Poktan Sumber Makmur 1 Miru Lamongan, Inovasi Pertanian Ramah Lingkungan

Posted on

Sinergi Bank Indonesia dalam Pemberdayaan UMKM dan Pondok Pesantren

Bank Indonesia (BI) terus menunjukkan komitmen kuatnya dalam mendukung pembangunan ekonomi nasional melalui berbagai inisiatif strategis. Salah satunya adalah program Jelajah UMKM dan Pondok Pesantren yang diselenggarakan pada 11–15 Juni 2025 di Provinsi Jawa Timur. Program ini merupakan wujud nyata upaya BI untuk membangun sinergi antara pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), pondok pesantren, serta korporasi petani guna meningkatkan produktivitas dan ketahanan pangan.

Menurut Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Timur, M. Noor Nugroho, tujuan utama dari program ini adalah mendorong kemandirian dan daya saing para pelaku UMKM dan unit usaha di lingkungan pondok pesantren. Selain itu, BI juga fokus pada pengembangan produk pangan strategis seperti beras, bawang, cabai, dan telur ayam. Strategi utama yang diterapkan meliputi korporatisasi, peningkatan kapasitas produksi, serta akses pembiayaan yang lebih baik. Langkah ini bertujuan untuk menjaga stabilitas harga pangan sekaligus memperkuat ketahanan ekonomi daerah.

Joko Irianto, Asisten Kepala Bidang Perekonomian dan Pembangunan Setda Provinsi Jawa Timur, menyambut positif inisiatif BI tersebut. Menurutnya, kolaborasi ini memberikan dampak signifikan dalam mengendalikan inflasi dan mendorong adopsi teknologi di sektor riil. Sementara Wakil Bupati Lamongan, Dirham Akbar Aksara, menyampaikan apresiasi atas dukungan BI kepada Kelompok Tani (Poktan) Sumber Makmur I dalam pengembangan pertanian ramah lingkungan. Ia menilai langkah ini selaras dengan potensi besar sektor pertanian di Kabupaten Lamongan yang memiliki 474 desa dan kelurahan.

Keberhasilan Poktan Sumber Makmur I dalam Menggenjot Produksi Padi Organik

Salah satu contoh nyata keberhasilan program ini adalah transformasi Poktan Sumber Makmur I di Desa Miru, Kecamatan Sekaran, Lamongan. Dengan anggota sebanyak 120 petani, kelompok ini berhasil meningkatkan hasil produksi padi mereka dari rata-rata 5,6 ton/ha menjadi 10 ton/ha setelah menerapkan sistem pertanian organik berbasis Good Agricultural Practices (GAP). Pendampingan dari Bank Indonesia tidak hanya mencakup edukasi, tetapi juga penyediaan alat pertanian modern.

Hendro Purnomo, Ketua Poktan Sumber Makpur I, menjelaskan bahwa perubahan ini telah menekan biaya produksi hingga 50%, dari semula Rp4.200/kg menjadi Rp2.100–Rp2.700/kg. Selain itu, kualitas hasil panen meningkat drastis, salah satunya ditandai dengan lahirnya produk beras premium bernama Beras Mentik Susu Wangi. Beras ini bebas pestisida kimia dan diproduksi hingga 10 ton per bulan. Produk tersebut kini telah dipasarkan ke wilayah Surabaya dan Sekaran, serta diperkenalkan melalui berbagai pameran UMKM.

Selain budidaya padi, Poktan Sumber Makmur I juga mengoptimalkan lahan untuk menanam komoditas hortikultura seperti bawang merah, cabai, dan tomat. Semua tanaman ini dirawat menggunakan metode pertanian organik, termasuk pemanfaatan agens hayati dan pupuk organik cair. Kelompok bahkan memiliki Lab PPAH (Pos Pelayanan Agens Hayati) yang mengolah rebusan kedelai dan kentang sebagai pupuk alami. Rebusan kedelai digunakan untuk merangsang pertumbuhan daun dan akar, sementara rebusan kentang berfungsi sebagai pengendali hama.

Tidak hanya itu, Poktan juga memiliki Rumah Kompos yang memanfaatkan limbah organik seperti kulit buah, sisa sayuran, dan kotoran ternak untuk membuat pupuk cair. Inovasi ini tidak hanya membantu mengurangi HPP, tetapi juga menjaga kelestarian lingkungan.

Pengembangan Teknologi Pertanian Melalui Sekolah Tani

Bank Indonesia juga mendukung pengembangan kapasitas petani melalui program Sekolah Tani yang rutin dilaksanakan setiap Jumat pagi di Griyo Tani. Program ini menghadirkan narasumber ahli dari Universitas Brawijaya, Malang, yang memberikan pembekalan teknis serta pendampingan langsung di lapangan.

Salah satu pendamping dari Departemen Hama Penyakit Tanaman UB, Dr. Mochammad Syamsulhadi, menjelaskan bahwa timnya secara aktif melakukan uji coba teknologi pertanian di tiga petak sawah uji coba milik Poktan. Salah satu inovasi yang dikembangkan adalah drip irrigation system berbasis Internet of Things (IoT). Sistem ini mampu mendeteksi kadar air tanah secara otomatis dan mengaktifkan penyiraman saat kondisi lahan mulai kering.

Selain itu, ada juga climate monitoring controller yang dapat mengukur arah angin, tingkat kelembaban udara, dan curah hujan. Data yang dikumpulkan langsung terkirim melalui aplikasi, memungkinkan petani memantau kondisi sawah secara real-time menggunakan smartphone mereka.

Sebagai bentuk dukungan konkret, BI juga memberikan bantuan sarana produksi seperti combine harvester, traktor roda empat, dan mesin vacuum pengemasan beras. Poktan Sumber Makpur I juga rutin diikutsertakan dalam pameran UMKM dan misi dagang untuk mempromosikan produk unggulan mereka hingga tingkat nasional.

Menuju Ekspansi dan Replikasi Model Sukses

Kisah sukses Poktan Sumber Makpur I diharapkan menjadi inspirasi bagi kelompok tani lainnya di seluruh Jawa Timur. Bank Indonesia berkomitmen untuk melanjutkan dan memperluas replikasi model ini agar manfaatnya dapat dinikmati oleh lebih banyak klaster UMKM dan pondok pesantren. Seperti yang disampaikan oleh M. Noor Nugroho, keberhasilan program ini akan menjadi fondasi penting dalam upaya pengendalian inflasi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan.

Dengan sinergi yang terus dibangun antara lembaga keuangan, pemerintah daerah, perguruan tinggi, dan pelaku UMKM, program ini membuktikan bahwa transformasi ekonomi bisa dimulai dari basis paling bawah—desa dan pondok pesantren—sebagai ujung tombak ketahanan pangan dan pertumbuhan ekonomi nasional.