Polda Lampung Tindak Tegas Oknum Penimbun Solar

Posted on

Penindakan Tegas terhadap Oknum yang Melakukan Penimbunan BBM

Polda Lampung menegaskan akan mengambil tindakan tegas terhadap oknum yang terindikasi melakukan penimbunan bahan bakar minyak (BBM) jenis solar. Direktur Reserse Kriminal Khusus (Dirreskrimsus) Polda Lampung Kombes Pol Dery Agung Wijaya menyatakan bahwa pihaknya tidak akan menolerir praktik yang dapat mengganggu distribusi dan ketersediaan BBM di masyarakat.

“Kalau ada indikasi dari beberapa oknum yang mengarah ke penimbunan dan sebagainya, kita akan melakukan penindakan,” ujar Kombes Pol Dery Agung Wijaya, Minggu (26/10/2025). Ia menjelaskan bahwa kepolisian telah menerima laporan terkait antrean panjang kendaraan, khususnya truk, di sejumlah SPBU di wilayah Lampung. Hasil pengecekan menunjukkan antrean tersebut terjadi karena berkurangnya suplai solar di akhir Oktober 2025.

Berdasarkan hasil koordinasi, permintaan suplai ke BPH Migas wilayah pusat sudah berakhir pada Oktober 2024. Namun, saat ini permintaan baru sudah diajukan kembali oleh BPH Migas Lampung dan sedang berproses. Insyaallah segera terpenuhi, kata Dery. Ia menambahkan, meningkatnya aktivitas masyarakat sementara stok BBM menipis menjadi salah satu penyebab terjadinya antrean di SPBU.

“Kami sudah berkoordinasi, dan Insyaallah dalam waktu dekat kondisi suplai akan kembali normal,” ujarnya. Menurut Dery, data menunjukkan distribusi solar tahun 2024–2025 sebenarnya terencana dengan baik. Namun, konsumsi meningkat lebih cepat dari perkiraan, sehingga stok yang seharusnya cukup hingga Desember 2025 hampir habis di Oktober.

“Maka dari itu, kami sudah meminta kuota tambahan kepada BPH Migas pusat,” jelasnya. Dery juga mengimbau masyarakat untuk segera melaporkan jika menemukan praktik penimbunan BBM. “Kalau masyarakat mendapat informasi terkait penimbunan, segera sampaikan ke kepolisian. Karena kegiatan seperti itu bisa dikategorikan pelanggaran dan akan kami tindak tegas,” tegasnya.

Pengangkutan Sampah Terhambat Akibat Kelangkaan Solar

Pengangkutan sampah di Bandar Lampung terhambat karena langkanya bahan bakar solar. Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Bandar Lampung Yusnadi Ferianto meminta maaf atas keterlambatan pengangkutan sampah di Kota Bandar Lampung. Menurutnya, keterlambatan pengangkutan sampah karena langkahnya bahan bakar solar.

“Kelangkaan solar ini sudah berlangsung sekitar satu setengah bulan terakhir. Kadang-kadang armada harus antre panjang, bahkan menunggu hingga keesokan harinya untuk bisa mengisi solar,” ujarnya, Kamis (23/10). “Sehingga berdampak langsung pada keterlambatan operasional armada pengangkut sampah,” sambungnya.

Ia menjelaskan kelangkaan solar tersebut membuatnya harus mengurangi operasional kendaraan sampah. Akibat kondisi tersebut, sekitar 30–40 persen kegiatan pengangkutan sampah menjadi terhambat. “Dari rata-rata 700 ton sampah yang diangkut per hari, kini hanya sekitar 600–650 ton yang bisa terangkut,” ujarnya. Pihaknya sudah mengimbau kepada rekan-rekan di UPT untuk mengatur jadwal pengisian BBM dan berkoordinasi dengan Pertamina agar operasional tetap berjalan.

Pihaknya kini memiliki sekitar 69 unit armada yang masih beroperasi dengan baik. Sementara kendaraan yang sudah tidak layak telah dihapus dari daftar aset. Sebagai langkah perbaikan, DLH berencana menambah armada pada tahun depan. “Secara bertahap kita akan menambah mobil Satgas Carry sebanyak 10 unit di 2026,” ujarnya. “Selain itu, akan kami anggarkan sekitar 30 unit kendaraan tambahan untuk memperkuat sarana dan prasarana angkutan sampah,” tukasnya.

Antrean Panjang di SPBU

Sebelumnya, sejumlah sopir di Bandar Lampung mengeluhkan kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) jenis solar subsidi. Pantauan Tribun Lampung di SPBU Soekarno-Hatta, Tanjung Senang, Senin (29/9/2025), antrean panjang truk maupun minibus dengan bahan bakar solar tampak di sejumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) ini. Antrean mengular sampai ke area bahu Jalan Soekarno-Hatta, seolah menjadi pemandangan biasa yang terjadi di sejumlah SPBU Bandar Lampung sejak beberapa waktu belakangan.

