Pidato Siswa SMA yang Memicu Demo di Nepal

Posted on

Pidato Siswa yang Mengguncang Nepal

Seorang siswa SMA di Nepal, Abiskar Raut atau Avishkar Raut, menjadi pusat perhatian setelah pidatonya viral dan memicu demonstrasi besar-besaran. Pidato yang disampaikan dalam acara tahunan ke-24 di Holy Bell English Secondary School pada 14 Maret 2025, kini menjadi simbol perlawanan generasi muda terhadap ketidakadilan dan korupsi.

Pidato tersebut menyebar luas di media sosial beberapa hari belakangan. Dalam pidatonya, Raut mengajak generasi muda untuk bangkit melawan ketidakadilan dan korupsi. Ia menyampaikan harapan bahwa Nepal bisa dibangun kembali dengan semangat dan api harapan yang membara dalam dirinya.

“Hari ini saya berdiri di sini dengan mimpi membangun Nepal yang baru, dengan api harapan dan semangat yang membara dalam diri saya,” ujarnya. Namun, ia juga menyampaikan rasa berat hati karena mimpi itu tampaknya mulai sirna. Ia meminta para pemuda untuk bangkit dan bersinar, mengingat masa depan yang akan datang.

Keresahan yang disampaikan Raut mencerminkan perasaan banyak anak muda di Nepal, terutama soal pengangguran, permainan politik, dan korupsi. Ia menyoroti bahwa negara hanya meminta kejujuran, kerja keras, dan kontribusi dari rakyat. Namun, ia merasa bahwa masyarakat terbelenggu oleh rantai pengangguran dan permainan partai politik yang egois. Korupsi, menurutnya, telah memadamkan cahaya masa depan mereka.

Seruan Raut agar generasi muda menjadi penggerak perubahan pun menggema di tengah masyarakat. Ia menegaskan bahwa jika bukan mereka yang bersuara, siapa lagi? Jika bukan mereka yang membangun bangsa ini, siapa lagi? Ia menegaskan bahwa mereka adalah api yang akan membakar habis kegelapan dan badai yang akan menyapu bersih ketidakadilan serta membawa kemakmuran.

Pidato yang penuh semangat ini ditutup dengan seruan: “Nepal adalah milik kita, dan masa depannya ada di tangan kita. Jai Yuga! Jai Nepal!”

Demonstrasi yang Memanas

Video Raut menyebar cepat di tengah larangan pemerintah terhadap 26 aplikasi media sosial, termasuk Facebook dan YouTube. Larangan ini memicu kemarahan generasi muda, yang akhirnya turun ke jalan untuk memprotes keputusan pemerintah.

Awalnya, aksi hanya menuntut pencabutan larangan medsos, tetapi aksi berkembang menjadi gerakan anti-pemerintah. Massa menuntut pengunduran diri Perdana Menteri KP Sharma Oli dan Presiden Ram Chandra Poudel. Keduanya akhirnya mengikuti tuntutan rakyat.

Situasi memanas saat para pengunjuk rasa membakar gedung parlemen dan kediaman pribadi Perdana Menteri Oli. Rumah mantan Perdana Menteri Jhalanath Khanal di Dallu juga menjadi sasaran amuk massa. Istrinya, Rajyalaxmi Chitrakar, tewas akibat kebakaran tersebut.

Tentara Nepal lalu mengambil alih kendali penuh atas Bandara Internasional Kathmandu dan Gedung Sekretariat. Pidato Raut, yang awalnya hanya disampaikan dalam forum sekolah, kini dianggap sebagai representasi suara generasi muda Nepal.

Banyak yang menyebutnya sebagai simbol perlawanan damai yang membangkitkan semangat nasionalisme baru di kalangan Gen Z. Mengutip ucapan mendiang Raja Nepal Birendra, Raut mengajak rekan-rekannya untuk terus berjuang. “Sekalipun aku mati, negaraku akan tetap hidup,” kata Raut, menirukan kutipan sang raja. Ia menegaskan bahwa kata-kata ini harus disimpan di hati dan diukir menjadi monumen perubahan dalam sejarah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *