Program MBG Jadi Andalan Prabowo: Realisasi, Dampak, dan Target Ke depan

Posted on

Program Makan Bergizi Gratis: Solusi untuk Kesehatan dan Ekonomi

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) menjadi salah satu inisiatif utama yang dicanangkan pemerintah dalam upaya meningkatkan kualitas hidup masyarakat, khususnya anak-anak dan keluarga rentan. Dalam dokumen Nota Keuangan bersama APBN 2025, program ini dijelaskan sebagai strategi untuk meningkatkan gizi anak sekolah, memberdayakan UMKM, serta memacu pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.

Program MBG direncanakan melalui pemberian makan bergizi dan susu gratis di sekolah dan pesantren, serta bantuan gizi bagi anak balita, ibu hamil, dan menyusui yang berisiko mengalami stunting. Tujuannya adalah untuk meningkatkan asupan nutrisi sejak dini, baik saat dalam kandungan, masa balita, maupun usia sekolah.

Di tingkat pendidikan, program ini diharapkan memiliki beberapa dampak positif. Pertama, meningkatkan kehadiran siswa di sekolah, sehingga kualitas pembelajaran bisa lebih optimal. Kedua, mengurangi angka absensi atau putus sekolah, yang akan berdampak pada peningkatan kualitas sumber daya manusia. Ketiga, membantu meningkatkan kesehatan dan prestasi akademis para murid.

Dengan kondisi kesehatan yang baik dan akses pendidikan yang layak, diharapkan tercipta SDM yang lebih kompetitif dan produktif. Hal ini juga menjadi bagian dari upaya pemerintah dalam membangun fondasi yang kuat untuk masa depan bangsa.

Pencapaian Awal yang Menggembirakan

Dalam pidato kenegaraan Presiden RI dalam rangka HUT ke-80 Kemerdekaan RI, Jumat (15/8), Presiden Prabowo Subianto menyampaikan bahwa intervensi strategis yang dilakukan pemerintah telah memberikan hasil yang membanggakan. Ia menyebutkan bahwa hingga saat ini, sebanyak 20 juta anak sekolah, anak belum sekolah, ibu hamil, dan ibu menyusui sudah mendapatkan Makan Bergizi Gratis setiap hari.

Presiden menekankan bahwa capaian ini diraih hanya dalam waktu tujuh bulan, sedangkan negara seperti Brasil butuh waktu 11 tahun untuk mencapai jumlah serupa. Meskipun begitu, ia mengakui ada banyak tantangan manajerial yang harus dihadapi, termasuk pembangunan infrastruktur dapur, pengelolaan rantai pasok, serta pelatihan bagi manajer dan pelaksana.

Ia mengucapkan terima kasih kepada seluruh pemangku kepentingan, termasuk TNI, POLRI, NU, Muhammadiyah, ormas, koperasi, dan yayasan yang turut berkontribusi dalam menjalankan program ini.

Program yang Bukan Sekadar Sosial

Selain sebagai bentuk bantuan sosial, Presiden Prabowo menekankan bahwa MBG adalah investasi besar untuk menciptakan generasi yang sehat, cerdas, dan produktif. PBB pun menyebut program ini sebagai “investasi terbaik sebuah bangsa”.

Meski baru berjalan selama delapan bulan, dampaknya sudah terasa. Angka kehadiran siswa meningkat, serta prestasi akademis mereka juga meningkat. Saat ini, terdapat 5.800 Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi di 38 provinsi, yang telah menciptakan 290.000 lapangan kerja di dapur-dapur, serta melibatkan 1 juta petani, nelayan, peternak, dan UMKM.

Penambahan Anggaran untuk Masa Depan

Badan Gizi Nasional (BGN) melaporkan bahwa realisasi anggaran MBG hingga akhir Juli 2025 mencapai Rp 7,9 triliun, lebih tinggi dari prediksi awal yang hanya Rp 6 triliun. Angka ini menunjukkan efisiensi dan keberhasilan pemanfaatan dana.

Dalam Pidato Nota Keuangan dan Pengantar RAPBN 2026, Presiden Prabowo menyatakan bahwa pemerintah akan mengalokasikan anggaran sebesar Rp 335 triliun untuk MBG pada tahun 2026. Targetnya adalah menjangkau 82,9 juta penerima manfaat, termasuk siswa, ibu hamil, dan balita, yang akan mendapatkan asupan gizi optimal melalui satuan pelayanan di pelosok negeri.

Program ini tidak hanya berdampak pada kesehatan, tetapi juga menjadi motor penggerak ekonomi lokal dan alat pemerataan ekonomi. Dengan demikian, MBG menjadi salah satu inisiatif penting dalam membangun Indonesia yang lebih sejahtera dan berkelanjutan.