganggap bahwa belum waktunya baginya untuk menerima rizki tersebut.
“Ya, keluarga saya sudah rela juga. Tapi belum tentu mendapatkan,” kata Tri.
Seorang warga Boyolali, Penggung, mengatakan bahwa keinginannya untuk menjadi pegawai negeri sudah lama.
Dia berharap bisa meningkatkan kekayaan keluarganya.
“Di pabrik, itu saja. Sementara masa depan anaknya masih panjang,” katanya.
Tri mengaku sudah beberapa kali mengikuti seleksi CPNS dengan formasi pertama yang diambil adalah penjaga tahanan di Kementerian Hukum dan HAM.
Dia pertama kali mengikuti seleksi CPNS pada tahun 2017, namun kalah dalam perankingan sehingga tidak lulus.
“Saya ingin kembali mengikuti seleksi CPNS di tahun berikutnya. Karena sedang hamil, saya mengurungkan niat untuk mengikuti seleksi,” katanya.
Setelah lama tidak mengikuti seleksi CPNS, Tri mendaftar kembali pada tahun 2024 setelah mendengar berita bahwa batas usia maksimal pendaftar adalah 35 tahun.
Dia tidak pernah mengira bahwa hasil tes SKD yang dilakukan di Semarang pada 24 Oktober akan membuatnya mendapatkan skor tertinggi.
Menurut Tri, tidak ada trik khusus yang dilakukan, selain sering berlatih mengerjakan soal dan membaca buku.
“Seringlah berlatih soal dan membaca buku. Pokoknya rutin belajar saja. Kemarin memang sudah mencapai targetnya. Targetnya (skor) 450,” katanya.
Dia juga menyatakan niatnya untuk mengikuti seleksi pendaftaran CPNS lagi jika ada di tahun ini.
“Semoga Tuhan membiarkannya (melalui seleksi CPNS lagi),” kata istri Wahyudi (38) tersebut.
>>>Berita Terkini di Google News

