Perjanjian Global untuk Mengurangi Sampah Plastik
Pertemuan di Jenewa, Swiss, menjadi fokus utama para perwakilan lebih dari 170 negara yang sedang berdiskusi tentang perjanjian global untuk mengurangi sampah plastik. Tujuan utamanya adalah mencegah banjir plastik yang terus meningkat dan merusak lingkungan serta kesehatan manusia. Pertemuan ini merupakan kelanjutan dari konferensi serupa yang digelar tahun lalu di Busan, namun kali ini dengan harapan lebih besar.
Topik utama yang dibahas mencakup tiga aspek utama: pembatasan produksi plastik, pengelolaan produk plastik berbahaya, serta dukungan keuangan bagi negara berkembang dalam melaksanakan perjanjian tersebut. Setiap tahun, dunia memproduksi sekitar 413 juta ton plastik—jumlah yang cukup untuk mengisi lebih dari setengah juta kolam renang Olimpiade. Namun, hanya sekitar 9% dari plastik tersebut yang didaur ulang. Sisanya dibakar, dibuang ke tempat pembuangan akhir, atau mencemari lautan dan tanah, yang berdampak buruk terhadap ekosistem dan kesehatan manusia.
Dukungan dan Tantangan dalam Negosiasi
Sebanyak 100 negara mendukung perjanjian ambisius yang mencakup pengurangan produksi plastik. Negara-negara seperti Jerman, Uni Eropa, serta banyak negara Afrika dan Amerika Latin termasuk dalam kelompok ini. Mereka menilai bahwa pembatasan produksi plastik sangat penting untuk mengurangi dampak lingkungan.
Namun, ada juga kelompok yang menolak aturan ketat. Negara-negara produsen plastik dan minyak, seperti Rusia, Iran, dan Arab Saudi, cenderung menghindari regulasi yang bisa menghambat produksi mereka. Mereka ingin menjaga produksi seperti biasa dan mencegah kesepakatan yang membatasi permintaan, misalnya larangan produk plastik sekali pakai.
Menurut Florian Titze dari WWF, industri plastik dan negara-negara yang untung besar melihat krisis plastik sebagai masalah pengelolaan sampah yang buruk. Mereka lebih suka fokus pada daur ulang dan edukasi konsumen, bukan pada pengurangan produksi. Namun, pendapat ini tidak sepenuhnya disetujui oleh ilmuwan dan aktivis lingkungan.
Daur Ulang Tidak Cukup
Daur ulang dan pengelolaan sampah memang penting, tetapi tidak cukup tanpa pengurangan jumlah plastik. Melanie Bergmann, ahli biologi laut dari Alfred-Wegener-Institut, menegaskan bahwa jika jumlah plastik terus bertambah, sistem daur ulang dan pengelolaan sampah harus diperbesar. Di negara-negara kaya seperti Jerman, biaya pengelolaan sampah mencapai 16 miliar euro per tahun, atau sekitar 0,4% dari PDB. Proporsi sampah plastik terus meningkat, sehingga diperlukan solusi jangka panjang.
Uni Eropa kemungkinan akan mengaitkan dukungan finansial kepada negara berkembang dengan komitmen pengurangan produksi plastik. Namun, ada kritik terhadap negara-negara Barat yang dinilai hipokrisi karena klaim ambisius mereka tidak diimbangi dengan tindakan nyata.
Kekuatan Lobi Industri Plastik
Di samping delegasi negara, ratusan perwakilan industri plastik dan kimia juga hadir di Jenewa. Menurut sumber dari Kementerian Lingkungan Jerman, kerja sama antara masyarakat sipil dan dunia usaha diperlukan untuk mencapai solusi yang efektif.
Namun, ada upaya lobi dari industri plastik untuk melemahkan ilmu pengetahuan dan mengintimidasi ilmuwan yang meneliti dampak berbahaya bahan kimia plastik. Bethanie Carney Almroth, ahli ekotoksikologi dari Universitas Göteborg, mengungkapkan adanya upaya pelemahan reputasi ilmuwan melalui berbagai cara, termasuk di konferensi internasional.
Kesempatan Bersejarah
Meski ada tantangan, pertemuan di Jenewa dianggap sebagai kesempatan bersejarah untuk mengendalikan masalah plastik. Namun, menurut Aleksandar Rankovic, pendiri think tank Common Initiative, perjanjian terobosan mungkin sulit dicapai. Yang mungkin tercapai adalah kerangka kerja minimal yang bisa dikembangkan di masa depan.
Waktu sangat mendesak karena produksi plastik diperkirakan akan berlipat ganda dalam 20 tahun ke depan. Perjanjian ini menjadi langkah penting untuk mengurangi dampak lingkungan dan kesehatan manusia. Melalui diskusi yang intensif dan kolaborasi lintas sektor, harapan besar ditempatkan pada kesepakatan yang dapat mengubah arah produksi plastik secara global.