Bayu (45), seorang sopir truk yang biasa melintasi rute Sumatera-Jawa, mengaku kondisi kelangkaan solar ini membuat mobilitas dan waktu kerjanya terganggu. “Iya, susah nyari solar sekarang. Di semua Lampung ini susah, di daerah Sumatera yang lain juga susah. Tapi di Jambi sama Pekanbaru ada, antre enggak sepanjang di sini,” ujar Bayu, saat diwawancara. Menurut Bayu, kelangkaan solar ini sudah terasa sejak sekitar tiga bulan terakhir. Ia mengungkapkan, untuk mendapatkan solar di SPBU tempat ia mengantre, ia harus rela menghabiskan waktu setidaknya dua hingga tiga jam.

“Antrenya lumayan lama, ada sekitar 2-3 jam kalau (stok) ada,” kata dia. Meskipun begitu, Bayu mengaku tidak banyak berharap dengan kondisi solar yang langka saat ini. “Saya enggak berharap banyak, jalanin aja, yang penting ada solarnya,” katanya pasrah.

Mobil Mewah Antre Solar

Febi, warga Bandar Lampung menyatakan, kakaknya yang memiliki minibus berbahan bakar solar ikut merasakan dampak dari kelangkaan BBM tersebut. Mobilitas sehari-hari jadi terganggu. Dia menceritakan saudaranya mesti antre dua hingga tiga jam untuk mendapat solar subsidi. Padahal, kakaknya punya barcode Pertamina sehingga layak mendapatkan pasokan solar subsidi.

“Apalagi mobil kakak saya keluaran lama tahun 1996, yang memang pantas membutuhkan dan menerima solar subsidi,” tandasnya. Dia juga berharap distribusi solar di Lampung bisa tepat sasaran agar tidak terus-terusan langka. Karena itu dia berharap pemerintah ke depannya lebih selektif dalam memberikan barcode Pertamina, dengan mengutamakan kendaraan yang lebih layak menerima solar subsidi.

Kuota Terbatas

Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum atau SPBU di Bandar Lampung mengaku pengiriman stok bahan bakar minyak (BBM) jenis Solar bersubsidi bukan wewenang mereka. Keterbatasan kuota solar subsidi dari depot mengakibatkan antre kendaraan di SPBU mengular. Mereka menyebut, pembatasan kuota dan jadwal pengiriman dari depot Pertamina menjadi penyebab utama stok di lapangan tidak menentu.

M Aldri Ansyah, pengawas SPBU Soekarno-Hatta, Sukarame, Bandar Lampung, mengungkapkan, bahwa kuota harian solar bersubsidi mereka tidak tetap karena harus mengikuti aturan dari depot. “Kalau kita, untuk kuota itu ada aturan dari depot, jadi harus dikitir, jadi enggak tentu,” ujarnya saat diwawancara, Senin (29/9/2025). Menurutnya, kuota harian SPBU tersebut berkisar antara 16.000 liter atau 16 ton.

“Kalau di sini rata-rata per hari 16.000 liter atau sekitar 16 ton, tapi kadang juga cuma 8 ton, satu mobil,” ungkapnya. Terkait pengiriman, ia mengakui jadwalnya juga tidak menentu. “Itu juga jadwal kitir (transaksi pengiriman) itu per 5 hari diganti (berubah), jadi kami enggak bisa menentukan jumlah kuota, karena itu yang menentukan dari depot,” tegasnya. Meski demikian, Aldri mengungkapkan setidaknya stok solar subsidi yang datang ke SPBU tersebut selalu ada setiap hari.

“Untuk pengiriman juga enggak menentu, kalau lagi lancar ya lancar kayak sekarang, tapi kalau lagi sulit ya sulit juga,” katanya. “Tapi setiap hari selalu ada stok datang, minimal satu mobil (8 ton),” tambahnya. Dia menuturkan, satu mobil tangki yang membawa sekitar 8.000 liter solar tersebut, lanjutnya, biasanya habis kurun waktu 8 jam.

“Kalau satu mobil itu biasanya pasti habis satu shift (kerja), sekitar 8 jam,” jelasnya.

Wewenang Pertamina

Mengenai kelangkaan yang sering terjadi, pihak SPBU dipastikan tidak pernah menahan stok. “Soal solar yang langka, kalau di (SPBU) sini sih, (solar) enggak pernah ditahan, kalau ada ya ada. Walaupun kita akui antre itu pasti ada,” aku M Aldri Ansyah, pengawas SPBU Soekarno-Hatta, Sukarame, Bandar Lampung. Ia menambahkan, saat stok kosong, pihaknya selalu memberi tahu pelanggan.

“Tapi kalau lagi kosong ya kita juga bilang ke pelanggan, karena mereka juga butuh kepastian,” imbuhnya. Sementara itu, petugas SPBU Soekarno-Hatta yang juga tak mau disebut namanya, menyatakan bahwa urusan stok solar bersubsidi berada di bawah wewenang Pertamina.

“Kalau itu (stok), wewenang Pertamina, bukan ke kita,” katanya. Meski demikian, ia mengklaim stok Solar bersubsidi di SPBU tempatnya bekerja terbilang lancar. “Kalau di sini sih lancar-lancar saja. Itu sopir-sopir antre,” pungkasnya, sembari menunjuk barisan kendaraan yang sedang menunggu giliran mengisi BBM.


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *