Temu Pendidik Nusantara XII: Membangun Iklim Pendidikan yang Berpihak pada Anak
Temu Pendidik Nusantara XII (TPN XII) di Daerah telah berlangsung di 44 kota/kabupaten sepanjang bulan Juni hingga Juli 2025. Kegiatan ini diselenggarakan oleh Guru Belajar Foundation (GBF) bersama Komunitas Guru Belajar Nusantara, Ikatan Guru Indonesia, dan Persatuan Guru Nahdlatul Ulama. TPN XII menjadi momen penting untuk memperkuat komunitas pendidik dan meningkatkan kualitas proses belajar mengajar.
Tema utama TPN XII adalah “Iklim Pendidikan dan Pendidikan Iklim”. Tema ini menekankan pentingnya menciptakan lingkungan belajar yang ramah terhadap anak serta menyadarkan masyarakat akan urgensi kesiapan menghadapi krisis iklim. Dua konsep utama ini saling berkaitan dan membutuhkan kapasitas kolektif serta pendekatan restoratif. Pendekatan restoratif mengedepankan tanggung jawab, empati, keadilan, kesetaraan, partisipasi aktif dari semua pihak, serta hubungan yang harmonis.
Najelaa Shihab, pendiri GBF dan inisiator TPN, menjelaskan bahwa tema ini relevan dengan seluruh ekosistem pendidikan karena iklim berkaitan langsung dengan manusia. Ia memberikan contoh isu sampah yang dihasilkan setiap individu. “Sampah bukan hanya masalah pendidikan iklim, tetapi juga iklim pendidikan. Bayangkan belajar di sekolah yang penuh sampah, apakah tidak mempengaruhi siswa?” ujarnya saat mengisi talkshow pembukaan TPN XII.
Menurut Najelaa, mendorong siswa proaktif dalam menghadapi krisis iklim berarti mempersiapkan mereka untuk hidup. Menghadapi krisis iklim memerlukan kemampuan berpikir tinggi dan lintas sektor. Proses pembelajaran ini tidak bisa dilakukan secara mendadak, tetapi butuh waktu yang panjang. Sekolah dan guru memiliki tanggung jawab besar dalam menumbuhkan pemahaman dan kompetensi tersebut.
Ruang Belajar yang Menyentuh Semua Kalangan
Sebagai bentuk nyata dari tema yang diusung, TPN XII di Daerah menghadirkan beragam ruang belajar. Di antaranya adalah Kelas Pendidik, Kelas Pemimpin, Talkshow Pendidikan, Cerdas Cermat Guru, Pameran Karya Murid, dan Pasar Solusi Pendidikan.
Sebanyak 525 pendidik berbagi praktik baik di Kelas Pendidik dan Kelas Pemimpin dengan lebih dari 11.000 peserta. Beberapa topik yang dibahas meliputi disiplin positif, pembelajaran berdiferensiasi, media ajar, menghidupkan kombel, serta pelibatan masyarakat.
Abdulaziz Hafidhurrahman, ketua TPN XII, menjelaskan bahwa kelas ini memberikan ruang tumbuh bagi guru. Mereka belajar dari sesama pendidik yang sudah berhasil menggerakkan perubahan di level kelas, sekolah, hingga komunitas dan daerah. “Di TPN kita tidak belajar dari pakar, tetapi dari sesama pendidik. Kami bukan ‘Guru Hebat’, tetapi ‘Guru Belajar’ karena semua yang hadir datang untuk belajar, berbagi, dan bertumbuh bersama,” jelas Abdulaziz.
Keterlibatan Siswa dan Evaluasi Kompetensi Guru
Selain belajar dari sesama pendidik, TPN XII juga memfasilitasi belajar dari murid melalui Pameran Karya. Total 275 karya dipamerkan, menampilkan berbagai gagasan, kreativitas, dan kepedulian siswa terhadap isu-isu sekitar mereka. Selain itu, ada Cerdas Cermat Guru (CCG), sebuah cara belajar baru dan seru yang diikuti oleh 1139 tim.
Berbeda dari program pengembangan kompetensi guru biasanya, CCG membantu guru mengetahui level kompetensinya. Setiap peserta mendapat Piagam Level Pengakuan Kompetensi dan umpan balik personal. Rumusannya berdasarkan Perdirjen GTK No. 2626 tahun 2023 tentang Model Kompetensi Guru. “CCG dirancang dengan format situational judgment test, yakni sesuai dengan keseharian guru, juga diharapkan memantik guru menjadikan tantangan di kelas dan solusinya menjadi percakapan sehari-hari,” terang Abdulaziz.
Agenda Lanjutan dan Harapan Masa Depan
Di bulan Agustus, TPN XII di Daerah masih akan berlangsung di Kabupaten Melawi, Kalimantan Barat. Setelah itu, seluruh pendidik akan diundang untuk hadir di Puncak TPN XII pada 11-12 Oktober mendatang di Sekolah Cikal Lebak Bulus.
“Kami berharap, semangat belajar yang terbangun ketika TPN XII di Daerah tidak berhenti saat kegiatan selesai. Tapi menjadi titik awal keberlanjutan untuk saling belajar, menguatkan, dan membangun iklim pendidikan yang berpihak pada murid,” tutup Abdulaziz.


