Pengerahan Rudal Balistik Indonesia yang Mengubah Keseimbangan Kekuatan Regional
Indonesia menjadi negara pertama di Asia Tenggara yang secara publik mengoperasikan sistem rudal balistik taktis modern. Langkah ini menandai perubahan signifikan dalam dinamika kekuatan regional dan memicu berbagai analisis dari para ahli pertahanan. Dengan pengadaan rudal jarak pendek buatan Turki, KHAN, Indonesia kini memiliki opsi serangan presisi tinggi dan respons cepat yang dapat memperkuat posisi strategisnya di kawasan.
Perubahan dalam Postur Pertahanan Indonesia
Sebelumnya, negara-negara Asia Tenggara cenderung menghindari pengadaan sistem balistik taktis karena sifatnya yang dianggap ofensif. Namun, dengan pengerahan rudal KHAN di Kalimantan Timur, Indonesia mulai beralih dari postur defensif ke postur pencegahan yang lebih gesit dan proaktif. Penempatan ini juga terkait erat dengan rencana pemindahan Ibu Kota Negara (IKN) dari Jakarta ke Nusantara, yang akan menjadi pusat pemerintahan baru.
Pemindahan Ibu Kota ini tidak hanya merupakan kebijakan administratif, tetapi juga memiliki implikasi besar bagi reposisi infrastruktur militer Indonesia. Kalimantan Timur dipilih sebagai lokasi penempatan rudal karena keamanannya yang relatif dari serangan langsung, posisi strategisnya menghadap jalur laut utama, serta perannya sebagai lokasi ibu kota baru.
Keunggulan Rudal KHAN
Rudal KHAN yang dikembangkan oleh Roketsan, produsen senjata Turki, memiliki jangkauan sekitar 280 km. Sistem ini dirancang untuk operasi “tembak-dan-lari” yang cepat, memungkinkan unit rudal untuk menembak, kemudian berpindah lokasi guna menghindari serangan balasan. Medan Kalimantan Timur yang lebih kering dan padat memberikan kondisi ideal untuk operasi tersebut.
Selain itu, posisi Kalimantan Timur memberikan Indonesia pengawasan langsung atas rute maritim penting seperti Selat Makassar dan Laut Sulawesi. Hal ini memungkinkan Indonesia untuk merespons lebih cepat terhadap perkembangan di wilayah timur laut, khususnya di Laut Cina Selatan, yang tengah mengalami peningkatan ketegangan.
Implikasi Strategis dan Potensi Perlombaan Senjata
Langkah Indonesia dalam mengadopsi rudal KHAN telah mengubah keseimbangan kekuatan regional. Para analis menyatakan bahwa hal ini mungkin memicu perlombaan senjata di kawasan Asia Tenggara, terutama jika negara-negara lain mulai mengevaluasi kemampuan rudal mereka sendiri.
Vietnam dan Myanmar, misalnya, dikenal memiliki rudal balistik era Soviet dan Korea Utara, tetapi belum ada konfirmasi resmi mengenai penggunaan operasional rutinnya. Sementara itu, Thailand dan negara-negara ASEAN lainnya mungkin mulai mengevaluasi persyaratan dan implikasi dari pengembangan kemampuan rudal yang sebanding.
Diversifikasi Mitra dan Pengembangan Teknologi
Dalam konteks yang lebih luas, pembelian rudal KHAN menunjukkan pergeseran orientasi pertahanan Indonesia. Di bawah kepemimpinan Prabowo Subianto, Indonesia semakin meninggalkan ketergantungan pada mitra tradisional Barat dan membangun aliansi strategis baru dengan negara-negara seperti Turki, India, dan kekuatan-kekuatan baru lainnya.
Beberapa contoh akuisisi senjata besar antara lain pesanan 42 jet Rafale dari Prancis, persetujuan AS untuk hingga 36 pesawat F-15EX Eagle II, serta kontrak untuk 48 jet tempur siluman KAAN buatan Turki. Selain itu, Indonesia juga sedang mengevaluasi jet tempur J-10C dari China dan melakukan pembicaraan mengenai rudal jelajah supersonik BrahMos dengan India.
Kemitraan strategis antara Indonesia dan Turki juga mencakup peluang transfer teknologi dan potensi produksi lokal di masa depan. Pada pameran Indo Defence 2025, Indonesia dan Roketsan menandatangani kontrak usaha patungan untuk pengembangan kemampuan lokal dalam perakitan, produksi dalam negeri, dan keberlanjutan teknologi rudal.
Kebijakan Transparansi dan Diplomasi Pertahanan
Meskipun pengadaan rudal KHAN sah dalam kerangka pertahanan nasional Indonesia, negara harus terus memprioritaskan transparansi dan diplomasi pertahanan guna menghindari persepsi ancaman yang tidak semestinya. Ini penting untuk menjaga stabilitas regional dan menghindari eskalasi militer yang berpotensi memicu perlombaan senjata.
Secara keseluruhan, penguatan kemampuan rudal Indonesia merupakan respons terhadap pergeseran keamanan regional dan global. Ini menunjukkan sikap aktif dan defensif Indonesia, bukan sebagai alat ekspansi atau provokasi. Dengan modernisasi yang bertanggung jawab, Indonesia ingin memperkuat perannya sebagai aktor regional yang kredibel dan komitmen menjaga keseimbangan kekuatan di kawasan.
